12

167 9 0
                                    

Setelah pemakaman aku tidak langsung pulang ke rumahku. Melainkan aku pergi ke rumah Clary. Aku mengetuk pintunya. Pintu itu terbuka dan menampakan Clary dengan senyumannya.

Senyuman itu kemudian pudar digantikan dengan raut sedih. "Maaf, Van, tadi aku merasa tidak enak badan sehingga aku tidak dapat hadir di pemakaman ibumu."

Aku mencoba tersenyum menyembunyikan semua emosiku. "Tidak apa-apa. Kau sudah baikan sekarang?"

"Sepertinya sudah."

Clary membuka pintunya lebih lebar. "Silahkan masuk." Lalu aku pun memasuki rumahnya.

"Aku akan mengambil minum dulu." Clary pun langsung pergi ke dapur. Aku pun hanya berdiri. Tanganku menggenggam buku merah dan DVD yang kuyakini adalah milik Clary.

"Ini mi–"

"Aku ingin mengembalikan ini." Aku menyodorkan kedua benda yang ada di tanganku.

Mata Clary melebar saat melihat kedua benda itu.

"Sepertinya kau menjatuhkannya di dekat tempat sampah."

Ekspresi Clary pun berubah. Ekspresinya wajahnya sangat sulit kujelaskan. Namun mata tajamku berhasil melihat tangannya yang perlahan mengambil pisau.

"Jennifer!" Clary melayangkan tangannya hendak menusukku. Inilah dimana aku tidak menyesal belajar bela diri sejak muda, sehingga reflekku kuat dan dapat menghindari serangannya.

"Kau sudah gila, Clary."

Clary pun kembali melayangkan tangannya. "Kau pengkhianat, Jen." Aku kembali menghindar dari serangannya.

Clary kembali mencoba menyerangku beberapa kali, namun berhasil kuhindar. Lalu aku memukul tangannya sehingga pisau itu terjatuh dari tangannya. Lalu aku menendang jauh pisau tersebut.

"AAA!" Clary memukul wajahku hingga aku dapat merasakan darah keluar dari hidungku. Lalu aku membalasnya dengan menendang perutnya. Tangan Clary mengambil sebuah buku di dekatnya lalu melemparnya. Dan sialnya, buku itu mengenai kepalaku. Clary pun bangkit, dan hendak menyerangku.

"Aku benci kau, Jennifer!"

"CLARY, HENTIKAN!"

CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang