🎃TIGABELAS🎃

97 6 0
                                    

Setelah 3 hari hanya berdiam diri dirumah. Akhirnya hari ini aku bisa kembali bersekolah. Tentunya dengan Andrew yang masih setia menjadi supirku.

“Jangan kecapean! Jaga kesehatan! jangan lupa minum obatnya! Ohya, sebelum minum obat harus makan dulu!” tutur Andrew mulai menampakkan sikap over protektive nya.

Aku mengangguk pasrah. Lebih baik menurut ketimbang mendapat omelan dari Andrew yang saat mengomel ngalah-ngalahin emak-emak gagal dapat arisan.

“Lo juga hati-hati. Jangan ngebut! Dan jangan berantem lagi!” seruku menginggatkannya. Bukannya apa-apa, aku hanya khwatir dengan Andrew setelah semalam dia pulang dengan keadaan babak belur. Sepertinya dia habis berantem. Tapi entah dengan siapa.

“Berantem wajar kali, Nja! Gue kan cowok!” seru Andrew yang langsung mendapat pelototan dariku.

“Iya-iya ngerti gue. Yaudah gue berangkat dulu ya!” pamit Andrew yang kubalas dengan anggukan. Sejurus kemudian mobil sport milik Andrew sudah melesat pergi dari hadapanku.

                                ***

“Omg....., Senja......, Lo udah sembuh?!” teriak Nayla, ketika aku baru saja memasukki ruang kelasku.

Aku menutup kedua telingaku rapat-rapat. Jangan salah, Nayla itu mempunyai suara nyaring bin cempreng yang dapat membuat gendang telinga berdengung ketika mendengar teriakkannya.

“Nayla, bisa diem gak?!” dengusku.

“Hehe, sorry. Habisnya gue seneng banget, sahabat gue dah sekolah lagi!” seru Nayla cengegesan. “Oh ya, gue kesel banget tau gak sama lo. Udah dibilangin jangan buat yang aneh-aneh, masih aja lo lakuin. Pake acara ngilang segala lagi. jadi gue kan, yang kena amuk sama Andrew gegera biarin lo pulang sendiri!” lanjut Nayla, memelotot kearahku.

Aku menghela nafas, “Sorry, tapi waktu itu emang gue pengen sendiri. Tapi, sekarang kan gue udah gakpapa.”

“Iya gakpapa, itu karna lo cepet ditemuin sama si Langit. Coba aja Langit gak nelpon gue dan bilang lo ada di bukit. mungkin lo udah mati kedinginan!” ketus Nayla.

Aku mengernyit, “Langit? Maksut lo?” tanyaku tak mengerti.

“Iya, langit. Dia yang nemuin lo di bukit. Terus dia nelpon gue, dan kasih tau kalau elo pingsan di bukit. Nah, gue nelpon Andrew, terus Andrew sama satu cowok lagi yang gak gue kenal yang nyamperin lo ke bukit!” ucap Nayla menjelaskan.

“Jadi...., Langit yang nemuin gue di Bukit?” tanyaku memastikan.

Nayla mengangguk. Kemudian menatapku curiga. “Emang kenapa sih?”

Aku menggeleng pelan. Andrew bilang kemarin Rian yang menemukanku. Tapi ternyata Langit yang menemukanku. Berarti Andrew membohongiku mengenai ini!

                                 ***

Aku menahan nafasku yang terasa sesak ketika netra mataku tak sengaja menangkap bayangan Langit yang sedang berduaan dengan Azra di kantin. Sebenarnya pemandangan itu sudah sering kulihat semenjak Azra bersekolah disini. Tapi entah mengapa, aku tetap saja merasa sesak setiap kali melihatnya.

Aku menggeleng, mencoba mengusir semua bayangan yang memenuhi isi kepalaku. Aku tidak boleh terus-terusan menyiksa dirku sendiri. Aku sudah memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Langit. Dan aku juga harus berusaha untuk melupakannya.

Aku melangkah melewati meja Langit, menuju salah satu meja yang masih kosong. Kulihat beberapa pasang mata menatapku aneh. Mungkin mereka merasa heran karna aku melewati Langit tanpa menyapa ataupun menatapnya. Tapi inilah keadaannya sekarang. Keadaan dimana aku akan menjauhi Langit dan melupakannya.

“Senja? Senja.....,” ucap Nayla sedikit berteriak itu mampu mengembalikanku ke dunia nyata.

“Hah? Apa? Kenapa Nay?” tanyaku gelagapan.

Nayla memutar bola matanya, menatapku jengah. “Mikirin apaan sih lo? Ngelamun mulu perasaan!”

Aku menggeleng sembari tersenyum tipis. “Gue gakpapa!”kilahku.

“Oh ya?” tanya Nayla, menatapku menyelidik.

“Mm..., kita belum pesen makanan. Buruan lo pesen, gih!” ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Iya, lo makan yang kek biasanya kan?!” tanya Nayla. Yang kubalas dengan anggukan. Setelah itu, Nayla sudah ngacir menuju tempat mang diman, Bakso favorite kami.

Setelah beberapa menit Nayla pergi. Akhirnya Nayla kembali dengan nampan yang berisi pesanan kami. Dan seketika aroma bakso mang diman yang lezat tiada tara menembus indra penciumanku.

“Senja!” panggil Nayla. Membuatku mengalihkan sebentar perhatianku dari Bakso untuk menatap Nayla.

“Lo liat deh. Kok muka Langit babak belur kek gitu ya! Apa dia habis berantem?” ucap Nayla. Membuatku mau tak mau menoleh, menuju arah Langit duduk dan memerhatikan wajah cowok itu.

Aku terkesiap ketika menyadari wajah Langit memang babak belur. Dan luka lebam diwajahnya itu bukan hanya satu luka, tetapi hampir disetiap wajahnya terdapat luka lebam.

Aku memutat otakku, mencoba mengkait-kaitkan wajah Langit yang lebam, dengan wajah Andrew yang juga lebam setelah cowok itu pulang tengah malam. Aku terkesiap. Apa jangan-jangan wajah Langit babak belur seperti itu karena berantem dengan Andrew?

“Senja! Lo kenapa sih, kek tegang banget. Lo khawatir Langit gak ganteng lagi gegara babak belur?” ucap Nayla asal.

“Enggak! Gue cuma khawatir muka Langit kayak gitu karna dia habis berantem sama Andrew!” tuturku yang mendapat pekikan histeris dari Nayla.

“What? Serius lo? Alasan apa yang bisa buat lo berfikir kek gitu?”

“ya.., ini cuma perkiraan gue sih. Tapi, menurut gue sih iya. Soalnya tadi malam tuh Andrew pulang larut banget. Terus mukanya lebam-lebam gitu. Kayak orang habis berantem. Dan Langit juga kayak gitu!”

Nayla mengangguk-angguk, “Bisa jadi sih. Habisnya mereka berdua kan emang musuh. Apalagi setelah Andrew tau kalau Langit udah buat lo nangis bombay. Bisa meledak-ledak tuh, dia!” ucap Nayla santai.

Aku terus memandang wajah langit yang di penuhi luka lebam. Entah mengapa rasanya hatiku sakit ketika melihat wajah dingin nan datar itu dipenuhi luka yang pasti sakit rasanya. Tanpa disengaja, Langit menoleh menatapku, pada saat aku masih asik memandang seriap inci wajahnya. Langit terus menatapku dengan mata elangnya. Tetapi itu tak berangsur lama karna aku lebih dulu memutuskan kontak mata dengan membuang muka kearah lain.

Langit Senja (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang