"Dengerin omelan lo itu udah jadi keharusan bagi gue."
Akhirnya bunyi protesan perut berhenti juga saat semangkuk bakso datang. Langsung santap. Kali ini tidak bertiga seperti biasa. Anneth lebih memilih pergi ke kantin sendiri meninggalkan kedua sahabatnya.
Flashback on
Kringg..
Matematika menjadi pelajaran terakhir sebelum istirahat. Bu Mila masih sibuk membereskan buku di atas meja.
"Anneth! Kamu itu tidak sopan! Saya belum mengakhiri pelajaran saya," kata bu Mila sedikit membentak melihat Anneth ngacir keluar kelas.
"Bu, ini saya sudah tidak tahan. Mau-" eksrepsi Anneth seolah sedang menahan sesuatu dengan kedua tangan kompak memegangi perut.
"BAB?" tanyanya lagi lirih.
Anneth semakin mengeratkan tangannya memegangi perut.
"Iya bu, ini udah mau keluar."
"Yasudah cepat kekamar mandi."
"Terimakasih ibu."
Tidak butuh waktu lama bagi Anneth untuk sekedar kabur dari kelas. Ia menghela napas lega sembari menepuk-nepuk perut mungilnya.
"Akting gitu doang mah gampil."
Flashback off.
"Untung bu Mila percaya. Kalau kaga bisa dicincang gue," gumamnya tersenyum tipis. Mulut sibuk mengunyah lezatnya bakso. Campuran sambal, saus, dan kecap berpadu dengan sempurna. Apalagi kuah yang masih hangat menambah napsu untuk menyantap.
Sesekali pandangan beredar menyusuri meja-meja kantin. Suasana mulai berubah ramai dipadati murid yang rata-rata perempuan.
Ting!
Terlihat notifikasi pesan.
Bi surti.
Non, nenek Fira terus nangis karena gak ingat alamat rumahnya.
"Astaga udah dua hari nenek Fira masih aja nangis," dengus Anneth menatap layar ponselnya.
"Uhuk- uhuk."
Kaget. Panas. Pedas. Menyengat.
Sesendok kuah pedas terdorong paksa ke tenggorokan. Hidung mendadak perih. Anneth terus terbatuk-batuk tanpa henti mengingat lebih dari lima sendok sambal ia campur dalam kuah. Semua ini gara-gara seseorang yang mendorong tubuh mungilnya secara mendadak.
Matanya melihat sebotol air mineral disodorkan untuknya.
"Jalan lihat-lihat dong bro. Tuh anak bisa mati nelen bakso." suara yang sudah familiar terdengar. Terlihat Deven mencegah tersangka tabrak lari itu.
"Gak sengaja."
"Kalau emang gak sengaja. Minta maaf bisa kan?"
"Gak penting!"
"Lo kena flu burung? Pake masker segala." senyum sinis Deven pada laki-laki yang bisa dibilang dingin. Masker yang menutup sebagian wajah menjadi bahan ledekan empuk Deven.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Teen FictionCerita tentang keseharian Deven dan Anneth a.k.a Denneth. Kepo? Baca makannya.