PART 13

1K 50 6
                                    

"Kegilaan. Hal penting dalam persahabatan."

Rumah baru, pasti suasana yang akan menjadi baru. Tatanan ruang beserta perabotan sudah diatur sedemikian rupa. Cat dinding yang sengaja diubah membuat kesan elegan dengan perpaduan warna putih, emas dan merah. Apalagi jajaran gitar dan piano berbagai jenis ukuran akan memanjakan mata saat pertama memasuki rumah ini.

Laki-laki itu menegakkan tubuhnya. Menoleh ke arah pintu meletakkan gitar yang daritadi bersikukuh di genggamannya.

"Woyo mamen." suara yang sudah familiar ia dengar beberapa hari ini menggelegar. Tos singkat ala kekinian mereka lakukan. Mata Deven memicing. Friden, Clinton, Gogo tersenyum di hadapannya.

"Ngapain ke rumah gue? Kangen ya?" tanya Deven melipat tangan di depan dada dan tersenyum menggelikan.

"Najis."

"Gue mau cari makanan gratis," terus Gogo langsung menerobos pintu rumah Deven.

"Kulon nuwun."

"Wih koleksi lo klasik Dev," komentar Friden mendekati jajaran gitar dan piano. Maklum ini pertama kalinya Clinton CS datang ke rumah Deven.

"Cuma hobi."

"Hem." Gogo seolah mendapat tarikan hebat. Ia mengendus menarik oksigen yang terkontaminasi berkali-kali.

"Hidung gue mencium keberadaan nasi goreng."

"Dasar gentong! Mosok makan mulu," cibir Clinton yang sudah ditinggal Gogo melangkah cepat menuju dapur.

"Kayak gatau kondisi gue aja." seketika Gogo berhenti dan memberikan tatapan getir pada Clinton. Tatapan itu seolah ingin melahap hidup-hidup. Di sisi lain Clinton segera menjauh dari tatapan Gogo menyusul Friden yang sudah tergeletak santai di sofa.

Tidak perlu waktu lama bagi Deven, Friden, Clinton dan Gogo untuk menjalin persahabatan. Sejak hari pertama Deven menjadi siswa baru pun, Friden cs pun sudah akrab dengannya. Sudah beberapa kali juga mereka nongkrong hanya untuk sekedar makan siomay.

"Sepi banget. Orang tua lo kemana?"

"Keluar kota."

"Gile bener. Enak banget ini makanan. Beli dimana Dev?"

Gogo datang dengan sepiring penuh nasi goreng. Tanpa Gogo sadari ia duduk disofa dimana Friden tergeletak santai. Untung saja Friden segera bergerak mendudukkan diri ke punggung sofa kalau tidak mungkin sekarang badan Friden sudah remuk tertimpa pantat Gogo.

"Buat sendiri. Enak kan? Chef Deven gitu loh," jawabnya menyombongkam diri sambil terkekeh.

"Buat sendiri?" Friden spontan menjingkat dari posisinya dan tanpa sengaja mengagetkan Gogo.

"Nasi goreng masuk ke hidung bego! Anjin-"

Friden segera menempelkan telunjuknya di bibir Gogo. Ia tersenyum menggelikan sambil berkali-kali mengedipkan mata.

"Hust! Anak baik tidak boleh bicara kasar ya."

"Mosok to enak?" Clinton mendekat, mengambil beberapa kali sendokan dan memasukkan ke mulut. Detik selanjutnya Clinton langsung menunjukkan kedua jempolnya pada Deven.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang