"Tidak semua yang terlihat itu
sama kan?"Matanya sayu.
Lidahnya kelu.
Otaknya berpikir.
Senyumnya getir.
Alisnya masih menaut.
Bibirnya terus mengatup.
Mobil Anneth terus berjalan membelah padat jalan raya. Asap dan panas bercampur menjadi satu. Menambah kesal. Di kursi kemudi, ia masih tidak mengerti dengan apa yang dilihat di halaman belakang sekolah. Semua seolah tertata dengan rapi tanpa celah sedikit pun. Tetapi apa maksud semua itu.
Pening. Sesekali Anneth mengadukkan kepa di kursi kemudi.
Mobil berhenti tepat di belakang garis zebra cross. Mempersilahkan para pejalan kaki untuk menyebrang. Menatap lurus ke arah depan menunggu warna lampu berubah menjadi hijau.
"Kiw cantik!"
Anneth langsung menoleh ke arah jendela kaca. Pengemudi motor viksion hitam dengan helm fullface itu berhenti tepat di samping mobil Anneth. Mengedipkan satu mata dengan gaya genit membuat Anneth melotot tajam.
"Gila tu orang!"
"Cantik," sapanya lagi bernada menggoda. Anneth menurunkan kaca setengah terbuka.
"Ngajak ribut!" desisnya.
Suara deruman motor semakin mengeras. Membuat suasana menjadi semakin panas. Paham dengan maksud pengendara itu. Anneth mengangguk pelan, menaikkan satu alis diiringi senyum menantang. Tepat tiga detik lampu merah berganti hijau. Tancap gas menerobos rambu lalu lintas.
Menambah kecepatan. Tidak ingin kalah, viksion hitam itu semakin mengejar. Membuat kebisingan di jalan raya. Kecepatan lebih dari 100 km/jam. Jalan raya dianggap seperti sirkuit. Sesekali Anneth memimpin, sesekali juga pemilik viksion hitam yang memimpin. Tidak ada yang mau mengalah.
Decitan ban mobil menyeruak.
Mendadak viksion hitam menghadang tepat di depan mobil Anneth. Alhasil rem harus diinjak mendadak sekuat mungkin. Nyaris kepala membentur stir.
"Gak punya mata?" makinya keluar dari mobil. Perlahan helm fullface itu terbuka memperlihatkan ulasan senyum kemenangan. Seraya merapikan jambul pendeknya ia turun dari motor.
"Jangan marah dong cantik," ujarnya mencolek dagu Anneth.
"Apasih lo!" Tampisan kasar sempat membuat cowok itu tersenyum miring. Rambut cepak yang sengaja ditipislan bagian pinggir menggambarkan pribadi brandal.
"Masih galak aja. Mending lo ikut gue, yuk!"
"Ogah! Pergi sana!"
"Jangan nolak dong." kali ini cowok berjaket Saint Laurent Teddy itu menggenggam pergelangan tangan Anneth.
"Lepasin!" ujarnya tegas.
Anneth mencoba menarik kembali tangannya. Namun cowok itu terus menggenggam semakin paksa. Bak seorang pahlawan yang membantu di detik-detik terakhir. Derum motor datang menepi. Helm fullface merah dengan motor ninja kawasaki berwarna senada turun dari motor. Sekilas penutup wajag dibuka dengan cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Novela JuvenilCerita tentang keseharian Deven dan Anneth a.k.a Denneth. Kepo? Baca makannya.