I 'm Lonely

1.7K 69 6
                                    

Sudah tiga bulan aku keluar dari apartment Daniel. Aku kembali semula ke apartmentku sendiri. Sakit, sangat sakit rasanya berpisah dengan seseorang yang kita sayang. Lebih-lebih lagi bila ada kenangan tentangnya yang kita bawa bersama.

Sejak aku keluar dari apartmentnya, Daniel langsung tidak pernah lagi menghubungiku. Hinggalah hari itu aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Tetapi dia tidak bersendirian. Ada seorang gadis yang berpaut erat pada lengannya.

"Tatiana," sapanya. Aku memandang gadis cantik di sebelahnya.

" Kenalkan Liana, tunangku," katanya tanpa dipinta.

"Liana, ini Tatiana, temanku semasa di kampus dulu," katanya memperkenalkan aku. Apa rasa kalian jika lelaki yang kita cintai, lelaki yang pernah berkongsi kenikmatan ranjang dengan kita, akhirnya hanya menganggap kita sebagai teman yang pernah sekampus dengannya?

" Tahniah, Daniel. Akhirnya kamu bakal mengakhiri zaman bujangmu," kataku cuba menahan rasa sakit di dada.

" Sayang, aku masuk dulu. Jangan berbual terlalu lama," kata Liana sebelum menghilang ke dalam supermarket meninggalkan aku dan Daniel.

"Apa khabar, Tati?" tanyanya setelah memastikan Lianna benar-benar menghilang ke dalam supermarket.

Aku merenungnya lama. Ternyata aku masih mencintainya. Rasa yang pernah ada untuknya belum luntur sedikitpun.

"Tatiana.."

"Aku sihat, Daniel," jawabku berusaha menyembunyikan rasa sebak yang tiba-tiba datang.

"Kamu nampak lebih berisi. Perutmu sedikit buncit," katanya. Matanya memandang ke arah perutku. Ada anakmu yang membesar di sini, Daniel, ingin sekali aku mengatakan begitu. Tetapi niat itu aku benamkan jauh-jauh. Dia sudah bertunang, aku tidak mahu menjadi penghancur kebahagiaannya.

" Selera makanku bertambah sejak kita berpisah," kataku diiringi ketawa kecil.

"Kamu tidak sedang mengandung, Tati?" Pertanyaannya membuat aku terkejut. Matanya belum lepas dari memandang perutku.

"Aku bukan makhluk unisex yang boleh mengandung tanpa pasangan," selorohku.

"Katakan dengan jujur, Tatiana!" Suaranya keras membentakku. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali.

"Aku perlu tahu, Tati," dia memegang kedua pipiku dan merenung jauh ke dalam mataku.

"Aku jujur, Daniel. Aku tidak mengandung," kataku masih cuba tersenyum.

"Liar!" Katanya seraya merangkulku. Aku berdebar. Adakah dia tahu aku mengandung? Tidak, dia tidak boleh tahu. Aku tidak mahu dia mengubah keputusannya hanya kerana bayi yang ada disebabkan keterlanjuran kami.

"Lepaskan aku, Daniel. Liana menuju ke sini," kataku berusaha melepaskan rangkulannya. Memang benar Liana sedang menuju ke arah kami. Daniel melepaskanku.

"Urusan kita belum selesai, Tatiana," katanya.

"I hate you!" Kataku dan berlalu meninggalkannya. Dia sudah punya pendamping dan pendampingnya ialah gadis pilihan ibunya. Siapa aku untuk berada di sisinya? Apa yang harus kulakukan hanyalah mengundur diri, pergi jauh dari kehidupannya.
______________________________________

Hari ini kita bertemu lagi, dan kusedar aku masih mencintaimu.

Tetapi kamu sudah berpunya. Pilihan ibumu begitu tepat. Gadis itu begitu padan berada di sampingmi.

Harapanku untuk kembali bersamamu sudah terkubur dalam. Kau dan aku kini hanya ibarat dua garis selari yang pasti tiada titik pertemuannya.

Benar dugaanmu, aku sedang mengandung, tetapi aku tidak akan mengakuinya di hadapanmu. Ibumu pasti akan membunuhku dan bayiku jika tahu aku mengandungkan anakmu.

Biar kita begini, Daniel. I love you.

Buku kecil yang kuberi nama My Love Story - Daniel & Tatiana, kututup dan kuletakkan di bawah bantal. Hanya buku ini yang mengetahui seluruh isi hatiku, seluruh perjalanan cintaku bersama Daniel Stephen yang akhirnya kecundang di tengah perjalanan.

Read, vote and comment.
Happy reading.


Just Three Words ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang