Aku tersenyum ketika mendapati Langit sedang duduk sendiri didalam kelasnya.
Dengan semangat 45 aku menghampiri Langit, dan duduk dihadapan cowok itu.
"Pagi.....,Langit.....!" sapaku dengan senyuman yang setia terpancar diwajahku.
Langit diam, tak berniat menjawab sapaanku. Jangankan menjawab, melirikku saja tidak. Buat orang jadi kesel aja!
"Langit! Nih, aku bawain kamu sarapan! Itu aku masak sendiri loh. Kamu makan ya!" ucapku tak putus asa. Aku sudah bertekat untuk mendapatkan langit, ya meski cowok itu sudah beberapa kali menolaku. Tapi aku tidak akan menyerah. Karna aku percaya, cinta itu tumbuh karna terbiasa. Oleh karena itu aku tak pernah absen untuk membawakan Langit bekal, ataupun hanya sekedar menggangu cowok itu.
"Gue gak lapar!" ucap Langit. Tanpa melihatku.
"Yaudah, simpan aja buat istirahat nanti!" ucapku tak putus asa.
"Nanti juga gue gak lapar!" ucap Langit tetap kekueh dengan pendiriannya.
Aku mendengus kesal. Bukan sekali ini Langit menolak bekal yang kubawa untuknya. Tapi ini sudah untuk yang kesekian kalinya. Dan aku sangat merasa kesal dibuatnya!
"Kamu kenapa sih selalu nolak bekal yang aku bawa. Kamu tau gak, kalau aku buatin bekal itu penuh dengan usaha?!" gerutuku.
Langit menatapku, "Itu urusan lo. Gue juga gak pernah nyuruh lo buat bawain bekal untuk gue!"
"Oke! Kamu emang gak pernah nyuruh aku buat bawain kamu bekal, Karna ini inisiatif aku sendiri. Tapi, please, hargai usaha aku, Lang!" ucapku sedikit memelas kepadanya.
Tidak! Aku tidak boleh menangis. Aku harus kuat. Karna Langit benci dengan orang yang lemah.
"Tio!" panggil Langit. Membuat Destio datang menghampiri kami.
"Kenapa Lang?" tanya Destio.
Aku mengernyit, bingung melihat Langit yang tiba-tiba memanggil Destio untuk menghadapnya. Apa ada masalah di dalam geng Alaska?
"Nih, buat elo!"
"Hah?" pekikku tanpa sadar. Ketika dengan santainya Langit memberikan bekal yang kubuat khusus untuknya, diberikan kepada Destio.
Destio menatpku dan Langit secara bergantian. "Mm, gak usah deh, lang. Gue bisa makan dikantin!" tolak Destio. Membuatku sedikit tersenyum lega.
"Ambil aja. Itu perintah! Bukan penawaran!" ucap Langit kekueh.
Destio mengaruk tengkuknya. Kemudian mengambil ahli kotak bekal itu dari tangan langit.
"Thank's ya, lang! Gue cabut dulu. Senja gue cabut dulu!" pamit Destio berlalu pergi, setelah aku sempat memberinya pelototan.
Aku mendengus. Menatap Langit yang fokus dengan ponselnya. "Kenapa dikasih ke Destio, bekalnya?!"
Langit mengalihkan pandangannya, menatapku. "Katanya elo mau masakan lo dihargai. Yaudah, karna gue gak bisa makan masakan lo dan gak bisa menghargai masakan lo. Masakan lo gue kasih Destio. Gue yakin dia bakal makan tuh bekal!" jawab Langit enteng.
"Oh ya! Gue mau itu bekal terakhir, yang lo kasih ke gue!" lanjutnya.
Aku mendengus kesal. "Dasar sinting!" umapatku, berlalu pergi. Sebodo dengan Langit yang akan marah karna kukatai sinting. Yang jelas, aku sangat kesal dengan Langit saat ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja (Complite)
Teen FictionSebuah kisah cinta yang melibatkan dua geng besar yang saling bermusuhan. Kisah rumit ini bermula dari Senja, adik dari ketua geng maxsimus yang memutuskan untuk bersekolah di sebuah sekolah yang jelas-jelas musuh dari kakaknya. Hingga akhirnya sebu...