Lembar 6 Bertemu lagi

183 21 0
                                    

Annisa tersenyum setelah dia menyematkan bros di kerudungnya dan memakai kaos kakinya, penampilannya sudah sempurna, hanya tinggal sarapan pagi yang belum dilakukannya, padahal Ibunya tadi sudah memanggil-manggil tetapi Annisa lebih memilih sarapan ketika dia akan melakukan kegiatannya, dia tidak terbiasa sarapan terlalu pagi, tidak seperti kedua Kakaknya.

Mata kuliah hari ini adalah Statistik dan Pengantar Teknologi Informasi yang akan dimulai pada pukul Sembilan nanti, masih ada waktu sekitar satu jam, sambil menunggu temannya yang akan datang menjemput, dia bisa sarapan dulu, pasti tidak akan terlambat.

Annisa lalu menggendong backpack kesayangannya, yang dibelikan oleh Paman Abdullah saat dia berulang tahun beberapa bulan lalu, lalu memeluk dua buah buku berukuran besar yang harus segera dia kembalikan ke perpustakaan.

Annisa bergegas turun dari kamarnya.

Sarapan yang dibuatkan Ummi hari ini apa ya? Sandwich, nasi goreng sosis? Ah apapun yang dibuatkan Ibunya pastilah makanan itu enak, tidak ada makanan Ibunya yang tidak enak. Apalagi Ibunya pandai sekali mengolah makanan bahkan beliau bisa mengolah makanan sisa hingga menjadi sangat lezat dan Annisa bersyukur kepandaian Ibunya menurun padanya.

"Ummi!" panggilnya ketika Annisa tiba dibawah.

Rumahnya sudah sepi, Ayah dan kedua Kakaknya pasti telah melakukan aktivitasnya.

"Ummi...." panggilnya sekali lagi. Annisa lalu pergi ke ruang makan.

"Ummi disini, Nisa." Ibunya menyahut dari kamar utama. "Sarapanmu ada di meja, kamu makan saja sendiri."

"Baik, Ummi." Annisa lalu membuka tudung saji. Matanya membelalak saat dia melihat di meja terhidang roti gulung pisang keju. "Wow! Ummi tahu saja apa yang aku mau hari ini." Lantas Annisa mengambil garpu, ditusuknya roti gulung pisang keju yang dia cocol dengan coklat itu lalu dimakannya dengan lahap.

"Kakimu sudah sehat, Nisa?" tanya Ibunya yang muncul diruang makan.

"Alhamdulillah, Ummi, sudah baikan."

Ibu mana yang tak terkejut ketika melihat putrinya pulang dengan kaki terpincang-pincang, beliau mengira Annisa mengalami kecelakaan ternyata dia terkilir, tapi Annisa tidak seperti orang Indonesia pada umumnya, yang masuk angin lamgsung di kerok dan keseleo langsung diurut, dia paling takut dengan kedua hal itu.

Itulah sebabnya dia terpaksa berjalan dengan menggunakan kruk, setelah Salma mengantarkannya ke klinik untuk diperiksa dokter dan mendapatkan resep agar menghilangkan rasa nyeri.

"Sekarang kamu sudah tidak perlu coba-coba lagi pakai sepatu berhak apalagi milik Salma, jangan buat Ummi kaget lagi melihatmu pulang kuliah terpincang-pincang."

"Baik, Ummi," sahut Annisa patuh.

"Hari ini Sarah akan menjemput lagi?"

"Iya, Ummi, dia kan baru saja dapat hadiah ulang tahun mobil dari Papanya."

"Wah, Sarah dikasih hadiah ulang tahun mobil sama Papanya, Abi dan Ummi tidak akan mampu membelikanmu mobil kalau kamu ulang tahun nanti."

Bukan tak mampu, mereka tentu mampu dengan kejayaan toko pakaian yang sudah puluhan tahun itu, tapi tentu kedua orang tuanya mengajarkan tentang kesederhanaan, mereka hanya memiliki satu mobil van untuk mereka gunakan jika ingin jalan-jalan dan sebuah sepeda motor yang digunakan Salma untuk kuliah.

Ayahnya saja jika pergi ke toko beliau memilih memakai sepeda, Ahmad memilih naik kendaraan umum, karena lokasi rumah dengan toko hanya beberapa ratus meter saja.

"Ummi kok ngomong gitu sih, Nisa kan tidak pernah minta hadiah ulang tahun, lagian Sarah itukan anak tunggal, Ayahnya dokter bedah, Ibunya dokter anak, jadi wajar kalau dia dapat hadiah mobil."

Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang