2. Keyakinan

158 73 111
                                    


Assalamu'alaikum,
Happy reading.

🍁🍁🍁

Pagi ini semua orang sibuk.
Dimana hari pernikahan telah tiba. Tidak hanya Aisyah, tetapi kakak tersayangnya ini juga ikut-ikutan tegang.

"Kak Faiz, jangan ikutan tegang dong. Kak Faiz!" Aisyah memang biasa berkata seperti ini jika bersama sang kakak.

"Jangan brisik deh!"

Aisyah hanya tersenyum mendengar jawaban kakaknya itu.

Kemudian, Aisyah berjalan menyusuri setiap sudut ruangan. Sebernarnya, ia sedikit tidak suka dengan konsep pernikahan ini karena terlalu mewah baginya. Aisyah lebih suka konsep yang sederhana dan tidak memakan uang banyak.

Tapi jika di komplain, ayahnya akan  selalu bilang, "tidak papa, untuk anak perempuan satu-satunya Ayah."

Tiba di salah satu ruangan yang banyak sekali dihiasi bunga-bunga putih. Ada beberapa meja dengan empat kursi di setiap samping meja.

Pintu masuk ruangan ini dari sebelah timur. Ketika masuk, kita langsung dihadapkan dengan hiasan dinding besar bertuliskan (A-A) dengan setiap samping huruf dibaluti lampu tumbler yang cantik.

Sembari menyusuri ruangan, Aisyah berpikir apa maksud dari hiasan (A-A) yang dia lihat barusan. Apa mungkin (A-A) adalah (Alif-Aisyah)? Mungkin. Bisa jadi. Toh, yang mau nikah memang mereka berdua. Lalu, jika tidak siapa lagi?

Aisyah tertegun beberapa kali. Ruangan ini dihias sangat cantik. Beberapa kali pula ia terbawa hingga alam khayalan.

Rasanya kebahagiaan tidak akan pernah luntur dari diri Aisyah. Senyumnya juga enggan untuk hanya sekedar luntur.

Satu bulan.

Bukan waktu yang lama untuk mengenal lebih dalam pria yang akan menjadi teman hidupnya kelak. Entah apa, namun Aisyah yakin pada Alif. Begitu juga Alif, yakin kepada Aisyah.

"Syah. Ayo buruan siap-siap! "

"Syaah!"

Faiz pun menepuk pundak Aisyah. Aisyah terkesiap dan langsung berbalik mengahadp Faiz yang mungkin sudah lama berada di belakangnya.

"Kenapa, khayalin apa? Sampai di panggil beberapa kali enggak nyaut," tanya Faiz dengan muka datar. Namun seyum tipis tak lupa ia terbitkan.

"Em ... E-nggak kok," jawab Aisyah terbata.

"Apa-apaan ini? Masih tegang? Padahal, nanti loh ijab-qabul nya," ucap Faiz sembari memegang wajah dan pundak Aisyah bergantian dan memelankan suaranya di akhir kalimat sembari mendekatkan bibirnya ke telinga Aisyah.

Plak!

"Aww."

Faiz mendapat pukulan kecil dari Aisyah. Tentu saja Aisyah gemas dengan kakak satu-satunya ini.

Meski inci paras Faiz ini terlihat dingin, serius dan angkuh, bagi Aisyah kakaknya ini adalah anggota keluarga yang paling humoris dan pandai membuatnya tertawa. Tak ayal jika Aisyah sangat nyaman jika bersama Faiz.

AliSya [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang