4. Kencan?

143 69 117
                                    


Tidak terasa, hari-hari berlalu begitu saja. Hari-hari membahagiakan yang untuk pertama kalinya Aisyah rasakan. Bersama Alif ternyata begitu menyenangkan.

Alif tidak se-dingin yang awalnya Aisyah kira. Juga Aisyah tidak se-misterius yang Alif pikirkan. Kini Aisyah mulai terbiasa dengan sikap manis yang Alif berikan kepadanya. Tak ayal jika Aisyah sering dibuat menjadi kepiting rebus dadakan.

Udara sejuk bak menusuk tulang kini menyeruak, menemani dua insan yang sedang menikmati keindahan alam di pagi hari.

Ya, mereka sedang berjalan-jalan. Keliling komplek, dan juga ke taman komplek.

Alif yang pagi ini memakai hoodie berwarna putih, tampak selaras dengan kulitnya. Begitu juga Aisyah.

Tangan mereka bertautan. Bergandengan di setiap rute jalan. Hal ini terkadang menjadi perhatian orang-orang di sekitar mereka. Apalagi sekarang adalah hari libur. Tidak peduli orang tua, anak-anak pun banyak di sana.

"Kamu nyaman kayak gini?" Alif mengangkat suara, menggerakkan sedikit genggamannya..

"Menurut Mas?"

"Menurut Mas, istri Mas nyaman, malahan kayak enggak mau di lepas." timpal Alif.

Aisyah membuang muka, salah tingkah. Jika dirasa, memang genggam Aisyah tidak kalah kuat dari Alif. Tapi entah karena merasa nyaman atau tegang, Ia sulit membedakannya.

"Kesana yuk!" Aisyah menunjuk kursi tengah taman.

Alif tersenyum sembari mengiyakan. Ia tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah karena telah menciptakan seorang Aisyah dalam kehidupan nya. Bersyukur karena telah menyatukannya dengan Aisyah seperti—ah sudahlah.

"Kamu capek?" tanya Alif.

"Enggak. Mas?"

"Enggak."

"Mas beli minum dulu. Jangan kemana-mana!"

"Iya ih Mas, emang aku anak kecil!" Aisyah cemberut dibuat-buat.

"Kenapa kamu lucu, sih?" ucap Alif seraya mencubit kedua pipi Aisyah lantas berlari, tidak berniat melanjutkan perdebatannya karena pasti akan panjang.

Sementara di kesendirian, Aisyah kembali bergelut dengan pikirannya. Apa mungkin ia bisa seperti Alif yang dengan mudah mencintainya? Menganggap semuanya biasa-biasa saja?

Dia memang nyaman bersama Alif. Nyaman sekali, justru. Tapi perihal perasaannya terhadap Alif, ia memang tidak mengetahuinya.

Toh meskipun Alif kerap berlaku manis kepadanya, sekalipun Aisyah tak pernah mendengar Alif menyatakan 'aku cinta kamu' atau 'aku sayang kamu' secara langsung.

Tunggu. Kenapa sekarang Aisyah justru berharap?

"Aah ...." Aisyah menenggelamkan wajahnya di balik telapak tangan.

"Kamu nggak papa?" Aisyah membuka telapak tangannya. Tampak wajah Alif kian khawatir.

Alif bergegas duduk, mengambil satu botol air mineral dan membukanya. Menyuruh Aisyah segera meminumnya.

Alif se-khawatir ini meskipun Aisyah tidak kenapa-kenapa. Lantas jika suatu saat ia kenapa-kenapa?

"Nggak papa." ucap Aisyah setelah minum beberapa tegukan. Ia memang merasa sangat haus.

Aisyah bersender ke belakang. Sedikit melepaskan rasa letih. Sementara ia memandangi wajah Alif. Dengan bentukan rahang yang memang tegas, Alif memang terlihat dingin jika bersama orang yang baru di kenal. Dan Aisyah?

Berkulit putih bersih. Hidung mancung, dengan onyx mata hitam pekat. Badan Alif terlihat menawan. Bahkan Aisyah pernah dibuat malu saat Alif keluar kamar mandi karena hanya memakai celana pendek. Biarkan, tak apa.

AliSya [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang