Hati Yang Mulai Goyah

1.9K 118 2
                                    

Pagi telah menyapa, sinar mentari menelusup diantara celah - celah fentilasi jendela, kicauan burung kian menggema. Tetesan air dari genting bekas hujan tadi malam, masih meneteskan bunyi tes - tes.

Embun membasahi dedaunan. Jalanan penuh genangan air. Kabut tipis menyelimuti alam sekitar. Tampaknya sang surya masih enggan untuk menunjukkan rupanya. Suara gaduh dari luar kamar, membuat Sasuke membuka mata, padahal masih ingin terlelap.

Jarang sekali dia bisa menikmati tidur nyenyak seperti tadi malam.
"Ada apa sih, rame sekali" gerutunya
Dia membuka pintu dengan keras, semua orang memandangnya "kalian berisik" bentak Sasuke. Semua orang ketakutan, pergi meninggalkan Sasuke sembari mencibirnya.

"Nak, kamu kenal gadis itu?" Tanya seorang nenek pada Sasuke. Telunjuknya, menunjuk kearah pojok lorong "aku rasa di kedinginan" ucapnya
"Sakura, dia temanku" Kata Sasuke, lalu menghampirinya "Sakura, mengapa kamu tidur diluar?"

Dia bangunkan Sakura. Namun, tidak sadar juga. Mendadak, tubuhnya menggigil, Sasuke menyentuh kening "dia demam" gumamnya. Tanpa berpikir panjang, menggendong dan menidurkan di kamar. Kemudian, menyelimuti dengan rapat.

"Dia sakit, anak muda?" Tanya nenek yang masih berdiri di depan pintu kamar
"Iya, nek. Demam" jawab Sasuke
"Kompres pakai air hangat"
"Iya, nek"
"Jangan lupa belikan dia obat"
"Iya, nek"
"Nenek masuk kamar dulu, kalau butuh bantuan, panggilah aku"
"Iya, nek"
Nenek itu masuk kedalam kamar.  Sasuke menutup pintu kamar. Dia terus menatap Sakura lekat - lekat,  menggenggam tangan yang terasa panas "maaf" ucapnya lirih.

Sasuke telah mengompres keningnya dengan air hangat. Lama ia duduk termenung disampingnya. Menunggu gadis yang ia cintai membuka mata. Dia ingin membeli obat untuknya, tetapi tak tega meninggalkannya sendirian.

Dia buka jendela, seekor burung sedang bertengger di ranting pohon "aku panggil elangku saja" katanya sambil memanggil peliharaan dengan jurus andalannya.
Seketika elang hadir di depannya. Dia tuliskan sebuah surat, kemudian menyelipkan di kaki elang "berikan surat ini pada Karin" elang terbang mengudara meninggalkan tuannya.

Tak perlu menunggu lama, kecepatan dan kemampuan elang dalam mengudara memang sudah ahli.  Kepakan sayap yang kokoh membuatnya kian melaju cepat.

Tepat didekat kamar Karin, dia mendarat. Karin membuka jendela kamar "bukankah, kamu elangnya Sasuke" Kata Karin memastikan. Dia melihat gulungan surat di kaki elang "apa ini" ucapnya sambil membuka "Karin berikan obat demam, cepat" isi surat yang dikirim Sasuke "siapa yang sakit, mungkinkah Sasuke, atau gadis yang bernama Sakura itu" kata hati Karin.

Ia ambil persediaan obat yang dimiliki, membungkus dalam kertas. Menuliskan pesan singkat untuk Sasuke. "Andai, aku yang sakit, apakah kamu akan perhatian padaku seperti ini Sasuke, beruntung sekali Sakura. Dia telah merebut hatimu lebih dulu" ucap Karin lirih yang menyiratkan kecemburuan. Ia lilitkan surat kedalam kaki elang "pergilah ke tuanmu" gumam Karin lirih.

Dengan perasaan gelisah, Sasuke menunggu kedatangan elangna. Mondar mandir bagaikan setrika.  Menghela napas lalu dikeluarkan.  Mengintip ke langit, barangkali si elang sedang mengudara "lama sekali, apa dia kesasar" gerutu Sasuke

"Sasuke...Sasuke... Sasuke...." Sakura terus memanggil namanya berkali - kali. Sasuke mendekatinya "Sakura, aku disini" ia genggam tangan Sakura erat - erat.

Pelan - pelan, Sakura membuka kedua mata. Walau masih terasa pusing, dia tetap bisa melihat Sasuke duduk disampingnya. Bibirnya yang pucat merekahkan seulas senyum.
"Kamu demam" kata Sasuke

Sakura ingin duduk. Namun, tubuhnya belum mampu. Badannya terasa ngilu. Sasuke membantu duduk, memberi bantal pada punggungnya "duduklah"
"Terima Kasih" ucap Sakura serak.

Jendela kamar memang sedang dibuka. Namun, Sasuke terus - menerus memandang keluar jendela. Tanpa menengok Sakura. "Kamu lihat apa?" Tanya Sakura
"Menunggu elangku" jawab Sasuke
"Elangmu?"
"Iya, dia akan membawakan obat penurun demam mu"
"Dari mana?"
"Karin"

Sakura menautkan kedua alis "siapa dia?"
"Temanku di tim Taka"
Sakura menundukkan kepala, memainkan kuku - kuku jari "tim 7, bagaimana?"
Sasuke sedikit terkejut saat Sakura mengajukan pertanyaan tersebut. Dia hanya menjawab dengan diam tanpa kata.

Sakura tersenyum kecut melihat raut wajah Sasuke, ketika membahas tim 7.  "Tim 7 adalah timmu juga, Sasuke. Sampai kapanpun gak akan ada yang bisa merubahnya kecuali aku dan Naruto" Sakura berkata dengan berkaca - kaca.

Air mata mulai menetes membasahi pipi "bagiku kamu tetaplah tim 7, Sasuke " Kata Sakura dengan sesenggukkan. Sasuke mengembuskan napas dalam - dalam "kamu sedang sakit, istirahatlah" ucapnya dengan ketus.

Sebenarnya, dia sungguh tak tega menatap gadis yang dikaguminya, berurai air mata. Sakura masih terisak - isak, membuat hatinya nanar "jangan menangis lagi, Sakura" pekiknya dalam hati. Akan tetapi gengsi yang amat berat membentengi diri untuk menenangkan gadis bersurai merah muda "aku akan pergi sebentar, kamu perlu waktu sendirian" ucap Sasuke

Diluar kamar, Sasuke menyandarkan tubuh di dinding. Memukul pelan tembok yang menjadi penyandar "Sial... mengapa hatiku mulai goyah lagi" gerutu Sasuke yang kesal pada suasana hatinya.

Lorong penginapan memang panjang, Sasuke berjalan gontai, pikirannya rancu, hati resah. Namun, dia berusaha agar tetap tidak terpengaruh dari perkataan Sakura. "Aku harus kuat, jalan yang kupilih harus kulalui, apapun resikonya" batin Sasuke.

Dia kembali teringat, bagaimana Sakura menangis tersedu - sedu.
"aku senang bertemu dengannya, namun saat aku menikmati kebersamaan ini, dendam dan benci yang mengakar di hati, seketika luluh dan aku tak suka" kata hati Sasuke.

Bersambung






Karena Jalan Kita BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang