Setelah tertidur selama hampir delapan jam, fanya bangun di saat jam sudah menunjukkan pukul 14:00. Ia bangun dan langsung bergegas ke kamar mandi, setelah mandi dan berganti pakaian ia langsung keluar kamar menghampiri Zidan yang saat ini sedang duduk manis di ruang tengah.
"Loh udah bangun? "ucap Zidan kepada Fanya yang baru saja duduk di samping nya.
"Iya"jawab Fanya seadanya.
"Loh kenapa sedih? Masih kepikiran Daniel? "tanya Zidan bertanya dengan lembut kepada Fanya.
"Iya bang, aku cinta Daniel bang, aku nggak mau cerai bang, aku nggak mau pisah sama Daniel."lirih Fanya kembali menangis.
"Jangan nangis lagi ya, udah cukup tadi pagi kamu nangis berjam jam, sekarang jangan lagi"ucap Zidan seraya menghampus air mata di pipi Fanya, lalu kemudian ia langsung membawa Fanya kedalam pelukannya.
"Tapi aku nggak mau pisah bang, aku sayang Daniel bang, aku cinta Daniel"isak Fanya masih menangis di dalam dekapan Zidan.
"Iya abang tau, tapi kamu berhenti nangis ya"ucap Zidan kembali menghapus air mata di kedua pipi Fanya.
"Maaf bang, aku udah ngerpotin abang"ucap Fanya tidak enak hati kepada Zidan.
"Udah nggak usah minta maaf, lagian siapa juga yang merasa di repotkan, dari pada kamu sedih terus mendingan kamu ikut nemenin abang ke Rumah sakit buat cek kesehatan"ucap Zidan mencoba untuk menghilangkan kesedihan yang di rasakan Fanya.
"Rumah sakit? Kenapa? Abang sakit? "tanya Fanya khawatir, cukup Daniel saja yang membuat nya dirinya selalu khawatir.
"Nggak, abang nggak sakit, abang cuma mau cek kesehatan aja, soalnya minggu depan abang sudah harus balik ke LA"ucap Zidan menjelaskan apa yang sebenarnya, ia tidak sakit, ia hanya ingin memeriksakan kesehatan nya sebelum minggu depan saat ia harus kembali ke LA untuk melanjutkan kuliahnya.
"Bener? Nggak bohongkan? "tanya Fanya memastikan. Ia takut Zidan berbohong seperti Daniel yang menutupi penyakitnya.
"Nggak, abang nggak bohong, udah sekarang kamu mau kan ikut abang? "
"Iya mau"ucap Fanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.
Selanjutnya mereka langsung turun ke bawah, memasuki mobil dan langsung pergi ke Rumah sakit, tapi sebelum itu mereka lebih dulu mampir di sebuah mall untuk membeli ponsel yang baru untuk Fanya.
Setelah dari mall dan mendapatkan apa yang di inginkan Fanya barulah mereka langsung berangkat ke Rumah sakit.
-
Didalam sebuah ruangan ada Daniel yang baru saja membuka mata setelah kejadian tadi pagi dimana ia histeris memanggil dan menyerukan nama Fanya.
Baru saja membuka mata hal pertama kali yang di ingat oleh Daniel adalah Fanya. Ia kembali histeris memanggil Fanya, membuat khawatir Thalita yang berdiri di sampingnya.
"Fanya"panggil Daniel kepada Fanya yang ntah di mana.
"Kak"panggil Daniel kepada Thalita yang berada berdiri di samping brankar nya.
"Iya dek, kenapa? Ada yang sakit?"ucap Thalita bertanya dengan nada cemas kepada Daniel yang kini menatapnya dengan tatapan sayu. Tatapan yang membuat hatinya teriris, ia tau tatapan itu adalah tatapan penuh kesedihan adiknya.
"Fanya mana kak? "ucap Daniel pelan kembali bertanya dengan Thalita tentang keberadaan Fanya, perempuan yang teramat sangat ia cintai.
"..."
Mendengar pertanyaan yang di ajukan Daniel membuat Thalita kembali diam, ia tidak tau harus memberi jawaban apa kepada Daniel, ia ingin menjawab jujur tapi ia tidak tega jika harus melihat Daniel kembali histeris menyerukan nama istrinya itu.