Jimin? Sebenarnya aku tidak mengenali sosoknya dengan baik. Ada waktunya dia terlihat sangat menjengkelkan, tapi melihat bagaimana perlakuannya hari ini cukup membuat aku tersentuh.
Dia berhasil menunjukkan satu sisi yang berbeda dari dirinya.Jimin yang tidak pernah peduli, hari ini bahkan memasak bubur untukku. Meskipun aku sempat protes karena masakannya terlalu asin dia hanya tersenyum tanpa meladeniku yang sengaja ingin mencetus beberapa keributan akibat merasa bosan terbaring di tempat tidur.
Jimin yang biasanya cuma tau, memerintah. Seharian ini bahkan sanggup merawatku layaknya seorang dokter merawat pasiennya--- sangat teliti dan itu membuat aku sedikit jengah. Tapi tidak memungkiri berkat Jimin malam ini aku merasa tubuhku jauh lebih baik dari tadi pagi.
Dulu, aku sering keluar masuk kekamar Jimin untuk bersih-bersih juga mengganti seprai. Dan ketika ibunya berkunjung aku hanya akan tidur di sofa dan membiarkan Jimin menguasai ranjangnya karena aku selalu ketakutan dan tidak rela berbaring disampingnya.
Aku bahkan tidak pernah membayangkan, berada dalam satu selimut yang sama dengan Jimin. Tapi, kenyataan baru saja memberikan sebuah kejutan besar tepat saat aku membuka mata 2 menit lalu, cukup membuat jantungku berpacu dua kali lipat mendapati peribadi menjengkelkan itu berbaring tepat disampingku dengan wajahnya yang berhadapan langsung denganku.
Aku sempat mengucek mata beberapa kali untuk memastikan kalau aku sedang tidak bermimpi. Setelah beberapa saat, aku di kagetkan lagi merasai tangan Jimin ternyata memeluk punggungku erat seperti memeluk guling kesayangannya. Aku hampir memaki pria itu, namun aku jadi tidak tega saat menyadari dia sedang tertidur pulas dengan wajah tenang seperti bayi tanpa dosa.Aku memutuskan untuk diam dan memerhatikan anugerah tuhan yang terpampang jelas memenuhi atensiku.
Jimin. Baiklah, ku akui dia memang tampan. Meskipun saat ini yang dia lakukan hanya diam, aku harus jujur, kalau dia terlihat cukup seksy dari jarak dekat. Mataku refkeks menjalankan tugas mengabsen seluruh wajah pria itu, mulai dari dahinya. Dahi Jimin tidak lebar dengan rambut yang berjatuhan menutupi sebagian alis tebalnya. Aku hampir terkekeh saat mendapati bulu mata Jimin ternyata tipis sekali, pantas dia selalu bisa menemukanku di tengah keramaian.
Tanpa sadar bibirku melengkung keatas mengukir senyum tipis.
"Bibir tebal," ejekku singkat. Namun ingatan tentang malam pria itu menciumku malah menyerbu pikiranku tanpa permisi.
Rasanya? Astaga aku harus jujur, itu gila. Andai saja aku tidak memiliki harga diri, aku pasti sudah terkalahkan. Tapi tidak, aku Jung Mina. Aku bukan gadis yang mudah menyerah pada Jimin, aku tidak pernah mau menjadi salah satu budak cintanya meskipun statusku adalah istrinya. Bagiku itu terlalu merugikan karena aku juga gadis biasa yang tidak ingin berbagi prianya dengan gadis lain.
Dimiliki, itu artinya berat bagiku. Maharnya pastilah sebuah kesetian, dan sosok seorang Park Jimin kurang disatu sisi itu. Dia kurang setia di pandanganku, melihat seberapa mesra dia memperlakukan Seulbi, dan membiarkan gadis lain menyentuhnya membuat aku ingin jauh-jauh darinya.
Jimin, dia ingin memiliki. Namun, tidak pernah mau dimiliki dan di kendalikan oleh seorang gadis. Ya, dia mau berbuat sesukanya, dan aku menbiarkan dia berbuat sesukanya, karena itu aku marah sekali saat Jimin malah menyekat hubunganku dengan Chan. Dia tidak sadar ya, kalau sikapnya itu cukup tidak adil.
Aku menghela napas lelah, lelah menganalisis keperibadian Jimin.
"Selamat malam Jim, terima kasih untuk semuanya." Setelah mengatakan itu, aku menyibak selimut lalu bangun untuk keluar dari kamar Jimin.
*****
Aku duduk diatas sofa dengan mulut yang di penuhi cemilan.
Mataku tidak lepas dari menatap kaca televisi yang memainkan film horor thailand berjudul 'runpee' hantu senior tampan berseragam sekolah, sungguh tidak ada aura-aura horornya sama sekali aku hanya berfokus pada romansa tipis yang di ciptakan oleh pemeran wanitanya bersama si hantu senior.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Trace (END)
Fanfiction(COMPLETED) Special for jimin birtday. Apa jadinya jika dua orang dengan sikap yang saling bertolak belakang di satukan? Haruskah itu di anggap keberuntungan? Atau malah sebuah kutukan? "Mau mencoba melakukan sesuatu?" Jimin berucap tenang seper...