🎃LIMABELAS🎃

91 6 0
                                    

    Mobil audy putihku melaju menembus hiruk pikuknya jalanan ibu kota. Setelah kejadian marah-marah dengan Langit. Aku memutuskan untuk pergi dari sekolah. Bodo amat dengan pak badri yang akan memanggilku besok saat sekolah karna aku ketahuan membolos. Aku pusing. Aku lelah. Aku butuh ketenangan.

Aku terus memacu mobilku menuju tempat biasa yang aku kunjungi saat sedang sedih. Ya! Tempat itu adalah Bukit!

Awalnya perjalananku terasa biasa-biasa saja. Tetapi tidak setelah mataku tak sengaja menoleh ke spion mobilku yang menampilkan gerombolan cowok yang memakai motor sport hijau sedang mengikutiku dari belakang.

Aku panik! Oleh karna itu aku menambah keepatan mobilku sehingga mirip dengan seorang pembalap. Aku semakin panik ketika gerombolan cowok itu juga ikut melanjukan laju kendaraan mereka. Aku semakin menginjak gas mobilku. Tak memperdulikan cacian dan makian pengendara lain yang merasa terganggu karna aku mengendarai mobil secara ugal-ugalan.

“Woy! Berhenti lo!” ucap salah satu dari mereka yang kini sudah berhasil mensejajarkan motornya hingga tepat berada disamping jendela mobilku.

Aku mengigit bibirku yang merupakan kebiasaanku sedari kecil ketika aku sedang panik. Tanpa sadar aku semakin mengijak pedal gas mobilku sehingga kecepatan mobilku bertambah.

Mati gue! Gimana kalau mereka berhasil nangkep gue? Mereka sebenarnya siapa sih, kenapa mereka ngikutin dan ngejar gue? Astaga gue takut banget. Oke-oke, senja lo harus tenang. Lo gak boleh nyerah. Masa andeknya ketua geng penakut sih. Cemen! Kalau andrew tau, pasti dia habis-habisan ngetawain gue!

                                ***

Setelah berberapa kilometer aku mengendarai mobilku bak orang kesetanan. Akhirnya aku bisa bernafas lega karna aku sampai dirumah dengan selamat. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari masuk kedalam rumah.

“Woy! Napa lo? Kek habis dikejar setan, lo,” tegur Andrew. Muncul dari dapur dengan segelas jus orange kesukaannya.

Aku mengatur nafasku yang tersegal-segal akibat terlalu panik. “Ndrew, gue lagi dikejar orang yang gak gue kenal!” tuturku. Yang membuat Andrew sontak menyemburkan minumannya.

“Hah? Dikejar orang, gimana maksut lo?” tanya Andrew.

“Gue juga gak tau mereka siapa. Yang jelas, mereka itu banyak banget sekitar 15 orang, semuanya pake motor sport hijau. Mereka ngikutin gue, untungnya gue ngebut dan sampe rumah dengan selamat.”

“Pake motor hijau? Apa lo ada lihat jaket yang mereka pake itu ada logo serigalanya?” tanya andrew. Melemparku kembali kejadian tadi dimana sekelompok orang itu terus mengikutiku. Aku mengingat! Aku melihat salah satu dari mereka memakai jaket kulit berlogo serigala. Orang itu tadi yang mengejarku hingga tepat disamping jendela mobilku.

“Iya! Mereka pake jaket logo serigala!” tuturku. “Tapi gimana lo bisa tau, ndrew?!” aku menatap amdrew curiga.

“Mereka itu geng serigala. Geng motor yang suka cari masalah sama geng maximus.” tutur Andrew. “Senja! Lebih baik lo gak usah bawa mobil sendiri kesekolah. Kembali kesepakatan awal, gue yang akan antar-jemput lo sekolah!” tukas andrew.

Aku memelotot tak terima. Bagaimana bisa begitu. Baru saja papa memberiku izin untuk membawa mobil sendiri kesekolah, karna Andrew yang belakangan ini sibuk bimbel karna sudah mendekati ujian. Tapi Andrew malah mau kembali ke rutinitas awal untuk mengantar jemputku.

“No way! Bukannya elo ikut bimbel?! Fokus aja sama bimbel lo. Dan gue bakal aman-aman aja bawa mobil kesekolah. Tenang aja, Ndrew. Andek lo ini jago kok, bisa bela diri.” ucapku meyakinkan andrew.

“Tapi, nja. Mereka itu bahaya buat lo!” ucap Andrew tegas.

“Gue bilang enggak, ya enggak. Lagian kalau mereka bahaya, terus apa kabar sama lo yang juga kayak mereka. Lo kan, juga anak geng. Jadi kalau mereka bahaya, elo juga bahaya dong!”

“Nja, nurut sama gue!” andrew memaksa.

“Gak! Udah deh, males gue ngomong sama tukang maksa kayak lo!” seruku kemudian memilih untuk ngacir ke kamar.

“Senja.....senja...” teriak andrew yang tak kuindahkan.

Aku menghempaskan tubuhku diatas ranjang. Rasanya tubuhku terasa lemas karna terlalu panik sepanjang perjalanan tadi.

Aku tak habis pikir. Kenapa geng serigala mengikuti dan mengejarku seperti tadi. Tapi ngomong-ngomong soal geng serigala yang mengejarku. Aku jadi panik dan melupakan kesedihanku tentang langit. Ah sepertinya aku harus berterimakasih kepada geng serigala yang sudah membantuku melupakan masalahku terhadap langit. THANK'S!

TBC.

MAAF BANYAK TYPO!

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang