Terkadang aku ingin seperti matahari, aku juga ingin bersinar dan menghangatkan
berbagi setiap energi yang ku miliki pada alam, dengan begitu aku merasa di butuhkan.
Tapi, semesta sering memukulku dengan kenyataan berbalik. Detik selalu saja mengurungku dengan hampa, dengan pengap yang menyesakkan membuat aku tesadar, aku hanya pemilik sendu-sendu yang bermain diujung malam tanpa menyisakan ruang untuk sebuah ketenangan masuk dan bersemayam didalam lubuk hati terdalam.----Little Trace---
Aku berbaring sembari menatap langit-langit kamar. Tubuhku terasa lemas setelah memuntahkan cairan pahit berbau alkohol.
Aku mengacaukan semuanya!
Membuat Chan terluka, dan membuat Jimin kebingungan.
Aku tidak tahu harus menjawab apa jika Jimin bertanya seputar kejadian tadi, aku cukup tertutup dan menjaga sikap selama ini.Pengap mengusai setiap sudut ruangan bercat merah muda yang hanya disinari cahaya temaram dari lampu tidur diatas nakas. Aku bergerak gelisah di balik selimut putih, mencari posisi ternyaman. Namun tidak kutemukan.
Sial, bisa jadi, malam ini aku tidak tidur hingga pagi.
Aku mendengus kasar lalu menarik selimut menutupi wajah.Tidur Jung Mina.
10 menit berselang aku masih tetap terjaga. Pikiranku menerawang jauh hingga keperbatasan kenangan menari bersama sejuta rasa tak yang berbalas.
Menyebalkan.
Beberapa detik kemudian, mendadak runguku menangkap bunyi pintu kamar yang terkuak, tanpa di tutup kembali. Langkah-langkah ringan segera terus mendekati dan berhenti tepat disisi ranjang.
Sial! Ku pikir aku sudah mengunci pintu, nyatanya aku teledor membuat sosok itu dengan mudah masuk.
Untuk apa dia menerobos kesini?
Beberapa pertanyaanpun terus berputar di kepalaku, tanpa berani mengintip wajah di balik selimut yang menutupiku. Aku enggan, terlalu enggan untuk bertemu pandang dengan Jimin saat ini, aku yakin dia sedang melototiku.
Jimin meletakkan sesuatu diujung ranjang lalu beranjak, memasuki kamar mandi. Menyalakan kran meramaikan suasana yang tadi sunyi kini di penuhi suara gemerecik air yang menimpa permukaan lantai.
Jimin mandi? Aku bisa mengerti badannya pasti kotor setelah bergelut seperti orang gila dengan Chan. Tapi yang mengherankan adalah, kenapa harus disini?
Ada-ada saja.
Aku membuka sedikit selimut lalu menyembulkan kepala, mencari tahu apa yang terletak di bawah kakiku. Mataku melebar hingga terasa perih saat mendapati sepasang piyama biru polos terlipat rapi. Aku memberanikan diri bersandar sejenak di kepala ranjang dan tenggelam dalam liku penuh terkaan. Tapi begitu gemerecik air berhenti menandakan kegiatan Jimin telah tuntas didalam sana, buru-buru aku kembali membungkus diri.
Pintu kamar mandi terbuka.
Aku hanya bisa menebak lewat suara kecil yang ia cetuskan, 2 menit setelahnya pria itu telah usai berpakaian rapi.
Aroma yang keluar dari tubuhnya tidak main-main menusuk dalam diam.Aku mempererat pejaman saat merasakan sebuah tarikan menurun pada selimut dan berhenti setelah terbuka hingga menampakkan sebahagian diriku.
Aku terlalu ingin berteriak! Tapi aku belum siap untuk berbicara dengan Jimin, rasanya sulit sekali aku tidak punya penjelasan tepat untuk kelakuan yang ku pertontonkan malam ini.
Dia ingin melakukan apa?
Mendadak atmosfir seolah hanya berfokus pada satu titik,
bersamaan rasa dingin yang membelenggu kedua tangan juga kakiku. Napasku hampir berhenti saat Jimin menjatuhkan tangan dikedua sisi tubuhku membawaku dalam sebuah kurungan menyesakkan. Aku yakin, dia menatapku dekat karena aku bisa merasa hembusan napas hangatnya menyapu kulitku, membuat aku semakin takut untuk membuka mata lalu mendapatkan wajah Jimin yang berada diatas ku menjadi satu-satunya pemandangan ngeri yang mendomimasiku dalan jarak paling dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Trace (END)
Fanfiction(COMPLETED) Special for jimin birtday. Apa jadinya jika dua orang dengan sikap yang saling bertolak belakang di satukan? Haruskah itu di anggap keberuntungan? Atau malah sebuah kutukan? "Mau mencoba melakukan sesuatu?" Jimin berucap tenang seper...