🎃DUA🎃

167 5 1
                                    

Bel tanda pulangan sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Aku berjalan bersama Nayla, dan berpisah di gerbang Sma Alaska karna aku harus berjalan ke tempat biasa Andrew menjemputku. Aku tiba ditempat itu, tetapi tak menemukan mobil sport Andrew disana. Aku mengambil ponselku, mencoba menghubungi Andrew. Aku merasa heran, tak biasanya Andrew telat menjemputku. Biasanya 5 menit sebelum aku sampai ke tempat itu, Andrew sudah datang lebih dulu.

"Hallo! ndrew, lo ada dimana? Gue udah nyampe nih,"

"Gue gak bisa jemput lo! Kenny yang bakal gantiin gue buat jemput lo!" seru Andrew di sebrang telpon.

"Lah, kok kenny? Emang kenapa lo gak bisa jemp---"

Tut tut tut

Aku memaki dalam hati. Kakakku itu benar-benar keterlaluan. Masa aku belum selesai bicara tapi udah dimatiin!
Dengan kesal kukantonggi kembali ponselku. Bertepatan dengan motor sport hitam yang berhenti tepat di depanku.

Kenny melepas helmnya, dan tersenyum ke arahku. Senyuman menawan yang mampu membuatku meleleh melihatnya. Kenny adalah sosok cowok ramah yang memiliki senyum yang begitu mempesona. Kenny adalah teman baik Andrew, sekaligus orang kepercayaan Andrew di dalam gengnya. Oleh karna itu Andrew seringkali meminta Kenny untuk menggantikan tugasnya menjemputku, dengan alasan ada urusan.

"Hay, Senja!" sapa Kenny ramah. Aku melemparkan senyuman paling manis yang kumiliki untuk membalas sapaan Kenny. "Hay, Ken!" ucapku membalas sapaanya.

"Gue ditugasin Andrew buat jemput lo!" gumam kenny. "Iya, gue juga tau dark Andrew! Mm, sorry ya, lo jadi repot-repot jemput gue!" ucapku tak enak hati.

Kenny tersenyum manis. "Gak ngerepotin kok, malah gue seneng kalau bisa bantu Andrew buat jagain lo!" gumam Kenny, membuatku mau tak mau tersenyum malu.

"Yaudah, yuk, kita pulang!" ajak Kenny, yang kubalas dengan anggukan. Kenny memberiku helm cadangan, yang langsung aku pakai. Setelah itu aku mengikuti Kenny naik ke atas motor. "Pegangan nja! Kalau gak mau pegangan gue, pegang besi pembatas aja. Gue takut lo jatoh kalau gak pengangan, nanti kalau lo jatoh dan lecet, gue bakal mati di hajar Andrew kalau sampai dia tau adek kesayangannya gue jatohin dari atas motor!" gumam Kenny bercanda.

Aku memukul pundak Kenny pelan. Tetapi tetap menurut, dengan berpegangan pada besi pembatas motor. Sejurus kemudian motor sport Kenny sudah melesat meninggalkan tempat itu. Tanpa kami sadari, sedari tadi seseorang terus mengamati tingkah kami secara sembunyi-bunyi.

***
Kenny menghentikan laju motornya ketika kami sudah berada tepat di depan gerbang rumahku. Ku lihat mobil sport Andrew sudah terparkir di halaman depan rumah kami. Lalu apa yang dimaksud cowok itu dengan ada urusan?

"Senja!"panggil Kenny. Membuatku tersadar dan segera turun dari motor cowok itu. "Makasih ya, Ken! Maaf, udah buat lo repot!" ucapku tersenyum tulus. "Gak ngerepotin kok!" ucapnya. Yang hanya kuangguki. "Mm, yaudah kalau gitu gue masuk dulu ya!" pamitku hendak berbalik pergi. Tetapi gerakannku terhenti ketika tiba-tiba Kenny menahan tanganku.

Aku mengernyit menatap tanganku yang berada di gengaman Kenny. Seakan sadar, Kenny spontan melepas gengamannya dari tanganku. "Kenapa Ken?" tanyaku. "Eh? Enggak, itu helm nya belum lo lepas!" ucap kenny sambil menunjuk ke arah atas kepalaku. Aku meraba kepalaku, dan benar saja, helm itu masih melekat disana. Aku salah tingkah, kemudian menyerahkan helm itu kepada Kenny.

Kenny menerima helm dariku dengan wajah yang menahan ketawa. Mungkin cowok itu sedang berusaha untuk tidak tertawa didepanku. "Yaudah, gue cabut dulu, ya, nja. Bilangin ke Andrew, gue balik!" ucapnya. Yang kubalas dengan anggukan. Tak lama, motor kenny sudah melesat pergi.

Aku berbalik memasuki halaman rumahku ketika kupastikan motor kenny benar-benar sudah menghilang tak terlihat. Kulihat Andrew sedang menonton tv di ruang keluarga dengan beberapa cemilan ditangannya. Aku menghampiri Andrew dan merebut cemilan yang sedang di bawanya.

Andrew tersentak, kemudian memelotot ke arahku. Amdrew mengulurkan tangannya, berusaha untuk merebut cemilannya kembali, tapi dengan gesit aku menjauhkan cemilan itu dari jangkauan Andrew.

"Ck, bisa gak sih, gak usah ganggu gue!" ucap Andrew kesal. "Bisa gak sih, gak usah nelantarin adek sendiri!" sindirku. Membuat Andrew mengernyit menatapku. "Nelantarin lo? Siapa yang nelantarin lo!" ucapnya.

Aku memutar bola mata malas. Selain dingin, Andrew juga tipikal orang yang tak pernah merasa bersalah. Jadi, sudah dipastikan cowok itu tidak pernah meminta maaf, meski ia salah sekalipun.

"Ini yang lo sebut urusan. Duduk-duduk santai, nonton tv, dan gak mau jemput gue!" ucapku menatapnya garang. Andrew mendengus. "Urusan gue udah selesai, makanya gue bisa nonton tv!" ucap Andrew santai.

"Emang urusan apa?" tanyaku penasaran. Setahuku, hidup Andrew tidak pernah jauh dari kata urusan. Cowok itu selalu saja memiliki urusan, baik urusan gengnya maupun urusan cowok itu pribadi.

"Kepo!" ucap Andrew. Merebut kembali cemilannya yang sempat kusita. Aku mendengus, kemudian berlalu pergi menuju kamarku. Bisa gila kalau aku terus-terusan dekat dengan Andrew.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang