Hoy, gue balik.
Oh iya,
Machluq goeeb dilarwang mampwirr YESS :)Just enjoyed!
.
.
Pagi ini, Jihyo bangun lebih awal lagi.
Sebenarnya, dia sempat merasa heran karena tidak ada ajakan untuk pekerjaan rutin setiap malam; memuaskan suami.
Meski terkadang, Yoongi suka melakukannya tanpa meminta. Namun kali ini, yang didapat hanya pria yang tidur memeluknya dengan helaan napas berat; jelas berbeda dari biasa.
Dia pikir, Yoongi sedang memiliki masalah serius. Entah itu urusan di kantor, atau karena hal lain. Tapi Jihyo tidak pernah meminta untuk bercerita, karena dia percaya, pria itu akan memberitahu; jika memang waktunya sudah pas.
Walau begitu, sehebat apapun rasa kesabaran yang dimiliki. Nyatanya, Jihyo sudah sangat penasaran. Pasalnya, Yoongi sudah bersikap begini sejak empat hari kebelakang.
"Astaga, Yoongi." pekikan nyaring, mengundang kekehan kecil pria yang mendadak merangkul pinggang ramping itu dari belakang. "Sekaget itu kah?"
"Aku sedang memasak, bahaya tahu!"
"Kalau begitu, berhenti dulu."
Tangan besar itu terulur, mematikan kompor gas. Kembali memeluk tubuh ramping dari belakang, beralih mengendus leher jenjang yang memabukkan indra penciuman.
Terdiam beberapa saat, sampai Jihyo yang memulai percakapan.
"Yoongi?"
Jihyo tersenyum, mengusap tangan yang masih melingkar di perut rata dengan lembut. Tak dapat dipungkiri, dia memang rindu sentuhan suaminya.
"Kim Namjoon." sempat merengut, karena memang tidak mengerti dengan pernyataan suaminya yang tiba-tiba menyebutkan nama sang sekretaris. "Dia membuatku kesulitan."
Lantas wanita itu terkekeh kecil. Sudah lama sekali rasanya tidak mendengar pria dingin ini merengek bagai anak kecil.
Kau lihat, Yoongi memang tidak akan pernah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Ada apa?"
"Batas waktu orang melahirkan itu, pada bulan ke-sembilan 'kan?" Jihyo balas mengangguk kecil. Membenarkan pertanyaan sang suami, meski sedikit ragu. "Kandungan istrinya belum ganjil sembilan bulan, tapi sudah meminta cuti. Padahal, bukan dia yang hamil."
Lagi, Min Jihyo dibuat tertawa ringan mendengarnya.
"Bukan, Yoongi. Tidak semua orang akan melahirkan diusia kandungan 40 minggu. Kata ibu, aku juga begitu. Bahkan ketika kandungan berusia kurang lebih 37 minggu, ibu sudah melahirkanku."
Ada jeda sebentar, sekedar mengambil napas ringan. Lehernya benar-benar terasa gatal. Yoongi nampak menikmati permainannya.
"Mungkin saja, Namjoon oppa takut jika istrinya akan melahirkan bayi prematur. Maka dari itu, dia memilih untuk mengambil cuti lebih awal. Kurasa, pilihan Namjoon oppa bagus; jika tebakanku memang benar."
Kemudian Yoongi menenggelamkan wajah dibalik bahu sempit, semakin menggelitik istrinya karena pelukan yang dipererat.
"Tetap saja merepotkan. Dia mengambil cuti di waktu yang salah. Terlalu banyak yang harus aku kerjakan. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan membawa sebagian tugasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Mistake | •yh
FanfictionSemua ini tentang kepercayaan; Yoongi yang menaruh kepercayaan itu pada Jihyo, istrinya. Tapi dia sendiri yang membuat istrinya berubah pikiran ─dengan mengingkari janji; sebagai faktor penyebab pertama, salah satunya. . . . . . ©jkmwifeu Start; 130...