PART 4

2K 105 10
                                    

a/n: Jadi disini author mau bilang kalo Friden itu diganti jadi Charissa, karna kalo laki laki kaya ga cocok aja, jadi diganti deh. Ini yang diganti hanya peran nya saja, kalau alur cerita nya tetep sama kok kaya awal. Udah si gitu aja wkwk. Semoga gaada yang bosen yak sama cerita yang ngawur dan gajelas ini hha. Okeh kita kembali ke laptop eh cerita.

~•~•~•~

"yang terkenal jelek
belum tentu buruk,"

Bruk!

Gadis itu menghempaskan tubuh nya di atas sofa. Bagi nya hari ini sangat melelahkan. Ia melempar tas ke sembarang arah. Anneth terbaring di atas sofa, tidak peduli meski masih memakai kaos kaki lengkap dengan sepatu nya. Ia memilih memejamkan mata, sejenak merenggangkan otot otot.

Belum ada lima menit mendadak hidung mendapat tarilan kuat. Sebuah aroma yang mampu membuat air liur menetes.

"Enak banget bau nya."

Ia mulai mengikuti alur aroma. Terus berjalan menyusuri aroma. Hingga aroma lezat itu bermuara di meja makan. Anneth terperangah. Mata menjelalat dari meja sisi kanan sampai ujung sisi kiri. Bagaimana tidak semua jenis makanan berlumur cabai terpampang nyata di depan mata.

"Kalo gini diet jadi haram."

"Sayang, kamu udah pulang?" seseorang wanita dengan rambut sebahu keluar dari dapur dengan sepiring rendang. Anneth masih mematung.

"Ma-mama?"

Ia langsung memeluk erat tubuh wanita itu dengan mata yang sudah berembun.

"Mama kapan dateng?" Anneth menatap wajah wanita yang ia panggil mama. "i miss you ma."

Wanita itu mengusap pelan rambut panjang putri nya "i miss you too my princess."

Deby namanya. Seorang desainer ternama di Indonesia. Karena urusan bisnis dan harus mengurus butik di luar kota, Deby jarang menghabiskan waktu bersama putri sematawayang nya.

"Mama yang masak ini semua?"

"Iya sayang. Ayo cepet makan." Deby menuntun agar Anneth duduk.

Deby mengambil beberapa kali sendok nasi lantas menaruh di atas piring Anneth. "Buat anak mama makanan harus eco."

Bola mata memutar. "Eco?"

Bahasa apa itu? Bahasa aing terdengar di telinga. Sambil menuangkan segelas susu Deby menjawab. "Eco itu artinya enak."

Mulut membentuk huruf 'o' besar dan kepala sibuk manggut manggut seolah paham.

Matanya memicing.

"Ini makanan apa?" jari nya menunjuk semangkuk bulatan pipih berlumur cabai merah.

"Ini rica rica sayang."

"Tapi ini kok beda ya?" interogasi mengetahui jika ada sesuatu yang janggal dari rica rica super pedas ini.

Deby kembali menaruh beberapa pipihan pedas itu diatas piring Anneth.

"Rica rica ini bukan dari daging tapi dari," jedanya. "Jengkol." bisik Deby sambil terkekeh renyah saat mengatakan kata 'jengkol'.

"Jeje-jengkol?" lirih nya melotot ke arah bulatan pipih di atas piring nya. Mata belum mengerjap ia menelan saliva nya dalam dalam.

"Coba deh nanti pasti kamu suka."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang