Sena tidak bisa mengambang. Ia tidak tahu kenapa begitu; sejak bisa mengingat, ia tidak pernah tahu cara mengambang. Tapi, ia suka berada di dalam air. Setiap kali berenang (atau mencoba berenang, karena bagaimanapun ia mengayuh-ngayuhkan tangan dan kaki, tetap saja ia tenggelam) Sena selalu membenamkan seluruh tubuhnya. Sementara teman-temannya berusaha menjaga kepala mereka tetap mengapung di udara, Sena turun dan turun hingga kedua kakinya menyentuh dasar.
Sewaktu umur lima tahun, Sena kecil menulis bahwa cita-citanya adalah menjadi putri duyung. Tentu saja tidak lama kemudian Sena kecil menyadari bahwa putri duyung itu tidak nyata, tapi cintanya pada rasa nyaman berada di dalam air tidak pernah enyah. Setiap kali pikirannya kalut, setiap kali ia merasa gamang, ia pergi ke kolam renang dan berendam lama sampai kedua matanya perih dan menahan napas hingga tidak sanggup lagi.
Di dalam air, Sena bisa memikirkan berjuta pertanyaan tolol yang brilian. Kenapa manusia tidak dilahirkan untuk bernapas di dalam air? Kenapa manusia mengenal rasa takut kalau mereka diciptakan untuk membuat perubahan? Bagaimana sepasang manusia mencintai dan balas dicintai di saat yang sama? Apakah manusia terangkat ke atas atau ditarik ke bawah begitu mereka mati?
Sena pernah mendengar bahwa sebenarnya raga fana manusia saja yang bisa mati, jiwanya tidak. Apakah jiwanya akan menemukan inang lain untuk hidup atau tidak, tidak ada yang tahu karena tidak ada orang yang pernah kembali dari kematian untuk menceritakannya pada dunia. Seandainya pun ada, siapa yang mau percaya?
Sambil tubuhnya melayang di dalam air tanpa beban, gelombang air mengangkatnya sekaligus membawanya jatuh ke dasar yang tak terhingga, Sena berpikir bahwa mungkin kematian itu rasanya seperti ini. Melayang-layang tanpa arah dalam kegelapan, meninggalkan segalanya. Terangkat dan tenggelam. Kalau begitu, kematian sama sekali tidak menakutkan. Sena malah akan menikmatinya.
Di bawah cercah samar di permukaan, dari dalam kegelapan laut di depan matanya Sena melihat sosok laki-aki itu berenang mendekat. Gelombang air yang dibawanya mengapungkan Sena naik-turun. Chanyeol punya sepasang mata yang sangat besar, mengingatkan Sena pada bebatuan di dasar laut yang mengilap ditimpa cahaya.
Kedua tangan Chanyeol memeluk pinggangnya. Telapak tangan Sena merasakan jantung yang berdebar mantap dan hidup di dalam dada laki-laki itu. Berpegangan padanya, Sena berhenti mengambang tanpa arah. Napas yang Chanyeol embuskan ke dalam mulutnya adalah napas yang ia hirup. Kaki mereka yang mengapung-apung sesekali berbenturan. Sena ingin terus berada di sana, tapi napas yang mereka hela bergantian tidak bisa bertahan selamanya.
Chanyeol menarik kepalanya dan bibir mereka yang bertaut melepaskan. Ia tersenyum lebar. Sena tidak perlu bertanya apa yang Chanyeol ingin katakan karena kedua matanya berbicara pada Sena dengan fasih, "Ayo, kita naik. Kau duluan."
Sena mengangguk. Lalu, kedua tangan Chanyeol yang masih berada di pinggangnya mengangkat Sena dan menolak beban tubuhnya ke atas. Sena mendorong air dengan kedua tangan dan ia pun meluncur naik, naik, dan naik mendekati sumber cahaya. Bertepatan dengan kepalanya menyeruak ke permukaan, Sena tersentak bangun sambil tersedak dan batuk-batuk, seakan ia membawa sebagian air yang membunuhnya kembali ke kehidupan bersamanya.
Sena masih hidup. Sekali lagi. Kali ini, hal pertama yang terbesit di kepalanya hanya satu nama. Kesadarannya berpegangan pada nama itu kuat-kuat, sama seperti ketika ia memegang Chanyeol erat agar ia tidak lagi tersesat.
***
Chanyeol tidak bekerja sendiri, tempat kerjanya merupakan satu lantai kantor direksi majalah yang lapang berisi meja-meja yang hanya dipisahkan sekat bilik rendah. Karena itu, ketika Sena menggedor-gedorkan tinjunya pada pintu kaca yang terkunci dengan pemindai sidik jari, seisi kantor itu bersamaan mengangkat kepala untuk melihat siapa sumber keributan itu. Tapi, Sena tidak bisa peduli.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride Is Dead
Fanfiction[Cerita ini masuk dalam daftar pendek The Wattys 2021] Kepada Park Chanyeol, Ada tiga hal yang harus kau ingat baik-baik sebelum membaca ini. Aku berusaha menuliskan segalanya, tapi selalu ada hal yang tidak bisa dijelaskan lewat kata-kata kecuali...