This Is Not A Goodbye

1.1K 44 1
                                    

"Aku pergi hanya sementara. Ini bukan perpisahan kerana aku pasti akan kembali kepadamu," - Daniel Stephen

"Kau harus pulang, Danny," kata Alex akhirnya. Aku dan Daniel saling berpandangan. Daniel menggenggam tanganku erat.

"Ibumu sakit, Danny. Sudah seminggu dia dimasukkan ke wad," Alex melanjutkan. Kulihat wajah Daniel mendadak berubah muram. Sejenak dia memandang padaku, seolah-olah meminta pengertianku.

"Pulanglah, Daniel. Ibumu memerlukanmu," kataku. Rasanya memang berat untuk melepaskan Daniel pergi. Lebih-lebih lagi saat ini aku sedang menunggu saat melahirkan bayi-bayi kami.

"Kamu sudah sarat, sayang. Bila-bila masa saja kamu akan melahirkan. Aku tidak mahu tidak ada di sisimu saat kamu melahirkan nanti," katanya.

Aku mengelus punggung tangannya. Aku tahu apa yang dirasakannya. Dia sedang berada di persimpangan, antara terus berada di sisiku atau pulang menemui ibunya yang sedang sakit.

" Kami akan baik-baik saja, Daniel, " aku memujuknya. Seketika mataku beralih pada Alex yang sedari tadi menatapku. Jujur, aku tidak tahu apa yang ada dalam fikirannya.

"Bawa dia pulang, Alex. Pastikan dia bertemu ibunya," pintaku. Daniel tiba-tiba mendakapku erat.

"Jangan benarkan aku pergi, Tati. Please, halang aku daripada pergi," aku merasakan tubuhnya hampir bergetar. Aku membalas pelukannya.

"Dia ibumu, Daniel. Ibumu sedang sakit. Bagaimana suatu hari nanti, jika aku sakit dan anak kita tidak menjengukku?" tanyaku.

"Bagaimana jika aku pulang dan kita tidak akan pernah bertemu lagi?" tanyanya. Pertanyaannya membuat hatiku terasa sesak. Aku juga pernah memikirkannya. Tetapi aku tidak punya pilihan. Aku tidak mahu suatu saat nanti Daniel akan menyesal jika tidak menemui ibunya.

" Beri kami waktu berdua, Lex, " Alex mengangguk. Daniel menuntunku masuk ke bilik tidur dan mengunci pintu.

"Sebelum aku pergi, aku mahu kita bercinta, Tati," Daniel  mencium bibirku. Tangannya pantas melucutkan pakaianku dan pakaiannya hingga tiada yang tersisa. Kulit kami saling bersentuhan.

"Aku akan pergi, Tati, demimu dan demi bayi-bayi kita. Tetapi ingat, ini bukan perpisahan, Tatiana," katanya ketika berada di atas tubuhku.

"Ingat aku, Tatiana. Ingat bagaimana rasanya saat aku menyentuhmu, saat tubuh kita menyatu. Ingat setiap desahan dan erangan kita yang berpadu. Hanya kita, Tatiana. Jangan pernah lupakan aku, meski kita terpisah jauh, meski kita terpisah lama," Daniel bergerak di atas tubuhku dengan air mata yang berlinangan.

" Aku tidak akan pernah melupakanmu, Daniel. You're my lovely hubby and the only one.. always, " aku memeluk erat tubuhnya yang berkeringat.

" I love you, Tatiana. I love you, " suara Daniel memenuhi ruang kamar bersamaan dia menyemburkan cairan kental di atas pahaku. Dia menyambar bibirku, mengulum dengan sedikit kasar. Aku membalas setiap perlakuan Daniel. Semoga inilah cara yang akan membuat kami saling mengingat, semoga semua ini akan menjadi kenangan indah yang akan mengikat batin kami selamanya.

"Jaga mummy kalian, sayang. Daddy berjanji akan kembali. Cepat atau lambat, daddy pasti pulang pada kalian," Daniel mengucup perutku setelah nafasnya kembali normal.

Just Three Words ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang