The Problem with Marrying Rich: Out of the Way, Ex

Bab 171 dan Bab 172

Bab 171: Aku Akan Tidur di Sofa

He Xiyan berjalan ke arah Ye Hao sambil tersenyum, duduk di sampingnya dan dengan lembut menyandarkan kepalanya ke bahunya.

"Apakah aku mengganggumu?" Dia tersenyum padanya dengan nada meminta maaf, tahu bahwa pria biasanya tidak suka wanita berdiri di samping mereka saat mereka bekerja.

Ye Hao menepuk kepalanya karena kebiasaan dengan senyum lembut di wajahnya.

"Tentu, selama kamu ada di sisiku."

Kemudian, dia terus mengetik balasan ke surel.

He Xiyan duduk di sisinya dan melihat bahwa dia mengirim email ke departemen pemasaran. Dia memperhatikannya ketika dia menyibukkan dirinya seperti gasing, seolah-olah dia tidak merasa lelah.

Dia baru saja memasuki ruangan karena panggilan sebelumnya telah membuatnya bingung dan dia tidak ingin tinggal di masa lalunya yang menyedihkan. Dia hanya merasa terhibur ketika berada di sisinya.

"Ye Hao, setelah aku melahirkan, biarkan aku bekerja di perusahaanmu juga," He Xiyan tiba-tiba berkata setelah Ye Hao selesai mengetik jawabannya. Dia sudah lama tidak bekerja dan merasa tingkat kecerdasannya menurun. Dia juga tidak ingin menjadi ibu rumah tangga penuh waktu.

Ye Hao mengerutkan kening dan menatap istrinya dengan bingung.

"Apa yang salah?"

"aku tidak ingin menjadi bodoh," kata He Xiyan genit saat dia memegang tangannya.

"Bahkan jika kamu menjadi bodoh, aku masih akan mencintaimu," Ye Hao mengerutkan bibirnya dan membelai wajah kecilnya dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dia melanjutkan, "Tetapi jika kamu merasa ingin bekerja, maka silakan. Jangan ragu memilih departemen mana pun yang kamu suka. " Bagaimanapun, dia tidak pernah ingin mengandalkan seorang wanita untuk membantunya di tempat kerja dan wanita ini sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengambil alih sepenuhnya. Dia mungkin ingin lebih sering melihatnya.

Dia sangat konyol untuk mengajukan pertanyaan ini sedemikian rupa. Bukankah lebih mudah baginya untuk lebih langsung dengannya?

Itulah yang dipikirkan Ye Hao.

He Xiyan terus menyandarkan kepalanya di pundaknya dan menemaninya sampai jam 22 malam.

Kemudian, dia menyerah pada kelelahannya dan tertidur sambil bersandar padanya. Dia tidak yakin kapan dia membawanya ke tempat tidur tetapi pada saat dia bangun, dia berada di pelukannya.

He Xiyan perlahan-lahan mendorong lengannya darinya. Semakin lama dia menggunakan lengannya sebagai bantal, itu akan mengganggu sirkulasi darahnya dan menyebabkan lengannya terasa mati rasa. Dia berbalik dengan punggung menghadapnya dan meringkuk karena kebiasaan, tidur seperti kucing. Namun, dia begitu dekat dengannya sehingga dia bisa merasakannya setiap saat dan dia bahkan secara tidak sengaja memancing reaksi padanya.

Ye Hao adalah penidur ringan dan sekarang setelah dia bangun, dia mengerang saat dia diatasi oleh sensasi intens yang akrab.

Dia masih dalam tahap awal kehamilan sehingga mereka tidak akrab dalam beberapa saat tetapi mereka masih tidur di tempat tidur yang sama setiap hari, jadi itu normal bahwa dia akan mudah terangsang.

Ye Hao berbalik dan dengan cepat menangkap bibir merah kecilnya di bibirnya saat dia memberinya ciuman Perancis yang dalam dan penuh gairah.

Suasana perlahan memanas.

He Xiyan mencengkeram seprai dan matanya tiba-tiba melebar saat dia mengingat sesuatu. Dia buru-buru meletakkan tangannya di bibirnya dan menghentikannya dari melangkah lebih jauh.