----Little♡Trace---Sebelum baca vote dulu ya sayang karena ini part akhir.
-------------------------------------------------
Di saat masih banyak gadis mempercayai bahkan ingin memiliki kisah percintaan seperti kisah dongeng yang berawal dari sebuah kutukan. Namun berakhir dengan bahagia seperti Rapunzhel yang di persunting seorang pangeran yang terlanjur jatuh cinta pada pertemuan pertama, aku malah lebih memilih meletakkan seluruh fokusku pada fakta di kehidupan nyata, tidak ada cinta pandang pertama. Atensi yang saling beradu kadang hanya mencetuskan rasa penasaran sesaat. Bukan ketertarikan yang sesungguhnya. Sebuah kecocokan haruslah disertai proses bukan asal nyaman di awal-awalnya.
Meski aku sadar terlalu terlambat, namun itu tidak mengurangi rasa syukurku dipertemukan oleh sosok seorang Park Jimin dalam candanya ada kedewasaannya. Dalam senyum-senyum jahilnya dia masih bisa mencerminkan sebuah ketulusan di sana tepat pada manik kecoklatanya saat ku telusuri sambil mengagumi.
"Apa kau sedang sakit?" Pertanyaan dari seseorang dengan kurang ajarnya membuyarkan lamunanku tentang Jimin.
Ayolah, aku baru merasakan perasaan ini beberapa hari Chan malah merusak suasana. Menggeleng lemah."Aku sehat, malah lebih sehat darimu," balasku kemudian.
"Kau yakin?" Suara Chan menyentuh intonasi penuh keraguan.
Aku hanya tersenyum tipis sembari memasukkan kembali barang-barang ayah yang ingin dibawa pulang."Memangnya aku terlihat seperti orang sakit?"
"Tidak juga, sih. Lebih tepatnya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta," ujarnya cukup perlahan tapi masih mampu tertangkap rungu. Pria itu bersandar pada dinding, setia menunggu untuk mengantarkan aku dan ayah pulang, aku sengaja meminta bantuan Chan karena kesibukan Jimin tidak memperbolehkan dia berbuat demikian.
"Hei, apa maksudmu dengan mengatakan anakku sedang jatuh cinta hm?"
Seperti biasa sosok paruh baya dengan penampilan cukup rapi dan sehat menyela pembicaraan kami.
"Ya, memang kenyataannya seperti itu. Dia sedang jatuh cinta pada suaminya," celetuk Chan seenak kuah ramen ditambah keju.
"Apa itu benar?" Ayah menatapku tidak percaya, aku pura-pura tidak mengerti expresi yang sedang ia pamerkan."Ayah tidak percaya kau menyiksanya terlalu lama Mina-yah," timpalnya sambil menggeleng kepala.
Aku terkekeh lirih.
"Setiap gadis butuh waktu dalam menentukan pilihan."
"Kau dengar itu Tuan Jung. Dia menyebut dirinya masih seorang gadis." Chan meraih tas yang sudah terisi penuh dari tanganku.
Memang itu kenyataannya!
Ayah meringis perlahan."Pantas, cucuku tidak bisa jadi," keluhnya kemudian membuatku malu setengah mati. Dasar ya, para pria mana bisa aku menang dua lawan satu. Aku kalah telak.
"Apa kalian tidak bisa berhenti mencampuri kehidupan peribadiku?"
"Lagi, lagi, lihatlah temanmu Chan. Benar-benar keras kepala dan susah menerima masukan dari orang lain."
"Hm, dan Jimin pria yang malang jatuh pada pesona gadis keras kepala ini," ledek Chan dengan tampang konyolnya minta di tinju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Trace (END)
Fanfiction(COMPLETED) Special for jimin birtday. Apa jadinya jika dua orang dengan sikap yang saling bertolak belakang di satukan? Haruskah itu di anggap keberuntungan? Atau malah sebuah kutukan? "Mau mencoba melakukan sesuatu?" Jimin berucap tenang seper...