Aku sedang berbaring di tempat tidurku sambil membaca novel. Membaca adalah salah satu hobiku. Aku paling suka dengan novel romantis. Apalagi jika sambil membayangkan bahwa aku mempunyai pacar. Namun sayangnya aku tidak punya.
Tiba-tiba saja jendelaku terbuka dengan sendirinya. Aneh. Padahal sudah aku kunci tadi. Lalu aku berniat untuk menutupnya kembali. Tapi pandanganku jatuh ke arah salah satu kamar dari rumah yang berada di sebelah rumahku. Kulihat seorang gadis yang sedang menangis di tempat tidur. Lalu aku mengambil sebuah kayu yang cukup panjang untuk memukul pelan jendela kamarnya. Gadis itu melihat ke arahku. Aku memberikan isyarat agar ia membuka jendelanya. Ia pun melakukannya.
"Hai," sapaku. Dia hanya tersenyum dan masih terisak.
"Ada apa?" tanyaku.
"A-Adikku m-meninggal k-kemarin." Gadis itu kembali menangis. Aku merasa bersalah sudah menanyakan hal itu.
"Maaf. Kamu yang sabar ya."
Gadis itu mengangguk. Lalu aku mengulurkan tanganku.
"Aku Vanessa."
Ia menerima uluran tanganku. "Clary."
"Jangan sedih lagi, ya? Bagaimana jika aku menjadi sahabatmu?"
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih."
Dan hari itu, aku mendapatkan teman pertamaku di New York. Mungkin bukan yang pertama jika Matthew, anak laki-laki itu bisa dihitung sebagai temanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curse
Teen FictionCerita tentang seorang Vanessa yang harus hidup di rumah barunya yang ternyata mempunyai sebuah kutukan.