Warning; 19++
Dapat menimbulkan rasa kesal, jengkel, ketegangan, amarah; bahkan keinginan untuk menyakiti benda mati. So, pembaca bijak mohon turuti peringatannya ya :)
.
."Terimakasih atas makan malamnya, tuan Kim."
Ya, Im Nayeon memutuskan untuk menghadiri undangan jamuan makan malam dari Kim Seokjin.
Meski awalnya pria itu sempat merasa heran karena hanya dia yang hadir dalam acara tersebut, namun pada akhirnya Seokjin tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.
Kim Sekojin menyambut dengan senang hati, para tamu yang sudah dia undang. Walau sebenarnya, dia sangat mengharapkan kehadiran si pemilik Min Company.
"Terimakasih kembali." pria itu menyimpan satu tangan di depan dada, menunduk sedikit bagai memberi hormat pada sang ratu. "Sebenarnya, ini masih bukan apa-apa jika berbanding dengan kebaikan Direktur Min."
Bibir tebalnya mengulas senyum, sangat tampan; sampai nyaris membuat Nayeon terpesona.
"Aku berharap dia bisa datang dilain waktu, nona Im."
Wanita itu berdeham kecil, hingga berakhir membalas senyuman Seokjin— walau sedikit kaku.
"Maaf, tuan. Akan saya usahakan."
"Sudah kubilang, jangan terlalu formal. Kau sudah menjadi temanku, ingat?"
Tidak ada perbincangan khusus dalam acara jamuan makan malam yang Seokjin buat. Semuanya murni karena pria itu ingin lebih mengenal dekat dengan rekan kerja.
Selama makan malam berlangsung, Seokjin banyak bercerita tentang beberapa masalah padanya. Entah itu tentang pekerjaan atau bahkan sampai kisah asmara.
Awalnya Nayeon sedikit merasa tidak enak, dia hanya merasa tidak pantas untuk berbicara sedekat itu dengan rekan kerja atasannya. Namun Seokjin nampak tidak mempermasalahkan soal jabatan. Dia memiliki sifat yang sangat terbuka pada semua orang.
Karena perbincangan yang cukup panjang tersebut, Seokjin memutuskan untuk berteman dengan Nayeon. Sekalipun wanita itu tidak benar-benar menginginkannya.
Nayeon hanya berpikir, untuk mendapatkan seorang teman tidaklah mudah. Bahkan, Nayeon dan Jihyo saja baru bisa berteman setelah melewati waktu selama kurang lebih dua bulan.
"Maaf, tuan." kembali Nayeon memasang senyum menyesal. "Saya hanya belum pernah mendapatkan teman dalam waktu cepat."
Seokjin menganggukkan kepala beberapa kali, cukup mengerti maksud dari perkataan wanita Im.
"Ah, kau hanya belum percaya padaku?"
Nayeon masih bergeming, perkataan Seokjin memang benar.
Kemungkinan kecil karena dia tidak mau mengambil jalan yang salah ketika tidak sengaja membalas, maka dari itu; diam adalah pilihan terbaik. Namun pria itu kembali mengulas senyum. Dia benar-benar pria yang baik.
"Baiklah, tak apa. Aku mengerti."
Lagi, Nayeon membungkuk hormat.
"Maafkan saya, tuan. Saya pamit pulang."
"Mau aku antar, nona Im?"
Gelengan kecil menjawab pertanyaan Seokjin.
"Tidak perlu, tuan. Saya sudah memesan taxi."
Telunjuk mengarah ke sebuah mobil yang terparkir di depan restoran.
Sebenarnya Nayeon bisa saja meminta supir pribadi Min Yoongi untuk mengantar, namun sepertinya pak Shin lebih dibutuhkan oleh atasannya. Mengingat pria itu langsung beranjak pergi sebelum Nayeon benar-benar meninggalkan gedung perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Mistake | •yh
FanfictionSemua ini tentang kepercayaan; Yoongi yang menaruh kepercayaan itu pada Jihyo, istrinya. Tapi dia sendiri yang membuat istrinya berubah pikiran ─dengan mengingkari janji; sebagai faktor penyebab pertama, salah satunya. . . . . . ©jkmwifeu Start; 130...