10. Jalan-jalan

57 31 16
                                    

Assalamu'alaikum, happy reading!

Sejatinya, bahagia tidak hanya didapat dengan cara mahal dan luar biasa. Tengoklah sekitarmu, dan cobalah lebih berlapang dada. Maka pada saat itu, kamu akan mendapat bahagia yang sebenar-benarnya.

-AliSya-

🍁🍁🍁

Sedikit info: Untuk yang udah baca part sebelumnya dulu, waktu ada visual prosesi pernikahan. Author memutuskan untuk ganti visual, karena visual yang kemarin limit banget. Daaaann, let's happy reading gais!

***

Alif benar-benar aneh. Siang ini begitu terik, namun dia tetap kekeh dengan rencananya mengajak Aisyah pergi.

"Panaaass!" Entah sudah keberapa kali Aisyah mengatakan kata itu.

"Nanti Mas payungin," jawab Alif. Juga entah sudah keberapa kali Alif mengatakan itu.

"Tidak."

"Syah."

"Tidak."

"Syah."

"Tidak, tidak, tidak!"

Aisyah sangat jengkel. Ia memutuskan untuk pergi dari kamar. Langkah kakinya terus membawanya menuju dapur. Rasanya, kepala Aisyah ikut memanas seperti cuaca saat ini.

Dengan cepat, ia duduk sembari menggenggam sebotol air dingin dari kulkas. Jari-jari tangan  kirinya terus menscroll pekerjaannya. Alisnya tertaut begitu dalam saat keseriusan berada di puncak kepalanya.

"Honey!"

"Oh tidak, suara suamiku lagi!" batin Aisyah.

Aisyah tetap diam. Berpura-pura tidak mendengar panggilan manis dari sang suami.

"Aku tahu kau mendengarnya," ucap Alif.

"Aku pun tahu apa maksud dan tujuanmu kemari," sanggah Aisyah.

"Pintarnya." Alif menjatuhkan bokongnya di kursi samping Aisyah. Dengan gesit ia merebut botol air dari genggaman istrinya itu. Aisyah berdecak kesal. Namun, ia tetap diam.

Meladeni Alif hanya akan membuatnya harus ikut dengan kemauan Alif, seperti yang sudah-sudah. Dan Aisyah tidak mau hal itu sekarang.

"Syah," panggil Alif.

"Ya." Aisyah menjawab pelan. Matanya tetap fokus pada ponsel yang ia pegang.

"Ayolaaah."

"Mas—" ucapan Aisyah terhenti saat mata Aisyah berlaih fokus pada ponsel Alif.

Alif memainkan alisnya seraya tersenyum menggoda.

"Bagaimana?" tanyanya.

"Aku sangat membenci saat-saat seperti ini."

"Dan aku sangat suka melihat ekspresimu saat-saat tidak ada pilihan lain."

AliSya [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang