Pagi ini Daniel dan Fanya sudah siap dengan penampilan mereka masing masing, pagi ini mereka akan kembali ke kampus untuk mengejar ketertinggalan mereka di dalam pelajaran.
"Sayang, kamu sudah siap? "tanya Daniel kepada Fanya.
"Iya nih, Aku udah siap"jawab Fanya dengan senyum manis nya menghadap sang suami tercintah. Hehe
"Yaudah yuk kita berangkat"ajak Daniel langsung menggandeng tangan Fanya berjalan keluar rumah.
Mereka berdua berjalan menuju mobil yang terparkir rapi di depan rumah, mereka masuk dan langsung pergi ke kampus mereka.
Selama perjalan mereka tak henti henti nya berbicara, mereka membicarakan apa pun yang bisa mereka bicarakan.
Tidak beselang lama mereka sudah sampai di kampus dengan selamat. Mereka berpisah dan langsung pergi ke fakultas mereka masing masing.
"Hai MiViNjel"sapa Fanya antusias kepada Mili Vio dan Enjel yang sudah lebih dulu sampai di kelas.
"Pagi, ceria amat lu Fan"ucap Mili kepada Fanya yang terlihat sangat bahagia.
"Kenapa lu? "tanya Enjel ikut penasaran dengan alasan yang bisa membuat Fanya bahagia pagi pagi begini.
Sedangkan Vio, ia hanya diam menunggu apa yang akan di ceritakan oleh Fanya.
"Nggak ada apa apa, gue senang aja karena hari ini suami gue nggak sakit, gue nggak tega ngelihat dia kesakitan"ucap Fanya, jujur ia bahagia karena pagi ini suaminya tidak drop, dan ia sangat bahagia karena pagi ini ia tidak melihat raut wajah kesakitan dari suaminya.
"Gue ikut senang dengernya, gue kalau jadi elo juga nggak akan tega melihat wajah kesakitan suami kita"ucap Vio ikut bahagia melihat kebahagiaan sahabat nya itu.
Fanya tersenyum, ia bahagia bisa memiliki sahabat seperti Mili Vio dan Enjel.
Beberapa jam sudah berlalu, dan sekarang sudah saat nya untuk daniel dan fanya pulang ke kediaman nya.
"Sayang, kamu nggak papa kan? "tanya fanya kepada daniel yang tampak pucat.
Daniel menggeleng sebagai jawaban bahwa ia baik baik saja, ia bosan, ia bosan selalu merepotkan fanya dengan penyakit sialan di tubuhnya ini.
"Jangan bohong"ucap fanya tidak percaya dengan gelengan kepala sang suami.
"Aku nggak papa, kamu jangan khawatir, okay"ucap daniel berusaha meyakinkan fanya.
"Yatuhan tubuh kamu panas banget"panik fanya merasakan bahwa tubuh daniel yang tiba tiba terasa sangat panas.
"Hey aku nggak papa"ucap daniel lagi.
"Kita kerumah sakit sekarang"ucap fanya terlampau khawatir.
"Nggak"tolak daniel dingin.
Fanya sadar bahwa ucapan nya barusan membuat daniel marah, daniel masih tidak suka saat fanya ingin membawa dirinya kerumah sakit.
"Sorry, tapi sekarang kita harua tukar posisi, biar aku yang nyetir"ucap Fanya mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku nggak selemah itu, aku masih bisa nyetir dengan baik"tolak daniel masih dengan nada dingin nya.
"Sayang, kamu dengerin aku dong, aku ngelakuin ini cuma nggak mau kamu kenapa napa"ucap fanya berusaha membujuk daniel.
"Hh selama ini aku terus yang dengerin kamu, tapi kapan kamu mau dengerin aku"ucap daniel dengan senyum sinis di bibirnya.
Fanya terbelalak, ia tidak menyangka jika daniel akan berucap seperti itu, ia melakukan semua ini hanya demi daniel, ia menyayangi daniel juga mencintai daniel, dan ia hanya tidak ingin daniel kenapa napa, ia hanya sangat peduli dengan daniel.