Karena dorongan dari si komentator pertama, akhirnya gue apdet..
Betewe, chap kali ini keanya kependekan deh. Tapi semoga kalean suka ya :')
Okay, just enjoyed!
.
."Ya, hotel terdekat."
"Baik, tuan."
Semacam kewajiban, pak Shin kembali melajukan mobil menuju tempat permintaan. Berhenti tepat di depan pintu utama gedung berbintang, kemudian kata tunggu disini menjadi kalimat terakhir sebelum atasannya pergi beranjak.
Min Yoongi berjalan angkuh menuju meja reseption. Meminta kunci kamar dengan gantungan bernomor 493.
Benar, itu memang kamar sekretarisnya. Yoongi hanya berjaga-jaga, jikalau perempuan itu tidak ingin membukakan pintu untuknya ketika sadar bahwa dia yang datang bertamu.
"Tapi ruangannya sudah kosong, tuan."
Perkataan seorang reseptionist berhasil mengurungkan niat Yoongi untuk beranjak. Seolah mengerti dengan tatapan tidak mengerti sang atasan, wanita itu kembali melanjutkan kalimatnya dengan ragu.
"Pagi tadi, Nona Im datang untuk mengembalikan kunci kamar. Lalu pergi dengan membawa barang."
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"
Tatapan tajam serasa menujuk sampai jantung, namun sang reseptionist berusaha memberanikan diri; berpikir mungkin akan lebih buruk jika dia bungkam.
"Ma- maaf tuan. Beliau yang meminta untuk tidak mengatakan ini pada anda. Tapi, saya menemukan sesuatu di kamarnya."
Seperti teringat sesuatu, dia mulai menyodorkan sebuah surat setelah mengambilnya di dalam laci. Perempuan itu berpikir, mungkin surat yang ditinggalkan di atas nakas itu tertuju untuk atasannya.
Yoongi mengambil kertas surat itu, kemudian bergegas pergi menuju mobilnya.
.
.Badan mungil berputar perlahan, menelisik penampilan yang sudah terlihat rapi. Bibir tipis mengulas senyum. Semua persiapannya telah selesai. Tinggal menunggu Yoongi pulang, dan keberangkatan ke Jepang akan dimulai.
Tangan bergerak mengambil ponsel, mendial seseorang.
"Halo?!" tanpa sadar, sapaan riang dilempar ketika seseorang disebrang sana menjawab panggilan. "Jimin! Bagaimana kabarmu?"
Bibirnya tak henti tersenyum, mengucap syukur ketika tahu pemuda itu baik-baik saja.
"Aku juga baik-baik saja."
Park Jimin ikut mengucap syukur, kemudian tak lupa menanyakan kabar sang kakak ipar.
"Ya, Yoongi juga baik. Dia sedang bekerja, tapi sebentar lagi juga pulang. Ohya, malam ini aku dan Yoongi akan pergi menemuimu-"
Pemuda itu menyela, nadanya terdengar kaget.
"Hey, jangan berlebihan. Apa kau tidak merindukan nuna-mu ini?!" bibir tipis mengerucut, memasang ekspresi kesal; meski sadar tidak akan ada yang melihatnya. "Tidak ada rangka apapun. Aku hanya merindukanmu. Pokoknya aku ingin kau menyambut kami setelah sampai di bandara nanti."
Panggilan ditutup secara sepihak. Jihyo kembali mengulas senyum. Ternyata adiknya belum berubah, masih seperti dulu. Perlakuannya selalu saja membuat jengkel, meski begitu Jimin selalu menuruti permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Mistake | •yh
FanfictionSemua ini tentang kepercayaan; Yoongi yang menaruh kepercayaan itu pada Jihyo, istrinya. Tapi dia sendiri yang membuat istrinya berubah pikiran ─dengan mengingkari janji; sebagai faktor penyebab pertama, salah satunya. . . . . . ©jkmwifeu Start; 130...