🎃EMPAT🎃

120 5 0
                                    

"Andrew! Lama amat sih jemputnya! Panas nih!" gerutuku kesal. Ketika aku harus rela menunggu jemputan dari Andrew yang baru tiba setelah 30 menit bel sekolahku berbunyi.

"Cerewet amat sih, lo! Mending juga gue jemput, dari pada lo naik ojek!" ucap Andrew balas mengomeliku.

Aku memutar bola mataku malas. Andrew selalu saja begitu. Selalu ingin menang sendiri dan tidak mau disalahkan. Sekalipun dia yang salah, tapi kita juga yang harus terpaksa mengalah melawan kekeras kepalaannya.

Aku memang tidak satu sekolah dengan Andrew. Itu dikarenakan Andrew yang tidak mau aku terlibat di dalam masalah gengnya.

Andrew adalah seorang bad boy. Dia juga termaksut ke dalam salah satu geng besar sekolahan. Yaitu geng maximus. geng yang berasal dari Sma maximus, tempat Andrew bersekolah. Geng maximus adalah salah satu geng besar yang memiliki musuh dimana-mana. Dengar-dengar, geng maximus juga memiliki musuh bebuyutan yaitu, geng Alaska. Geng yang berasal dari sekolahku. Mungkin sebagian orang yang mendengarnya terasa lucu, karna aku yang notebennya adalah adik Andrew--ketua geng maximus, justru lebih memilih bersekolah di Sma Alaska yang merupakan kumpulannya anggota geng Alaska.

Awalnya Andrew tidak menyetujui keputusanku yang memilih Sma Alaska untuk tempatku bersekolah. Tapi, karna aku selalu merengek kepadanya. Dia jadi keki sendiri dan akhirnya hanya pasrah menyetujui keputusanku untuk bersekolah di Sma Alaska.

Ngomong-ngomong soal geng Alaska. Sebenarnya Langit itu adalah ketua geng Alaska. Dia dilantik untuk mengantikan ketua geng lama yang harus melepas jabatannya karna sudah lulus. Setiap satu tahun sekali, geng Alaska akan melantik ketua geng yang baru. Dan hal itu juga berlaku di dalam geng Andrew, alias geng maximus.

Aku menyapa kenny yang duduk di kursi teras rumahku. Kenny adalah sahabat Andrew sejak Smp. Dan jabatan Kenny yang sebagai wakil geng Maximus membuatnya sering berkunjung ke rumahku. Entah itu karna ada masalah geng yang harus disamapaikan kepada Andrew. Atau hanya untuk sekedar bermain basket di hari libur.

"Udah lama, ken? Masuk dulu yuk!" ajakku. Sembari membuka pintu lebih lebar.

"Masuk Ken!" tutur Andrew. Yang di balas Kenny dengan anggukan.

Andrew berjalan menuju ruang tamu. Disusul dengan Kenny yang membuntut dibelakangnya.

"Ndrew! Gue bikinin minum dulu ya!" pamitku. Tak ingin ikut campur dalam urusan mereka.

Andrew mengangguk. Sedangkan aku berlalu menuju dapur untuk membuat minuman.

Sesuai dengan janjiku. Aku membuat minuman untuk disuguhkan kepada Andrew dan Kenny, tentunya untuk diriku sendiri.

Aku berjalan kembali ke ruang tamu. Setelah kalimat yang keluar dari mulut Kenny, membuatku terpaksa menghentikan langkahku.

Aku mundur, bersembunyi di balik tembok yang memisahkan antara ruang tamu dengan dapur. Bukannya aku kepo! Hanya saja aku merasa penasaran dengan obrolan Andrew dan Kenny.

Aku menajamkan pendengaranku. Mencoba untuk menguping pembicaraan Andrew dan Kenny.

"Jadi lo kesini bawa kabar apa?" tanya Andrew.

"Gue kesini cuma mau nyampein ke elo. Kalau gue dapat kabar, kalau ada salah satu anggota geng kita yang di keroyok sama orang!"

"Kurang ajar! Siapa yang ngeroyok anggota maximus?" aku terus bersembunyi di balik dinding pemisah itu. Di balik dinding, bisa aku lihat Andrew mengepalkan tangannya kuat. Sepertinya cowok itu sangat marah mendengar kabar buruk yang disampaikan kenny. Seserius itu kah andrew menjaga gengnya?

"Gak ada yang tau pasti siapa orang-orang yang ngeroyok anggota maximus itu. Tapi, anak-anak pada curiga kalau itu anak geng motor!"

"Geng motor? Geng motor apa yang kira-kira bisa ngelakuin hal secupu itu?"

"Kalau menurut gue sih, sepertinya mereka geng motor serigala! Karna cuma geng motor itu yang punya dendam besar sama maximus!"

"Good! Kalau gitu, kita harus mulai nyelidikin geng motor serigala!" putus Andrew.

"Ck, Senja lama amat sih, bikin minumnya!" dengus Andrew. "Senja!!! Lo bikin minum atau ngebatik?!" teriak Andrew memanggilku.

Aku mendengus kemudian keluar dari tempat persembunyianku. Kupasang wajah seperti biasa, kemudian mulai berjalan menghampiri mereka di ruang tamu.

"Sabar dong Ndrew! Lo pikir, bikin minum itu secepat elo kentut!" cibirku.

"Jawab aja terus! Gue kutuk jadi batu juga lo lama-lama!" sahut Andrew. Langsung menyambar gelas yang hendak kuberikan untuk Kenny.

"Ah....lega! Oke juga lo buat minum!" ucapnya. Tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku memutar bola mataku malas. Kemudian menyerahkan minuman yang masih tersisa satu kepada Kenny.

"Thank's!" ucap Kenny. Menerima gelas yang kusodorkan.

Aku mengangguk. Kemudian mulai meminum minumanku sendiri.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang