🎃EMPATBELAS🎃

89 7 0
                                    

“Andrew, gue mau ngomong sama lo!” ucapku langsung. Ketika melihat sosok Andrew berada di dapur, ingin memasak makanan.

Andrew menoleh, menatapku dengan kerutan didahinya. “Ngomong apaan?”

“Lo tadi malam, berantem sama siapa?” tanyaku to the point.

“Hah? Mm, tumben lo kepo. Biasa lo fine-fine aja kalau gue berantem!” ucap Andrew tanpa ingin menjawab pertanyaanku.

“Jawab lo berantem sama siapa?!” desakku.

“ Ada deh, yang jelas dia orang!” jawab Andrew santai, berlalu menuju penggorengan dan mulai memasak.

“Lo berantem sama Langit, kan?!” tuturku yang sontak membuat Andrew menoleh, menatapku.

“Bener kan, apa yang gue bilang?!” ucapku terus mendesakknya agar jujur.

“Iya!” jawab Andrew santai. Kembali fokus dengan alat penggorengan.

Aku memelotot tak percaya. Jadi, ternyata benar dugaanku. Andrew berantem dengan Langit!

“Buat apa sih, Ndrew...., lo kan tau, kalau berantem itu gak bakal menyelesaikan masalah. Yang ada malah nambahin masalah tau gak!” ucapku ketus.

“Gue juga gak bakal nyerang dia kalau dia gak mulai duluan. Dia udah nyakitin lo, Nja. Dan lo tau, lo itu segalanya buat gue. Gue gak akan pernah rela ada orang lain yang nyakitin lo!” tutur Andrew.

Aku menunduk dalam. “Gue juga sayang sama lo, Ndrew. Tapi, gue gak mau lo berurusan lagi sama Langit. Gue...mau ngelupain dia!”

Andrew tersenyum. Berjalan menghampiriku, kemudian membawaku ke dalam pelukannya.

“Gue selalu dukung lo, Nja!” bisik Andrew tepat ditelingaku. Aku menangis sejadi-jadinya dipelukan andrew. Untuk apa aku menangisi Langit jika ada Andrew yang sangat menyayangiku!

                                ***

Aku terduduk lemas didalam bilik toilet. Entah mengapa perutku terasa sangat sakit. Dan ini adalah ketiga kalinya aku keluar masuk toilet. Rasanya aku sangat lemas. Aku bangkit, hendak membuka pintu toilet. Tetapi sontak gerakanku terhenti ketika aku menagkap suara seorang wanita yang terasa familier ditelingaku. Suara Azra.

Aku menempelkan telingaku pada daun pintu, berharap bisa mendengar pembicaraan antara Azra dengan seseorang yang tak kuketahui siapa.

“Haha, gue seneng banget deh, bisa liat lo deket sama Langit!”

“Yaiyalah, bukannya itu termaksut kedalam salah satu rencana gue!” seru Azra.

“God! Lo emang hebat, ra! Oh ya, btw langkah apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?”

“Gue akan tetep pura-pura jadi cewek polos didepan Langit. Habis itu gue rebut hatinya, dan setelah itu gue campakin deh!”

“Gila, elo emang sadis ya, ra. Emang lo punya dendam apa sih, sama si Langit?”

“Sebenarnya sih gue bukan dendam ke langit. Tapi gue dendam ke Senja. Dan gue cuma manfaatin Langit buat bikin senja sakit hati. Secara lo tau sendiri kan, si Senja itu cinta mati sama Langit,”

Dibalik pintu aku menutup mulutku rapat. Rasanya aku tak percaya dengan pengakuan Azra yang sangat mengejutkan. Jadi, ternyata dia cuma memanfaatkan Langit untuk menyakitiku? Tapi untuk apa, aku bahkan tak pernah punya masalah dengan Azra, sebelumnya!

Aku masih berdiam diri dibalik pintu. Hingga aku mendengar suara langkah kaki seseorang menjauh dari toilet.

Aku membuka pintu sedikit. Menyumbul memastikan Azra dan seseorang yang tak dikenal itu sudah keluar dari Toilet.

Aku menghela nafas lega ketika tak menemukan soso Azra di dalam toilet. Berarti dia sudah pergi!

                                  ***

Aku melangkahkan kakiku, berjalan cepat menuju kelas Langit. Langit berhak tau tentang semua rencana busuk Azra. Langit harus tau sifat asli seorang Azra. Langit harus wajah polos Azra itu hanyalah topeng yang digunakan untuk menutupi segala kebusukannya. Ya! Aku akan menceritakan semua kepada Langit mengenai semua fakta yang aku dengar di toilet tadi.

“Langit!” panggilku. Kulangkahkan kakiku, mendekati Langit yang sedang menatapku tajam di tempatnya duduk.

“Ngapain lo kesini?” tanya Langit ketus.

Aku menghela nafas berat. Rasanya beberapa hari tidak mendengar suara ketus langit menumbuhkan kerinduan tersediri dihatiku. Aku....kangen Langit!

“Gue mau kasih tau sesuatu yang bakal buat lo kaget pas denger!”

Langit mengeryit, mengangkat sebelah alisnya tinggi. “Apa?”

“Azra itu gak sebaik yang lo kira. Dia gak sepolos yang lo bayangin!” ucapku meyakinkan Langit.

“Hah? Ngomong apaan sih, lo?!” Bentak Langit.

“Kok lo marah-marah sih?! Gue itu bicara yang sebenarnya, tau gak!”

“Gimana gue gak marah. Lo itu udah nuduh Azra yang macem-macem tau gak!”

“Gue gak nuduh! Gue denger sendiri Azra ngomong sama temannya di toilet. Dia bilang dia itu cuma manfaatin elo buat nyakitin gue. Karna dia itu tau gue cinta sama lo, lang!”

“DIAM! Gue gak mau denger apa yang keluar dari mulut lo! Lo tau, lo itu sama aja kayak kakak lo yang brengsek itu. Pergi dari hidup gue, dan jangan pernah nampakin muka lo didepan gue!”

Bagai disambar petir disiang bolong. Disengat lebah dari sarangnya. Ditusuk beribu-ribu duri tajam. Disayat-sayat oleh pisau buah. Oke lupakan!

Plakkk

Cukup sudah cacian yang kuterima selama ini. Cukup sudah kata-kata kasar yang selalu kuterima. Cukup sudah rasa sakit yang selalu kuterima. Cukup sudah Langit menyakitiku. Kali ini aku sudah tak dapat membendung segala rasa kekecewaanku terhadapnya. Sudah cukup aku kecewa. Sudah cukup langit memperlakukanku kasar. Kali ini Langit benar-benar keterlaluan. Dia bukan hanya menghinaku, tetapi juga menghina Andrew, kakakku. Aku tak terima Andrew dihina seperti itu.

“Jangan pernah lo hina Andrew, kakak gue! Dia jauh lebih baik dari elo! Asal lo tau ya, seberengsek-brengseknya Andrew. Dia gak sebodoh lo yang mau-maunya aja ditipu sama tampang polos cewek licik itu. Dan asal lo tau ya, sebrengsek-brengseknya andrew. Dia gak pernah kasarin cewek. Gak kayak lo!” ucapku meluapkan segala emosi yang selama ini kupendam.

“Oh ya, lo mau gue jauhin elo? Oke! Gue bakal jauhin elo dan gak bakal muncul lagi dihadapan lo. Tapi ingat, jangan pernah nyesel setelah elo tau tabiat asli cewek polos lo itu!” ucapku. Setelah itu aku berbalik, melangkah pergi dengan segala rasa sakit yang tak kuketahui kapan akan sembuhnya.

Tbc.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang