🎃SATU🎃

444 9 3
                                    

"Senja bangun!!!" suara Andrew menggedor pintu kamarku. Ku ambil bantal, dan kututupkan ke telingaku. Kakakku itu selalu saja begitu setiap pagi. Selalu mengangguku yang masih diselimuti rasa kantuk yang berkepanjangan. Andrew memasuki kamarku, mungkin ia menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu kamarku yang sengaja ku kunci.

Andrew menarik paksa bantal yang menutupi telingaku, kemudian mulai mengoyang-goyakan lenganku. Aku membuka mataku, dan melihat wajah Andrew yang sudah kusut bak kain yang tak disetrika. Kupejamkan kembali mataku, tak perduli dengan Andrew yang semakin kencang mengoyang-goyangkan lenganku.

"Senja bangun, gak! Gue siram lo, kalau gak mau bangun!" ancam Andrew. Pagi-pagi begini sudah mendapat ancaman, dari kakakku pula. Merasa tak berhasil membangunkanku, Andrew membuka tirai jendela, sehingga sinar mentari pagi menembus memenuhi kamarku. Aku menarik selimut menutupi kepala, tetapi dengan jahat Andrew menariknya kemudian membuangnya hingga tergeletak di lantai.

Aku membuka mata, yang pertama kali aku lihat adalah wajah Andrew yang sedang memelototiku. Ingin rasanya aku menampar wajah andrew dengan panci, tapi sayangnya dikamarku tidak ada panci. Alhasil aku melemparnya dengan boneka winnie the pooh yang berada di sekitarku. Tapi sayang, Andrew berhasil menepisnya.

"Lo, ganggu gue aja sih!" omelku. Menatap Andrew kesal. Andrew memelotot sembari berkacak pinggang menatapku. "Gak usah bacot! Mandi sekarang, atau lo gue seret ke kamar mandi!" ancam Andrew. Bukannya takut, dan menuruti perintah Andrew. Aku justru kembali memejamkan mata, dengan bantal yang kujadikan pelindung dari sinar mentari.

"Aww!" ringisku ketika pantatku berhasil mendarat mulus di lantai kamar yang dingin. Kutatap Andrew tajam, kakakku itu begitu tega menarik kakiku hingga aku terjatuh dari ranjang.

"Lo, tega banget sih, ndrew!" gumamku sembari mengelus-ngelus pantatku yang terasa nyeri. "Mandi sekarang! Sebelum gue bener-bener nyeret lo ke kamar mandi!" ancam Andrew.

Aku berdecak kesal, kemudian berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Lebih baik aku menurut, dari pada Andrew benar-benar menyeretku ke kamar mandi.

Setelah mandi, aku bercermin di cermin yang memantulkan sosok gadis berkulit putih, bermata cokelat, serta wajah yang berbentuk oval. Aku bingung, harus memakai bando merah atau biru untuk menghiasi rambut coklat panjang milikku. "Senja! Buruan, gak usah dandan lo!" ucap Andrew menggedor pintu kamarku.

Aku berdecak kesal, mendapati sikap Andrew yang tak sabaran itu. Kemudian aku memutuskan untuk memakai bando merah untuk kupakai hari ini. Setelah itu aku keluar menuju meja makan, sebelum Andrew kembali datang dan menggedor pintu kamarku hingga jebol. Dimeja makan sudah ada mama, papa, dan Andrew, yang sudah hampir menghabiskan sarapannya.

Aku duduk di seberang Andrew, kemudian mengambil nasi goreng buatan mama, dan mulai menyantapnya.

"Ck, kalau makan jangan kayak putri solo dong! Telat nih, gue nanti!" ucap Andrew tak sabaran. "Apaan sih, gue kan baru makan!" omelku tak terima. Untung saja mama segera menegahi kami, kalau tidak mungkin aku tidak akan bisa makan dengan tenang karna terus diomeli Andrew.

"Andrew, biarin, adikmu makan! Biasanya juga kamu gak perduli kalau telat!" ucap mama. "Betul, tuh! Bukannya elo emang rajanya telat!" dukungku.

Andrew memelototiku. "Gue ada urusan!" ucapnya tanpa mau menjelaskan. Setelah mengucapkan kalimat itu, Andrew bangkit dari duduknya dan menarikku paksa untuk mengikutinya bangkit. Aku memberontak, tapi Andrew dengan tenang terus menarikku hingga tiba di mobil sport hitam miliknya.

"Masuk!" perintahnya. Aku mencibir, tapi memilih menurut untuk segera menaiki mobil Andrew, tak ingin membuatnya marah.

"Ma, Andrew berangkat!" ucapnya kepada mama yang membukakan pintu gerbang sebagai akses untuk mobil Andrew lewat.

***

"Buruan turun!" perintah Andrew ketika kami sampai di tempat yang agak jauh dari sekolahanku. "Gak lo suruh juga gue, bakal turun!" ucapku ketus. Kemudian keluar dari mobil Andrew. Sejurus kemudian mobil Andrew sudah melesat jauh meninggalkanku.

Aku berjalan untuk segera sampai di gerbang sekolahku yang masih agak jauh. Setiap hari Andrew memang menurunkanku di tempat yang agak jauh dari pintu gerbang Alaska. Bukan tanpa alasan Andrew melakukan itu semua. Itu semua Andrew lakukan semata-mata untuk melindungiku. Karna Andrew adalah musuh bebuyutan ketua geng sekolahku, Sma Alaska. Andrew sendiri adalah ketua geng sekolahnya, Sma maximus. Dan kedua sekolah itu memang sudah bermusuhan, baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Aku memasuki kelasku dan mendapati sahabatku, Nayla, sudah duduk dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya.

Nayla menoleh, ketika aku duduk di sampingnya. "Kenapa lo? Kusut banget, kek bekum disetrika!" ucapnya. "Gue dongkol banget sama Andrew! Dia tuh, ya, gak pernah sekali aja, buat baik ke gue!" gerutuku sebal.

Nayla terkikik geli. Aku memang selalu menceritakan semua perlakuan jahat Andrew pada Nayla. Dan Nayla selalu saja tertawa atau tersenyum ketika mendengar ceritakubyang menurutnya sangat lucu.

Nayla adalah salah satu penggemar Andrew dari ratusan penggemar Andrew lainnya. Andrew memang memiliki fisik yang baik. Cowok itu memiliki tubuh tinggi tegap, dan wajah yang sangat tampan. Hal itu membuat Andrew menjadi idola para kaum hawa. Tapi sayang, Andrew tak pernah berniat untuk memilih salah satu diantara ratusan cewek yang menggantre untuk menjadi kekasihnya. Itu semua dikarenakan Andrew adalah tipikal cowok dingin yang tak pernah perduli dengan sekitarnya. Kecuali, orang-orang yang memang dekat dengan cowok itu.

"Andrew, maksa lo bangun lagi?" tebak Nayla. Yang kubalas dengan anggukan. Aku memang selalu menceritakan kejadian setiap pagi yang selalu terjadi antara aku dan Andrew kepada Nayla, jadi aku tak begitu kaget kalau Nayla langsung dapat menebaknya tepat sasaran.

"Gue setuju sama Andrew! Kebo kayak lo emang pantas buat dipaksa bangun, kalau gak gitu, lo bakak terus ngebo sampe siang!" ucap Nayla membuatku memelototi cewek itu.
Enak saja aku dikatai kebo!
"Jangan mentang-mentang lo penggemar Andrew, jadi lo bisa seenaknya belain dia!" ucapku ketus.

Nayla tertawa ngakak. "haha, iya-iya, gue bercanda. Jangan ngambek dong, Senja!" gumam Nayla. Membuatku memutar bola mata malas. Beruntung Bu Firda datang memasuki kelas, untuk mengajar mata pelajaran Kimia.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang