16 : Seoullo 7071

2.6K 309 1
                                    


-----------------Little Trace------------------

Hembusan angin musim gugur menembusi celah keramaian di tengah kota tanpa sadar mampu menyibak kenangan lantas menari tanpa henti dalam pikiranku, mengingat bagaimana semua ini dimulai. Tidak ada kalimat terburuk untuk kugunakan merutuki diri sendiri. Tidak ada kata terbaik pula, untuk memuji presensi pria dalam balutan jaket denim dengan ulasan senyum penuh pesona dari bibir penuhnya. Jari-jari tegas yang biasa digunakan untuk menandatangi dokumen-dokumen penting kini bergerak lihai memainkan melodi dari sebuah piano dalam remang cahaya yang menghiasi tiap sudut taman jalanan layang. 'Seullo 7071' begitulah orang-orang menamakan tempat ini. Jika berkunjung disiang hari, rasanya tidak akan seseru suasana dimalam hari karena ada banyak hal yang bisa disaksikan ditempat ini.

Dengan santai pria bermarga Park itu mempertontonkan adegan klise dalam film romansa remaja seolah sengaja menyedot perhatian sekitar agar atensi tetap memaku dalam senyum juga pesonanya. Aku cuma bisa duduk manis sambil mengamati beberapa pasang manusia yang siap menghentikan ayunan langkah untuk menikmati nyanyian diiringi piano yang di suguhkan oleh Jimin. Tidak bisa dipungkiri sosoknya begitu bersinar dalam temaram lampu biru muda.

Mereka terlihat sangat antusias, begitupun diriku.

Seakan terhipnotis, aku refleks menutup mata ketika suara lembut pria dominan itu memenuhi rungu. Dinding-dinding yang mengelilingi jantung seolah dihangatkan-- aku merasa seperti sedang dirayu. Ah, mungkin bukan aku sendiri yang merasa demikian tapi gadis dari bangku berdekatan juga berdecak senang merasakan hal yang sama.

Tidak apa terkadang membuat kesalahan, karena siapapun bisa melakukannya juga. Meski menghiburmu dengan mengatakan tidak apa, aku tahu bahwa ini sebatas kata-kata.

Aku tersenyum sinis, kesalahan ya? Baiklah ku akui itu, aku yang berakhir bersamanya, itu mutlak sebuah kesalahan yang awalnya memuakkan. Tidak ada harapan untuk masa depan. Tidak ada permohonan yang tepat untuk menentukan definisi sebuah pernikahan. Kelam dan membingungkan.

Ketika seseorang menghela napas berat bagaimana aku bisa mengerti tentang itu?

Aku tidak merasa terganggu meskipun jelas Jimin menujukan kata itu untukku. Memilih diam dalam helaan napas teratur sembari membentangkan jawaban dalam benak.

Meskipun aku tidak bisa memahami arti dari helaan napasmu, tidak apa-apa. Aku akan memelukmu erat.

Ya, pria itu sering bertanya tentang apa yang mempersulit situasi kami. Tentang apa yang mengangguku, dan itulah yang sering ku lakukan. Menghela napas panjang di tengah rasa penasaranya yang memuncak lalu sukses menghindar. Keras kepala dan bodoh. Itulah diriku seorang Jung Mina, gadis mengerikan yang Jimin nikahi.

Meskipun helaan napasmu tampak buram bagi orang lain, tapi aku mengetahuinya.

Harimu begitu sulit, sehingga berat bagimu untuk menghembuskan napas kecil.

Dan lirik itu sukses membuatku terpekur dengan sejuta kejut tanpa mampu membiaskan expresi yang tepat.

Aku memang sering merasa sesak hingga sulit untuk menghela napas. Jun, dan Jun, sosok pria itu tak pernah meninggalkan mimpiku meskipun dia dengan senang hati meninggalkan kehidupanku.


Hingga malam dimana aku memeluk Jun sedih dalam guyuran hujan kekecewaan, aku akhirnya sadar jika perasaanku padanya seperti kubangan lumpur yang menenggelamkan kewarasanku sendiri. Rasaku tak lebih seperti sebuah keserakahan yang tak mampu dipenuhi. Terlalu besar-- namun ucapan Jimin malam selanjutnya, seolah meniupkan harapan baru dalam rangka menetapkan masa depan, membentang sebuah lapangan agar aku bisa menjatuhkan seluruh rasa bahkan keserakahanku padanya--seutuhnya. Aku ingat dengan jelas dia memberi sebuah penawaran, jika aku memberikan hatiku sebagaimana semestinya, dia bersedia membalasku dengan sebuah ketulusan pun yang sempat kuragukan beberapa waktu lalu.

Little Trace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang