Lembar 9 Duka dibalik Prasangka

183 20 0
                                    

"Ini gila!" Bobby berseru ketika dia baru saja mendengar gosip mengenai Andy dan Annisa, dia pun segera menyeret Teddy untuk menemaninya menemui Andy.

Sebagai sahabat tentu dia tahu dimana Andy sekarang, dimana lagi kalau bukan di apartment yang belum lama ini dia sewa, dan dia pasti sedang mendengkur sehabis pesta di salah satu club malam.

Baru saja ditinggalkan selama 3 bulan, kumbang brengsek itu sudah terbang mencari mangsa, seingatnya, hubungan Andy dengan Tiara belum genap tiga bulan, apakah Annisa lebih menarik dari Tiara hingga dia langsung meninggalkan Tiara dan hinggap di bunga perawan?

Bobby lalu menelepon ponsel Andy.

"Bangun bangke!" teriaknya di telepon saat ponselnya diangkat. "Gue ada didepan pintu." Terdengar makian Andy yang terkejut dengan teriakan Bobby di telinganya, tapi cepat-cepat Bobby mematikan ponsel.

Pria itu masih menggerutu tapi dia tetap membukakan pintu.

"Apaan sih lu, pagi-pagi gangguin orang lagi tidur!" tukasnya kesal.

Pria berwajah tampan tetaplah beda, meski baru bangun tidur tapi dia tetap terlihat tampan dan rambutnya yang meriap-riap itu sama sekali tidak menghilangkan ketampanannya, tampak sekali hal itu terlihat saat seorang Ibu muda melintas dan dia tidak bisa memalingkan wajahnya saat melihat Andy.

"Pagi mata lu buta! Matahari udah nongol dari tadi." Bobby segera menerobos masuk.

Tak lama kemudian Teddy muncul dengan kantong sebuah mini market yang berada di lantai bawah itu, lalu dia mengeluarkan minuman bersoda dan snack yang dibelinya.

"Kalian kalau udah beli snack gini berarti bakalan lama disini, mau apa sih?"

"Gue tahu dirumah elu kagak bakalan ada makanan, jangan kan makanan air mateng aja kagak bakalan ada, makanya gue sengaja beli," ujar Teddy sambil melemparkan sebungkus roti sandwich dan minuman soda.

"Elu kagak mau tinggal sama ortu lu, tapi nyewa apartment pake duit dari bokap lu, apa kaga salah?"

Karena tidak ingin serumah dengan orang tuanya yang memutuskan untuk menetap di Indonesia, dan tidak akan kembali ke Amerika, Andy memilih menyewa apartment yang sudah lengkap dengan furniture.

"Eh, kewajiban ortu ngasih anak nafkah, jadi wajar dong gue masih make duit dari mereka." Bobby dan Teddy tertawa dengan keras ketika Andy masih membahas soal nafkah anak.

"Nafkahin anak mata lu somplak! Elu sih udah bangkotan, Di," ujar Teddy masih tertawa. "Kagak pantes disebut anak, mestinya elu udah nyari nafkah sendiri, emang lu anak perawan."

"Elu datang kesini bukan buat komentarin gue kan?" tukas Andy jengkel karena tidurnya terganggu.

"Di, anjir lu yah, kita tinggal 3 bulan, gue udah denger elu hinggap di bunga perawan aja." Bobby memulai pembicaraan.

"Bunga perawan siapa?" tanya Andy heran.

"Annisa, akhirnya elu nyicip perawan juga, gimana rasanya, Di? Gila lu yah, cewek kalem begitu elu perawanin."

"Eh, kesrek lu! Ngomong apa sih lu, Bob! Siapa yang merawanin Annisa?" protes Andy kesal. Sudah tidurnya diganggu sekarang dia difitnah.

"Semua anak kampus ngomong gitu kali, emang udah berapa bulan lu kagak ke kampus? Gosipnya udah rame begitu."

Jika ditanya kapan terakhir dia ke kampus, Andy pun sudah lupa karena Annisa semakin hari semakin sulit dikejarnya, dia pun menyerah dan merasa malas berurusan dengan gadis itu lagi, lebih baik dia mencari gadis lain yang tak perlu dia kejar.

Tapi bagaimana bisa ada gosip itu? Andy sama sekali tidak mengerti, jangankan untuk menyeret Annisa ke ranjangnya, untuk menyentuhnya pun dia sulit. Saat melihat Andy, Annisa seperti melihat seonggok daging babi.

Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang