Because I Love You

1.2K 45 1
                                    

**Part ini mengandungi adegan dewasa. Buat pilihan sebelum membacanya.

Daniel Stephen's POV

"Aku 'bercinta' denganmu kerana aku amat mencintaimu," - Daniel

"The game is not over yet, honey," aku mengangkat tubuh Tatiana dan membaringkannya di atas tilam. Dia berbaring dan menatap padaku dengan wajah malu.

Aku melucutkan pakaianku satu persatu tanpa mengalihkan tatapanku padanya. Tatiana juga begitu. Matanya mengikuti aksi tanganku. Saat boxer, helaian terakhir kutanggalkan, Tatiana memalingkan wajahnya seketika sebelum sejurus kemudian kembali memandangku.

" Daniel..," dengan lirih namaku meluncur dari sepasang bibirnya.

"Jangan malu, sayang," aku berbisik di telinga Tatiana. Dia menatapku dengan sepasang matanya yang sudah meredup.

"Tanggalkan, ya sayang," jemariku menurunkan seluar panjang yang dipakainya. Dia tidak menjawab, tetapi dia mengangkat sedikit punggungnya agar aku mudah menurunkan seluar panjang yang dipakainya.

Tatianaku rupanya memakai seluar dalam berwarna senada dengan baju dalamnya. Aku memandang sepasang kakinya yang begitu putih dan licin, sama seperti tiga bulan yang lalu.

Tika aku ingin menurunkan seluar dalamnya, Tatiana menahan tanganku. Aku berhenti seketika. Tanpa ku tanya, Tatiana mengatakan:

"Aku perlukan selimut, Daniel. Selimutkan tubuhku dulu, baru buka seluar dalamku," dia mengatakannya dengan bibir sedikit bergetar dan pipi merah.

"Kenapa perlu ditutup, Tatiana? Aku juga sudah tidak memakai apa-apa. Kamu sedang melihatku. Jadi, kenapa perlu tubuhmu ditutup dengan selimut? Itu tidak adil, Tati. Dalam permainan, kita mesti adil," aku semakin menggodanya.

"Aku... aku...," Tatiana seolah ingin menangis. Aku semakin ingin tahu apa yang ingin disembunyikannya. Dengan sekali sentak, kain segitiga itu berjaya aku lepaskan. Spontan pula kedua tangan Tatiana menutup daerah rahsianya.

"Jangan ditutup, sayang. Biar aku melihatnya," kualih kedua tangannya.

"Maaf, Daniel. Aku tidak punya banyak waktu untuk merawat tubuhku. Lagipun aku tidak tahu jika kamu....,"

"Shhh... aku suka, sayang. Beginipun aku suka," aku mengusap daerah rahsianya yang sudah ditumbuhi hutan muda. Rupanya ini yang cuba ditutupi isteriku.

"Tetap cantik, Tati. Aku menyukainya," kucium daerah itu menyebabkan tubuh Tatiana mengelinjang.

"Katakan I love you, sayang," bisikku yang kini sudah berada di atas tubuhnya.

Tatiana merapatkan kakinya. Namun kakiku pasti lebih kuat untuk memisahkan kedua kakinya dan menempatkan kedua kakiku di antara kakinya.

"Ahhh... Daniel...," Tatiana terjerit kecil tika senjataku menggesek pusat tubuhnya. Aku tersenyum.

" Say the words, Tati. Tell me that you love me," pintaku. L

"No, I hate you, Daniel. I hate you," katanya.

"Okey," aku kembali mencumbui bibirnya. Dari bibirnya aku turun ke lehernya. Ku jilat dan kuhisap penuh nafsu hingga meninggalkan kesan.

Tatiana mendesah, mengerang dan mengelinjang. Namun dia tetap enggan mengatakan tiga kata yang ku damba, 'I love you'.

" Say the words, Tati," dia tetap menggelengkan kepalanya. Aku tahu dia memang enggan pulang bersamaku. Tatiana enggan percaya bahawa ibuku sudah menerimanya. Malah dia enggan percaya bahawa tidak ada lagi Liana dalam hidupku.

"I hate you," Tatiana bersuara perlahan. Marah? Aku memang ingin marah mendengarnya mengucapkan kata-kata itu. Tapi kutahan. The game is not over yet, begitu yang kubisikkan pada diriku.

Aku turun lebih ke bawah. Buah dada Tatiana berdiri tegak dan tegang. Tatiana ingin menutupinya dengan tangannya, tetapi aku pantas mengunci tangannya.

"Setiap inci tubuhmu adalah kepunyaanku, Tatiana," ku kulum buah dadanya hingga separuh memenuhi ruang mulutku. Selesai membelai satu buah dadanya, aku berpindah pada buah dadanya yang satu lagi.

"Kamu para wanita memang beruntung. Memiliki beberapa aset yang menjadi tatapan dan pujaan kami kaum lelaki,"  jariku kini turun ke bawah dan menemukan Tatiana yang sudah begitu basah. Saat ku masukkan satu jari ke dalam pusat tubuhnya, terasa jariku dicengkam oleh dinding vaginanya yang berdenyut.

" I see, Tatiana. You are waiting for me," Tatiana memejamkan matanya. Dadanya turun naik dengan kencang. Dia menggigit bibir bawahnya menahan nikmat yang jariku berikan kepadanya.

"Daniel.." dia membuka kakinya lebar. Aku tahu apa maksudnya. Memang itu gaya Tatiana jika dia sudah cukup berghairah dan sedia menerimaku untuk memasukinya.

Ku keluarkan jariku dan ku posisikan diriku di atas tubuh Tatiana. Aku menunggu beberapa detik sebelum memasukinya. Kutatap wajah cantik Tatiana.

Menyedari aku belum beraksi, Tatiana membuka matanya. Dia menatapku dalam. Satu tangannya mengelus belakang dan dan satu tangan lagi menekan punggungku.

"Kamu mahu tubuh kita menyatu, Tati," tanyaku. Suaraku terdengar parau. Tatiana tidak menjawab. Tetapi tangannya terus menekan punggungku.

"I love you, Tatiana. I make love to you because I love you so much," aku memasukinya dengan perlahan. Dia baru tiga bulan yang lalu melahirkan anak-anakku. Aku harap dia sudah cukup sembuh untuk 'bercinta' denganku.

"Daniel.. ohhh.. Daniel...," Tatiana mendesah. Aku mengangkat wajah, menatap wajahnya yang berkerut menahan nikmat. Keringat membasahi dahi dan lehernya hingga dia kelihatan bertambah seksi dan menggoda.

"Kamu masih sempit, sayang. Meski sudah melahirkan dua orang anakku, kamu tetap terasa ketat dan mencengkam milikku," aku menghentak sedikit kuat. Dia terasa begitu nikmat. Sukar untuk aku menyentuhnya dengan lembut.

"I love you, Tatiana," aku terus bergerak di atas tubuh Tatiana, menghentakkan milikku ke dalam miliknya dengan rentak yang berbeza-beza.

Tatiana terlihat semakin tidak dapat mengawal tubuhnya. Tubuhnya benar-benar terbakar oleh ghairah. Tangannya meremas dan sesekali mencengkam kasar rambutku. Belakangku juga terasa sedikit perih kerana entah berapa kali dia menekan kukunya pada kulitku setiap kubeikan tubuhnya hentakan yang kuat dan dalam.

Tatiana sudah dua kali mencapai puncaknya. Aku juga sudah hampir mencapai puncakku, namun sengaja kutahan. Aku mahu memberikan sekali lagi kepuasan kepada Tatiana.

"Aku akan membuang spermaku di dalam, Tatiana. Biar kamu hamil lagi," aku berbisik di telinganya. Satu tanganku memilin putingnya dan bibirku menghisap lehernya. Tubuh Tatiana mengelinjang. Aku dapat merasa diriku basah di dalam sana.

"I love you, Tatiana Bellina. I love you," aku bersuara keras sambil menyemburkan spermaku ke dalam rahimnya.

"Ahhh....," aku mengerang panjang. Tubuhku turut mengelinjang bersama tubuh Tatiana. Nikmat, bercinta dengan Tatiana kali ini rasanya berlipat kali ganda kerana rasa cintaku kepadanya yang bertambah seribu kali ganda. Aku lemas dalam pelukan erat Tatiana.

"I love you, Daniel. I love you so much," akhirnya kata-kata yang paling ingin kudengar akhirnya terucap dari bibir isteriku.

"Aku tidak pernah berhenti mencintaimu, Daniel. Kamu sentiasa ada di dalam sini," dia menyentuh dadanya.

"Kita tidak pernah berhenti saling mencintai, sayang," aku mengangkat tubuhku dari tubuh Tatiana dan berbaring di sebelahnya. Ku rangkul tubuh Tatiana ke dalam pelukanku.

"Kamu menang permainan ini, Daniel. Kami akan pulang bersamamu," ucap Tatiana sebelum dia memejamkan matanya. Hanya beberapa saat setelah itu aku mendengar Tatiana berdengkur halus.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...

Just Three Words ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang