7 : Partner

3K 288 1
                                        

Setiap orang memiliki kesibukan sendiri, begitupun aku. Jujur saja menjadi pembantu Jimin benar-benar tidak mudah, tapi dengan semua kegiatan padat aku merasa jauh lebih baik, dengan begitu aku bisa mengalihkan seluruh fokusku agar tidak berpusat pada satu hal saja.

Aku mulai terbiasa.

Membangun rencanaku sehari-hari, lelah. Senang. Puas setelah waktuku habis tanpa ku sadari, dan aku mendapati diriku mudah tertidur di malam hari, bahkan mimpi-mimpi jarang mengunjungiku yang ada hanya gelap dan nyaman di tengah empuknya spring bed.

Awalnya aku memang merasa di kekang, tapi kini tidak lagi melihat bagaimana Jimin mengizinkan aku untuk pergi malam ini, aku tidak repot untuk menjelaskan aku mau kemana karena Jimin juga tidak bertanya. Dia hanya memberi persetujuan dengan syarat aku harus pulang di bawah jam 10.

Aku merasa cukup bersemangat untuk berpesta malam ini.
Chan juga ikut bersama bahkan dia yang akan menjemputku, kami sama-sama antusias untuk bertemu teman-teman seuniversitas dulu, aku yakin riuni kali ini pasti lebih seru. Aku tidak sabar ingin menanyakan kabar mereka semua, apa mereka sudah menikah? Dan sudah memiliki berapa anak?

Aku merindukan mereka.

  Chan sudah menungguku di depan rumah, dia baru saja menelfon menyuruh aku segera keluar. Tanpa membuang waktu aku segera menyambar tas yang terletak diatas kasur, berjalan keluar melewati ruang tengah. Menghampiri rak sepatu, sempat kebingungan memilih. Namun aku segera menemukan satu pasang yang cocok. Sepatu yang paling aman untuk ku kenakan, tidak tinggi dengan model sederhana berwarna cream.

Aku keluar, lalu mengunci pintu.
Aku tau Jimin punya kunci duplikat, jadi aku tidak harus di panggil pulang di saat sedang seru-serunya.

   ***

   Mobil Chan melaju membelah titian beraspal. Kami hanya berdua karena Chan tidak  mudah membiarkan orang lain memasuki mobil kesayangannya.
Tapi aku, tentu saja pengecualian. Jika aku yang meminta tumpangan, itu harus Chan turuti karena aku tidak main-main.

Pernah sekali, dia menyuruh aku pulang menggunakan pengangkutan awam sewaktu kuliah dengan alasan, dia punya tugasan mendesak. Aku percaya kata-katanya, aku pulang sembari menahan rasa tidak nyaman karena bus yang ku naiki saat itu cukup sesak, aku berdiri paling sudut dan entah bagaimana lama kelamaan aku malah tambah di sudutkan oleh pria dewasa yang seakan ingin mengambil keuntungan dengan wajah menjijikkan.

Dan hari itu, tentu saja aku membuat keributan besar karena dengan lancangnya tangan pria dewasa itu mencoba merabai tubuhku. Mengingat kejadian itu aku masih merasa kesal. Dan bertambah kesal lagi sehari setelahnya aku baru tau Chan sengaja tidak mengantarku pulang karena dia menikmati waktu kencan bersama kekasihnya dan sialnya foto-foto kemesraan mereka tersebar lalu menjadi perbincangan hangat. Bagaimana bisa? Seorang Chan yang masih berstatus mahasiswa berduaan dengan dosen cantik di perpustakaan? Mereka bahkan berciuman dalam foto tersebut. Setelah mengetahui fakta, aku langsung mengacaukan mobil Chan. Aku bahkan membuka keempat tayar dengan bantuan teman yang lain hanya untuk melampiaskan rasa sakit hati.

  Dia berbohong.

   Chan sempat marah besar karena aku mengacaukan semuanya, dia juga mendiamkan aku selama beberapa hari. Namun setelah dia di beritahu apa yang terjadi, dia kembali menemuiku untuk berdamai dan meminta maaf karena dia sudah berbohong yang berakibat buruk padaku.

Tanpa sadar aku tertawa saat kepalaku memutar kisah kami.

   "Sebegitu bahagia ingin bertemu teman lama huh?" Tegur Chan yang menatap kehadapan.

  "Ya aku sudah tidak sabar ingin melihat mereka."

Chan mendecih sebelum berucap."Teman-teman kita memang terlihat seperti orang pintar, tapi sejauh yang ku ketahui beberapa dari mereka menjalani hidup dengan cara yang menyedihkan." Mulai rempongnya seperti ibu-ibu di sekitar kompleks.

Little Trace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang