Maaf sekali karena baru bisa apdet lagi. Tapi, ini sesuai janji kan yaa :)
Dan sekedar kasih saran, sepertinya kalian perlu membaca lagi part sebelumnya.
Tapi kalo masih inget, langsung baca aja sih. Bebas pilih :)
.
..
..
.Langit semakin menggelap, menutupi ribuan bintang yang berkelip indah di atas sana. Kilat cahaya ikut menyambar di sela awan hitam, bagai membentuk senjata tajam dengan bilah yang berkelok-kelok.
Rinai hujan mulai turun, dan pria itu masih melajukan mobil hitamnya dalam kecepatan rata-rata.
Tak berselang lama, suara dering telpon mulai berbunyi. Tanpa menghentikan laju mobil, tangannya bergerak mengambil ponsel dalam jas yang dia pakai. Wajah tampan sempat mengenyit heran melihat nama di layar ponsel.
Menyadari getaran tanpa henti, dia segera menepikan mobil. Mengangkat panggilan, lalu menempelkan ponsel depan telinga.
Kemudian hanya ada suara hujan yang dia dengar.
"Hallo?"
Sampai berselang beberapa detik, dia mulai mendengar suara lain— seperti isak tangis, walau tak yakin.
"T- tuan,"
Dan lirihan mulai menyahut di sebrang sana. Bernada sangat kecil, sampai nyaris tak terdengar jika saja dia tidak mengeraskan volume.
.
.Jika ada hal yang paling menyesakkan bagi seseorang di dunia ini, maka Seokjin akan dengan lantang menjawab;
Melihat orang yang kau sukai tengah dalam keadaan terpuruk.
Penampilan yang berantakan, basah kuyup. Terlebih, mata cantik yang pernah dia lihat waktu lalu, kini tampak menyiratkan pecahan kaca yang hancur terpecah belah. Tampak sangat menyedihkan sampai mengundang rasa iba.
Seokjin tentu tidak bodoh untuk memahami kondisinya, namun dia juga tidak berniat untuk bertanya langsung.
Bukan, setidaknya dia harus menunggu waktu yang pas.
"Tak apa, menangislah nona Im."
Tangannya kembali menelusuri belakang kepala, memberi usapan yang teramat lembut dan hati-hati pada rambutnya yang cukup halus. Hingga pelukan di badannya mulai mengerat, suara tangis pilu ikut teredam dalam bahu lebar.
Hati Seokjin ikut tercubit, kepalanya dibawa merunduk. Mencium aroma khas wanita itu yang sudah tercampur dengan aroma miliknya karena pakaian yang dia kenakan.
Pelukan balas dipererat, pria itu tidak tahan melihatnya seperti ini.
Ketika Seokjin datang ke tempat dia berdiam sebelumnya, pria itu sudah sangat terluka melihatnya.
Im Nayeon, wanita yang pernah dia lihat pada pertemuan pertama, tidak berpenampilan menyedihkan. Malah— tampak selalu menebarkan cahaya, hingga mungkin bunga-bunga akan terlihat bertebaran di belakangnya ketika dia menyembulkan gigi kelinci dengan tawa khas yang dia miliki.
Senyumannya sangat manis. Terlampau manis, sampai rasanya Seokjin jatuh hati saat pertama melirik.
Tentu Seokjin senang ketika mengetahui orang yang dia sukai menghubunginya untuk yang pertama kali— karena memang biasanya dia yang selalu memulai, walau jarang sekali mendapat balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Mistake | •yh
FanfictionSemua ini tentang kepercayaan; Yoongi yang menaruh kepercayaan itu pada Jihyo, istrinya. Tapi dia sendiri yang membuat istrinya berubah pikiran ─dengan mengingkari janji; sebagai faktor penyebab pertama, salah satunya. . . . . . ©jkmwifeu Start; 130...