8

193 14 0
                                    

"M-Matthew?"

Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Kulihat Matthew berdiri di depanku dengan wajah yang sangat pucat. Hidung yang mengeluarkan darah. Kulit yang sedikit membiru. Ada bekas tangan di lehernya seperti orang yang baru saja dicekik hingga meninggal. Tidak seperti Matthew yang biasanya.

Mata Matthew mengarah ke buku merah yang kupegang. Matanya melebar. "D-Diary itu?"

Matthew berlari ke arahku, mencoba untuk merebut buku merah tersebut. Namun ia gagal. Alasan dibalik kegagalannya itu membuatku kaget. Matthew menembus badanku sehingga dia tidak dapat mengambil buku merah itu.

Oh tidak.

Setahuku, jika seseorang menembus badanmu, tandanya ia sudah bukan manusia lagi. Melainkan ia adalah hantu.

"Buang buku itu, Van!" seru Matthew.

Aku menggeleng. Rasa takut menjalar ke seluruh hatiku. Aku pun langsung berlari menjauh dari Matthew.

"Pergilah, Matt!"

Larianku terhenti ketika Matthew berada tepat di depanku.

"Van, aku mohon..."

"P-Pergilah ke alam sana, Matt. Ini bukan t-tempatmu."

Matthew menggeleng.

"Urusanku belum se─"

"Vanessa?" Aku melihat Ibu sedang menatapku. "Kau belum berangkat sekolah? Nanti telat lho."

Aku menelan ludahku. "Iya, aku mau berangkat sekarang."

"Baiklah," ucap Ibu. "Hati-hati saat mengendarai sepedamu."

Lalu aku melihat ke arah buku merah yang masih berada di genggamanku. Aku pun memasukkan buku itu ke dalam tasku, lalu mengendarai sepedaku ke sekolah.

- - -

Suara bel berbunyi terdengar di telingaku. Tandanya pelajaran untuk hari ini sudah berakhir. Aku pun langsung membereskan barang-barangku. Aku melihat buku merah yang tadi pagi aku ambil.

Hmm...aku penasaran dengan buku tersebut. Aku pun langsung menutup tasku dan berjalan ke arah kamar mandi. Aku masuk ke dalam salah satu bilik di kamar mandi. Lalu aku membuka tasku, mengambil buku merah tersebut, dan mulai membacanya.

CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang