🎃LIMA🎃

111 6 0
                                    

Hari ini aku sangat senang sekali. Itu dikarenakan papa yang mengizinkanku untuk membawa mobil sendiri ke sekolah. Sebenarnya ini juga karna Andrew yang sedang camping, jadi otomatis dia tidak bisa mengantar-jemputku beberapa hari kedepan.

Baru saja aku merasa sangat senang. Sekarang mood-ku sudah berubah menjadi buruk ketika mataku menangkap sosok Langit yang sedang berjalan beriringan dengan seorang cewek. Aku memincingkan mataku ketika mengenali sosok cewek yang berjalan disamping Langit itu adalah Azra. Adek kelas super centil yang mencoba merebut Langit dariku.

Aku sudah hendak beranjak pergi, ingin melabrak Azra. Tapi langkahku terhenti ketika aku mengingat suatu hal. Aku tidak bisa melabrak Azra saat ada Langit. Nanti bisa-bisa malah aku yang dipermalukan Langit seperti saat dikantin kemarin!

Aku memutar otak, berfikir cara apa yang akan aku lakukan untuk melabrak Azra tanpa harus diketahui oleh Langit.

Aku tersenyum senang. Sepertinya kali ini Dewi fortuna sedang berpihak padaku. Kulihat Azra berpamitan kepada Langit dan beranjak pergi.

Melihat Azra yang sudah bergerak pergi. Barulah aku berjalan berniat untuk membuntuti cewek itu yang ternyata menuju toilet cewek.

"K...kak Senja!" ucapnya gugup, ketika melihatku berdiri tepat dibalik pintu toilet yang sedang ia pakai. Aku memang sengaja menunggu dibalik pintu toilet tempat Azra masuk tadi.

"Lo bener-bener nantangin gue ya! Kenapa? Lo mau nyari ribut ke gue?!" ucapku ketus.

"E..enggak kak! Aku gak mau cari masalah sama kakak!"

Aku berdecak kesal. Kalau sudah begini, sepertinya aku harus lebih berhati-hati dengan Azra. Karna aku tidak mau tertipu dengan wajah sok polos cewek itu.

"Cih...., gak mau cari masalah sama gue! Terus apa kabar sama lo yang terus nempelin Langit! Asal lo tau ya, langit itu cuma untuk gue! Dan elo, jangan berharap bisa dapatin dia!" ucapku menunjuk-nunjuk wajah Azra dengan jari telunjukku.

"Hiks hiks hiks, aku sama sekali gak punya pikiran untuk merebut Kak langit dari kakak! Aku, aku cuma temanan sama kak langit!"

Aku memutar bola mataku malas. Cewek didepanku ini benar-benar membuatku muak melihat air mata buaya- nya. Ingin rasanya aku mencakar habis wajah Azra karna kesal melihat drama qween- Nya. Tapi ini di sekolah, dan aku tidak mau membuat masalah. Lagipula, aku sedang tidak mood untuk mengunjungi pak Badri di kantor BP nya.

"Bisa gak sih, lo gak usah drama kek gitu! Muak, gue ngeliatnya!" dengusku menatapnya kesal.

Azra terdiam, masih menangis sesengukkan. Karna sudah sangat jengah, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari toilet. Meninggalkan Azra yang masih terpaku disana.

***

"Anjrit! Drama banget sih, tuh cewek! Ilfil, gue ngeliatnya!" gerutuku sembari duduk di bangku samping Nayla.

Nayla yang tadinya sedang sibuk dengan ponselnya. Akhirnya ikut menoleh kearahku dengan keningnya yang berkerut.

"Kenapa lo?" tanyanya.

"Lo tau, gue barusan ngelabrak si Azra. karna lagi-lagi dia deketin Langit! Parahnya, pas gue labrak dia malah nangis. Drama banget kan tuh cewek?!"

"Ih, dia nangis? Gila, itu sih Drama banget. sumpah! Gue kira, dia beneran polos. Tapi, kalau sampe nangis kayak gitu, keknya dia perlu dicurigai. Bisa aja itu air mata buaya!" ucap Nayla yang kubenarkan dalam hati. Sepertinya aku memang patut mencurigai Azra.

"Udahlah Nja! Dari pada lo sepaneng. Mending sekarang lo ikut gue nonton oppa-oppa! Lumayan, buat cuci mata!" seru Nayla. Membuatku memutar bola mataku malas. Nayla sahabatku itu memang salah satu pengemar berat cowok-cowok korea yang suka bernyanyi dan menari. Alias, Boy band. Sangking sukanya, Nayla hampir memenuhi semua dinding kamarnya dengan poster idolanya itu.

"Btw, lo tau gak! Nct dream mau ke indonesia loh!" seru Nayla antusias.

"Terus kenapa kalau mereka mau kesini?"

Nayla menampilkan senyum manisnya, yang justru membuatku curiga.

"Gue bakal datang ke tempat mereka konser! Lo temenin gue ya?!" ucapnya menatapku penuh harap.

Aku terpaksa mengangguk, ketika merasa tak tega kalau harus menolak permintaan Nayala. Lagipula, sepertinya menonton konser tidak terlalu buruk. Karna aku bisa sebentar melupakan langit. Yang sampai saat ini belum bisa kutaklukkan.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang