Sorot mentari tak membuat dua pengantin baru itu membuka mata mereka meski tampak sangat menyilaukan.Ya, mereka tadi sudah bangun untuk sholat tahajjud, membaca alquran sampai subuh, dilanjutkan sholat subuh lantas tertidur kembali karena merasa sangat lelah setelah acara kemarin.
Lima belas menit berlalu. Nampaknya keluarga Aisyah yang berada di luar juga tidak berniat untuk membangunkan mereka berdua.
Ahya, Ziah, dan Anni sibuk memasak di dapur dengan bantuan beberapa pembantu. Lain hal dengan kedua orang tua yang masih terlihat segar setiap paginya, yaitu Malik dan Manik.
Sedangkan di tempat lain, dua orang pria sedang asyik berolahraga, basket. Faiz dan Affan.
Sedikit perkenalan. Affan adalah sahabat karib Faiz. Umurnya satu tahun lebih muda di bandingkan Faiz. Bercita-cita sebagai pemain sepak bola, katanya. Namun, Tuhan berkata lain. Kini pekerjaan yang ia jalani adalah sebagai pengacara.
Karena suatu hal ....
Mendengar kabar tentang Aisyah menikah adalah hal paling mengejutkan baginya. Setelah dia mengkonfirmasi dengan Faiz, ternyata itu adalah kemauan besar Manik.
Tidak bisa di ganggu gugat. Itulah sebagian besar pemikiran Affan mengenai Manik. Apalagi perihal pernikahan anak perempuan satu-satunya.
"Iz, kok lo yakin kalo dia bakal jadi suami yang baik buat Aisyah?" tanya Affan. Dan yang di maksud dia sudahlah pasti Alif.
Faiz tetap diam. Fokus, dan ya! Satu bola lagi berhasil masuk kedalam ring meski ia lempar dari jarak yang lumayan jauh.
"Yang pasti, pertama kali ketemu dia langsung yakin dia laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dan setia."
"Pertama ketemu dimana?"
"Di kantor. Waktu ada meeting sama perusahaan dia."
"Dia CEO?"
"Iya."
"Oh, terus—"
"Bentar." Faiz menghentikan gerakannya kali ini.
"Kok lo jadi kepo tentang Alif kenapa sih? Jangan-jangan, lo—?" Faiz bergidik ngeri, begitu juga dengan Affan yang paham tentang apa yang dikatakan Faiz.
"Astaghfirullah," ucap Affan.
Faiz tertawa mendengar gumaman Affan barusan. Sebenarnya Faiz tahu apa maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Affan, namun ia memilih menyudahinya supaya tidak berkepanjangan.
"Masuk yuk, makan!"
_____
Pukul tujuh lebih tiga puluh.
Dua pengantin baru itu masih belum merubah posisinya sedari tadi.
Tak terasa, tangan wanita yang masi tertutup matanya itu perlahan menarik selimut untuk menutupi wajah. Namun gerakan yang ia ciptakan justru membuat pria di sampingnya perlahan terbangun.
Dia berdecak halus. Pantas saja dia terbangun, tanpa sadar tangan Aisyah berada di dada bidangnya. Dan lihat, wajah mereka sangat dekat.
Alif menggerakkan badan perlahan. Tidak berniat membangunkan Aisyah karena tau dia sangat lelah. Namun, gerakan itu pula justru membuat Aisyah bangun.
Netra mata mereka bertemu, saling tatap, dan saling melontarkan senyum tanpa di minta.
Namun alasan mereka tersenyum pasti berbeda. Alif tersenyum karena merasa bersalah membuat Aisyah terbangun, dan Aisyah karena malu berjarak sangat dekat dengan lelaki yang kini sudah menyandang status suaminya. Namun tetap saja ini hal yang bukan biasa, dan ini untuk yang pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AliSya [SLOW UPDATE]
Romansa"Kalaupun Mas bisa mencari pasangan sendiri seperti apa yang Mas inginkan, belum tentu Mas menemukan wanita sebaik yang telah Allah kirimkan." -Alif. Karena perjodohan, mereka dipertemukan. Karena kepercayaan, mereka disatukan, dan karena Tuhan mer...