6# Percayakan padaku

952 109 37
                                    

Hoy,
Are you miss me? :)










No? Okay,





just enjoyed.

.
.

Suara guntur menggema dalam ruangan, tidak terlalu keras namun mampu membawa getaran kecil yang cukup menyeramkan.

Dibalik dingin udara diluar ruangan; hujan sudah mengguyur deras, sampai air matanya ikut jatuh menemani tangisan langit malam. Meringkuk lemah dalam balutan selimut tebal. Kedua tangan terangkat di depan dada, menekan satu bagian dengan cukup kuat; mencoba menghilangkan rasa sesak yang begitu menyakitkan.

Ingatan kembali memutar kejadian sebelumnya. Tepat dimana Yoongi yang mendadak melunturkan senyuman, hanya karena hendak melontarkan kalimat tidak percaya tentang pernyataan Jihyo.

.

"Hey, jangan berbicara hal aneh."

Air matanya berhasil jatuh saat itu. Yang benar saja, bulan April masih terlalu jauh. Tidak ada waktu untuk melontarkan suatu kebohongan sebagai tanda bersenang-senang.

"Aku serius, Yoongi."

Pria itu menggeleng, "Ayolah, Ji." sudut bibir terangkat, merasa lucu dengan keadaan. Namun reaksi itu malah mengakibatkan rasa sesak berlebih dibagian dada.

"Maaf, Yoongi."

"Itu tidak mungkin."

Dan dia memalingkan muka, menghindari sorot kejujuran di mata cantik istrinya. Lebih tepatnya, menepis jauh fakta yang baru saja Jihyo katakan. Kemudian menghela napas dengan berat.

"Siapkan dirimu. Aku akan memanggil dokter Lee kemari."

.

Lagi, isakan kembali lolos membebaskan diri. Sulit berkompromi, nyatanya ini terlalu menyesakkan. Satu tangan lain beralih, menutup mulut sendiri. Dia hanya tidak ingin suaminya terbangun karena hal kurang berguna.

Namun semuanya terasa sia-sia.

Pendengaran Yoongi berfungsi dengan tajam sekalipun dalam keadaan terlelap. Rasa kepekaannya memang jangan diragukan. Dia beralih memeluk Jihyo dari belakang, tanpa membuka mata. Menghasilkan ketegangan luar biasa Jihyo yang tidak sampai mengira jika pria itu akan terbangun.

Padahal hujan benar-benar deras diluar sana.

"Tidurlah."

Suara berat menyapa Indra pendengaran. Tapi bukan mereda tangis, air mata malah semakin deras menetes. Jihyo semakin membekap mulut, meski nyatanya Yoongi sudah tahu apa yang tengah dia lakukan. Bahkan, kini badan mungil ikut bergetar kecil dalam pelukan hangat.

"Hey," Yoongi yang merasa geram, mulai membalikkan badan yang lebih kecil. Menaikkan dagu lancip, hingga mata berair itu beralih menatapnya. "Sekarang, apa lagi?"

Namun bukan menjawab, Jihyo malah memejamkan mata dengan kuat hingga kembali terisak. Dengan sigap Yoongi balik menariknya dalam dekapan, meredam tangis pilu di dada bidang. Merutuki kebodohan, karena pertanyaan tolol yang dia lontarkan.

"Ssssttt.. maafkan aku." tangan bergerak mengusap belakang kepala istrinya dengan sayang.

Yah, dia memang sempat kesal karena tidurnya terganggu, tapi sekarang berakhir menyesal.

"Kumohon jangan menangis lagi, Ji." mempererat pelukan, mencium pucuk kepala dengan teramat lembut.

Selama beberapa menit, hanya suara hujan dan isakan kecil Jihyo yang mengisi ruangan. Sampai perempuan itu mulai bergerak, sedikit mendorong dada bidang. Membiarkan satu pasang mata memandang datar, namun masih tampak tertarik menunggu kalimat.

Not a Mistake | •yhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang