Hari senin bersiap menyapa membangun kesibukan manusia seakan dunia ini adalah medan perang. Beberapa waktu terlewatkan begitu saja tanpa aku tahu kemana dan dimana pria itu sering menghabiskan setengah dari malamnya. Bukan aku tidak bertanya, hanya saja jawaban yang ku terima." Sesuatu terjadi pada sahabatku, karena itu aku sering menjaganya," ungkapan itu cukup membuat muak telinga yang mendengar.
Jimin juga tidak memperjelas sahabatnya yang mana. Ku pikir itu wanita, karena pria itu sering bertanya apa saja yang dibutuhkan seorang wanita yang sedang sakit agar perasaannya jauh lebih baik. Aku bisa melihat mata Jimin penuh tekat dan harapan untuk menghibur sahabatnya. Dan bodohnya aku malah menjawab." Jika seorang wanita sedang sakit yang dia butuh cuma perhatian yang lebih dari orang-orang terdekatnya."
Dan benar saja, Jimin melakukan yang terbaik mengikuti intruksiku. Di hari senin yang seharusnya ia penuhi dengan berkerja malah ia gunakan untuk menunjukkan sisi malaikatnya. Saat ini kami sedang berada di toko bunga. Awalnya aku cukup senang karena Jimin memberiku sekuntum bunga mawar segar. Namun, begitu pandanganku jatuh pada sekelompok bunga lili yang jauh lebih menarik karena ditata seindah mungkin serta merta senyumku memudar.
"Semoga dia menyukai bunga ini," ucap Jimin sambil memandang gubahan bunga lili tersebut.
Aku cuma mengangguk samar.
Untuk kali ini, aku akan mencoba bersabar karena sebentar lagi aku akan menemui sosok yang sedang Jimin jaga seolah dia itu tuan putri.
"Maaf aku baru bisa mengajakmu bertemu dengannya hari ini. Aku ingat kau sangat membenci rumah sakit, jadi aku menunggu waktu yang tepat agar kau merasa nyaman."
Aku tidak menjawab.
Dalam hati, aku sudah mendumal sejadi-jadinya. Kenapa dan mengapa aku cuma mendapatkan sekuntum bunga? Sedangkan wanita itu malah mendapat lebih dari sepuluh kuntum?Aku mendengus sebal sambil mengenakan kembali sabuk pengaman setelah memasuki mobil.
Jimin terus mengoceh beberapa hal sambil menjalankan mobil yang tidak ku ketahui kemana arah tujuannya. Aku hanya 'beroh riya' sambil memainkan ponsel agar bisa mengontrol perasaan kesal yang singgah tanpa permisi.
Tak lama kami pun tiba di sebuah kompleks perumahan mewah yang mengundang rasa penasaranku jauh lebih dalam.
Sebenarnya siapa yang ingin kami temui disini?
Tepat saat Jimin mematikan mesin mobil dihalaman rumah berwarna biru muda yang di kelilingi perpohonan tinggi, mulutku tidak bisa diajak berdiam lagi."Siapa yang harus kita temui di tempat ini?" Ku lirik Jimin yang memasang wajah misteriusnya."Aku sudah diam terlalu lama, jadi sebelum kita masuk kedalam akan lebih baik jika kau mengatakan yang sesungguhnya Jim, kau tidak maukan aku membuat keributan hanya karena tidak tahu apa-apa."
"Sebentar lagi kau akan tahu, kumohon kali ini saja Mina-yah bersikaplah seperti seorang gadis sungguhan yang penuh sopan santun," balasnya santai sembari melepas sabuk pengaman.
"Yakh! Jadi selama ini seperti apa aku bersikap? Bukannya sudah jelas aku seorang gadis."
Jimin menggeleng lalu menoleh kesamping." Ehmm. Kau salah, sikapmu seperti wanita setengah abad yang galak," ejeknya di barengi tawa halus yang membuatku kesal setengah mati.
Saking kesalnya refleks tanganku menampar lengan Jimin.
"Berengsek!" Aku berpaling enggan menatap pria berpipi bundar itu. Aku ingin menggigitnya, sungguh.Telingaku menangkap suara helaan napas Jimin.
"Didalam sana, ada seseorang yang membutuhkan dukungan emosional. Ku harap kau bisa membantuku kali ini Mina-yah, aku mohon." Menyadari ada keseriusan dalam nada bicara Jimin, perlahan aku kembali menoleh untuk mencari
sedikit saja expresi jahil yang bisa kugunakan untuk menganggap pria itu sedang memainkan lelucon kelewatan seperti yang sering dia lakukan. Akan tetapi, setelah 3 detik berlalu manikku hanya memaku pada raut penuh permohonan beserta kesenduan yang nyata." Seulbi baru saja terluka, dia kehilangan calon bayinya. Dan suaminya saat ini berada di jepang, si berengsek itu bahkan menyalahkan Seulbi atas semua yang terjadi." Bahu Jimin seketika melemas. Aku bisa melihat amarah tertahan disana dengan kedua tangan Jimin yang mengepal erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/202236034-288-k832433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Trace (END)
Fanfic(COMPLETED) Special for jimin birtday. Apa jadinya jika dua orang dengan sikap yang saling bertolak belakang di satukan? Haruskah itu di anggap keberuntungan? Atau malah sebuah kutukan? "Mau mencoba melakukan sesuatu?" Jimin berucap tenang seper...