***
Ting... tingting... ting...
"Lo tuh mau makan apa drumband sih sebenernya?" Cukup sudah. Setelah sekian lama Angkasa berkutat dengan makanannya bahkan sampai kini tak tersisa, perempuan dihadapannya ini tidak pernah lelah membuat kupingnya panas dengan bunyi ritmik perpaduan alat makan di tangannya.
Kejora yang rupanya merasa terusik kini moodnya bertambah buruk berkali-kali lipat "Suka-suka gue lah"
"Loh Ka mau kemana lo?"
"Balik" Balas Angkasa yang sudah beranjak meninggalkan tempat duduknya.
Dengan sigap perempuan berperawakan tinggi itu pun mengejar Angkasa dan mulai menyejajarkan langkahnya "Lo udah bikin gue capek, dan sekarang lo mau ninggalin gue gitu?"
"Ihh.. Ka, ini tuh masih sore masak mau pulang sekarang"
"Hm"
"Gue laper tauk"
Angkasa mendengus mendengar pernyataan polos gadis di sampingnya ini. Lapar katanya? Bahkan mereka hampir menghabiskan waktu dua jam di tempat makan tadi.
Angkasa terus berjalan sampai masuk ke dalam mobil tanpa terlihat mempedulikan Kejora, dan itu adalah kelihatannya bukan kenyataanya
"Udah gak ngambek?"
"Eh?" Dan benar saja, bahkan mulut Angkasa yang sudah terlatih berbicara cuek itu pun tak tahan untuk sekedar bertanya suasana hati perempuan yang sudah cukup lama dikaguminya itu.
"Hemm bagus deh kalo lo tau gue tadi ngambek. Tapi ya Ka, harusnya itu lo tadi baik-baikin gue bukan malah ikutan marah" Balas Kejora dengan tatapan sinis yang dibuat-buat.
Dia juga heran kenapa moodnya cepat kembali kalau dengan Angkasa, padahal biasanya kalau kesal dengan seseorang ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari. Ataukah mungkin sebabnya Angkasa yang balik marah? Karena memang kalau sedang kesal dia selalu dibujuk, dan itu justru membuatnya semakin manja dan merajuk. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang.
"Lo itu kalo dibaikin malah makin jadi" Oke ternyata Angkasa tau.
"Dari mana lo tau? Oh, apa jangan-jangan di balik wajah Angkasa yang jutek ini, lo sering merhatiin gue ya?"
Goda Kejora sambil menyentil nyentil lengan cowok yang sedang menyetir itu."Apaan sih" Baiklah, lihat apa yang terjadi sekarang. Pipi Angkasa sudah semerah kepiting rebus.
"Ihh... tuh kan merah mukanya, apa jangan-jangan lo-"
"Apaan sih ge-er banget lo" Jawab
Angkasa dengan senyum tertahan.Sedangkan Kejora, cewek itu tertawa terbahak-bahak karena berhasil menjaili sopir di sampinya ini.
Di sisi lain laki-laki yang disebut sopir ini berusaha menahan kegugupannya, dan juga rasa malu tentunya. Bagaimanapun yang dikatakan Kejora barusan adalah kebenaran, kebenaran yang memalukan.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah tempat yang dituju.
"Udah molor aja niih cewek" Gumannya yang sedang memperhatikan Kejora terlelap.
Seulas senyum terbit dibibir Angkasa kala tangan jailnya berhasil mengusik tidur gadis itu.
"Makin cantik deh kalo lagi tidur" Batinnya dalam hati.
"Ra bangun ra"
"Emmhh, ngantuk" Kejora yang mulai tersadar berusaha duduk tegak sambil mengumpulkan nyawanya untuk beberapa saat.
Tok tok tok
"Ayo turun ra" Ucap Angkasa entah sejak kapan sudah berada di luar mobil.
"Dimana ini?"
"Jam berapa sih ini ka?" Tanya Kejora lalu menyalakan hp nya sendiri.
"Udah jam 4 aja, ihh ditinggalin lagi gue" gumannya lirih.
"Ka lo tuh dari tadi ninggalin gue mulu deh perasaan, gue kan ga suka ditinggal"
"Sholat dulu"
"Ya udah ayuk"
Mereka menuju ke mushola yang tidak jauh dari situ.
Setelah itu mereka berlanjut makan di sebuah rumah makan bernuansa kayu."Kok kita makan lagi sih ka"
"Tadi yang bilang laper orang mana ya?"
"Hehe... gue pikir lo gak peduli"
"Trus ini kok menunya ikan-ikanan semua sih"
"Hmm" guman Angkasa sambil menyendikkan kepalanya ke kiri, agar Kejora ikut menoleh.
"Ya ampunn ka, kok lo gak bilang sih kalo kita dipinggir pantai, pantes sejuk banget" serunya girang sabil menatap hamparan pantai yang terpampang di cendela warung itu.
"Cepet makan, abis itu kesana"
"Beneran boleh kesana ka, ya ampun lo baik banget sih. Keliatannya aja jutek, ternyata berhati peri" ucapnya sambil tertawa.
***
"Assalamualaikum bunda" Ucap Kejora lantang saat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam, udah pulang ra? Kok malem banget sih"
"Hehe, iya bun maaf. Tadi ò dulu sama Angka lama banget" Jawab Kejora dengan senyum manis.
"Masih kecil pacaran mulu kerjaannya"
"Biarin wleek, dari pada kakak jomblo terus"
"Heh jomblo jomblo gini kakak banyak yang naksir tauk"
"Siapa kak?"
"Ya cewek-cewek lah"
"Yang nanya maksutnya" ucapnya dengan senyum mengejek.
"Udah-udah, Rara kamu mandi dulu gih, trus makan. Abis itu kesini ya, ada yang mau ayah sama bunda omongin"
"Iya bun, Rara ke atas dulu ya"
****
"Sayang ayah nggak akan maksa kamu menerima perjodohan ini. Tapi kamu harus tau, kalau papa sudah berjanji sama papanya Bin- eh maksut papa Angkasa"
"Dan kamu tau kan nak, ayah paling nggak bisa ngingkarin janji. Jadi maafin papa kalau kamu merasa tertekan sama perjodohan ini"
Mendengar itu Rara tersenyum kecil "Rara nggak papa kok yah. Mungkin emang ini cara buat bales kebaikan kalian udah ngerawat aku. Maaf kalau selama ini aku cuma ngerepotin kalian"
"Nak bukan gitu maksut kami" Kali ini bundanya yang bersuara. Dia sedikit gelisah, takut jika putrinya ini salah paham.
"Nggak papa kok bun, Rara tau maksut kalian itu baik. Rara ke atas dulu ya, udah ngantuk" Ucapnya disertai senyuman.
Tentu tidak mudah bagi Kejora, di saat dia merasa dihadapkan pada dunia yang baru. Di saat dia membuka matanya, dan yang dilihatnya asing.
Dia mendengar perdebatan dari 3 orang yang tidak dikenalnya. Bahkan sampai sekarang masih sering terngiang dikepalanya isi percakapan dari ketiganya.
"Aku cuma pingin yang terbaik buat dia ma"
"Terbaik kamu bilang? Dia sudah kehilangan segalanya fer, kamu harus sadar!"
Sedangkan satu orang diantara mereka yang kini dia kenal sebagai bundanya hanya bisa menangis.
"Kamu sudah memberikan dia pada orang yang salah sampai hidupnya hancur. Dan sekarang kamu mau membuatnya seperti itu lagi hah?" Lantang seseorang yang tidak dikenalinya, tapi Kejora melihat orang itu mirip dengan ayahnya.
"Aku nggak bisa apa apa Vin. Perusahaanku hampir bangkrut. Dan hanya Rara yang bisa menolong. Lagi pula dia akan hidup enak di sana"
"Astaga Fero... masa depannya akan kau buang kemana? Teriak orang itu.
Setelah itu perempuan yang sedari tadi menangis menatap ke arahnya. Begitu menyadari dirinya sudah terbangun, perempuan itu langsung memeluknya dan merperkenalkan dirinya bahwa dia adalah bundanya, dan disulul oleh ayahnya.
Namun dia sudah tidak melihat orang yang dipanggil "Vin" tadi oleh ayahnya. Kemana perginya orang tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kejora dan Angkasa
Genç Kurgu*** Cerita antara Angkasa dan Kejora Di saat seorang gadis manis yang ceria jatuh cinta dengan pria yang dijodohkan dengannya. Di saat seorang lelaki tau gadis yang dicintainya adalah kesalahan masalalu dari orang terdekatnya. Di saat masalalu terun...