Just Three Words

1.2K 48 6
                                    

Daniel Stephen's POV

"Hanya tiga kata, 'I love you', kita akan tetap bersama. 'I hate you', kita akan berpisah untuk selamanya"

Darycel sudah dibenarkan pulang. Keadaannya sudah pulih sepenuhnya. Bayi kecil itu sudah kerap tersenyum terlebih lagi jika aku mengacahnyap.

"Uku.. aka...," itu suara yang keluar dari sepasang bibirnya. Tingkah Darvyn dan Darycel membuatku merasa menyesal kerana telah mensia-siakan waktu selama tiga bulan ini.

"Kita akan tidur di hotel malam ini. Esok kita akan pulang bersama-sama," kataku ketika mengemas barang-barang Tatiana dan si kembar.

Tatiana tidak menyahut. Tangannya memasukkan pakaiannya dan pakaian si kembar ke dalam sebuah beg besar. Wajahnya tidak terlihat girang untuk pulang bersamaku.

"Kamu kenapa, sayang?" aku menghampirinya. Dia tidak menoleh, malah tangannya pun masih terus mengambil beberapa helai pakaiam si kembar dari dalam almari dan memasukkannya ke dalam beg.

"Sayang..,"ku pegang kedua tangannya. Kali ini dia mengangkat wajahnya. Pandangan mata kami bertemu. Aku melihat ada air mata bertakung di pelupuk matanya.

" Kenapa, sayang, " aku mengelus pipinya dengan jariku. Tatiana akhirnya terisak.

" Kamu mahu membawaku ke mana, Daniel?" dia bertanya dengan suara berat.

"Aku akan membawamu dan anak-anak kita pulang, sayang," aku menjawab. Dia menatapku dengan wajah sendu.

"Pulang? Ke mana, Daniel?"

"Ke rumahku, sayang. Rumah kita, rumah untuk anak-anak kita," kataku. Tatiana menarik tangannya dari genggamanku.

"Rumah ibumu? Tidak, Daniel. Jangan membawa kami pulang ke rumah itu. Biarkan kami di sini saja," katanya.

Tangannya sudah terlepas dari genggamanku tapi aku kini meraih pinggangnya. Kupeluk erat tubuhnya. Dia cuba meronta, tetapi tenagaku jauh lebih kuat berbanding tenaganya.

" Aku tidak akan melepaskanmu lagi, Tatiana. Dulu aku sudah pergi meninggalkanmu, tapi hari ini aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku akan membawamu dan anak-anak kita ikut bersamaku," aku mengangkat dagunya. Bibirnya yang sedikit terbuka kini benar-benar berada di hadapanku, terlihat seolah menjemput bibirku untuk mencumbuinya.

" Aku.., " Tatiana tidak dapat meneruskan kata-katanya kerana bibirku sudah menyambar bibirnya.

" Manis, sayang. Bibirmu terasa amat manis," aku kembali mencumbuinya. Kukulum bibirnya atas dan bawah.

"Emmmph..," Tatiana mengerang. Dadanya yang menempel pada dadaku terasa menegang. Aku menyelipkan satu tangan di antara tubuh kami dan kuremas payudara kirinya. Aku tersenyum saat merasakan benda itu lebih tegang daripada yang kubayangkan.

Aku meremas kuat payudaranya sambil bibirku turun dan menemui leher jinjangnya. Ku hisap dan kugigit perlahan.

"Ah...engghh..Daniel....," dia mendesahkan namaku.

"Nikmat, Tatiana?"

"Emm...," matanya terpejam menikmati sentuhanku.

"Kita sudah lama tidak merasakannya, Tatiana. Tiga bulan, sayang. Ikut aku pulang, ya," namun Tatiana menggeleng perlahan.

"Biarkan kami di sini dulu, Daniel. Suatu hari nanti, kami pasti akan pulang," katanya. Nafasnya memburu menyapu wajahku. Kedua belah pipinya sudah terlihat merah.

" Bukan nanti, sayang. Ikut aku pulang esok, ya, " dia menggeleng lagi.

"Aku tidak lagi mencintaimu, Daniel," jawabnya. Aku tahu dia berbohong. Dari cara dia memandangku aku tahu dia masih merindui dan mencintaiku.

Just Three Words ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang