RAWS | 20

202 46 14
                                    

Ranti terdiam selama perjalanan menuju ke rumahnya. Sesekali ia melirik papanya yang sedang serius di belakang kemudi. Rafka tertidur pulas di atas pangkuannya.

Begitu sampai di rumah, Radin langsung mengajak Ranti berbicara, seakan paham apa yang sedang menggelayuti pikiran putrinya.

"Ranti, tadi teman papa. Dulu... dia teman kuliah papa."

"Maksud Papa, ibunya Rinai?"

"Aini, namanya Ainindya Purnama." Radin menghela napas. "Kami... dulu pernah menjalin hubungan sebelum papa meninggalkannya begitu saja."

Dahi Ranti berkerut lalu menganggukkan kepalanya. "Jadi, Ibu Aini cinta pertama Papa?"

"Tidak, bukan seperti itu. Cinta pertama papa selalu mama kamu. Papalah cinta pertama Aini, tapi papa mematahkan hatinya, mengecewakannya..." Radin kembali menghela napas lalu menatap Ranti sendu. "Mungkin inilah balasan Tuhan, karena akhirnya mama kamu meninggalkan papa begitu saja. Persis seperti apa yang sudah papa lakukan pada Aini."

"Pah, enggak begitu..." Ranti mengelus pelan bahu Radin. "Mama pergi bukan karena balasan dari Tuhan, bukan Pah!"

"Ranti...."

"Sekarang perasaan Papa gimana setelah bertemu lagi dengan Ibu Aini?" Ranti mengalihkan topik pembicaraan.

"Papa senang sekali. Sudah lama papa tidak merasakan perasaan ini, tapi... papa juga merasa bersalah. Tiba-tiba papa teringat mama kamu...."

Mendengar kegusaran dari ucapan papanya, Ranti mengajaknya duduk bersama.

"Apa Papa mau memperbaikinya?"

"Maksud kamu?"

"Pah, sudah waktunya Papa melupakan mama. Sudah saatnya Papa membuang perasaan kecewa dan bersalah. Papa berhak bahagia."

Ranti tahu betapa papanya diselimuti oleh kedua perasaan yang menyesakkan itu. Kepergian mama tanpa peduli keluarganya lagi, membuat papa kecewa teramat dalam dan menyalahkan dirinya sendiri.

Terlalu lama memendam rasa sakit hati dan penyesalan membuat lelaki paruh baya itu lupa kalau ia dibutuhkan kedua anaknya.

Hal itulah yang dirasakan Ranti sehingga ia berpikir tidak ada yang peduli dengannya.

Ranti merindukan papanya yang dulu. Sosok lelaki bahagia yang menyayangi keluarganya.

"Jadi, menurut kamu... papa berhak bahagia?"

Ranti menganggukkan kepalanya. "Kebahagiaan Papa juga kebahagiaan aku dan Rafka."

Randu & Ranti [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang