Randu tergesa-gesa melajukan langkah kakinya, memasuki mulut gang sempit yang biasa dia lewati.
Setelah keputusannya bulat untuk berhenti dari pekerjaannya, tidak ada gunanya lagi ia berlama-lama di kafe itu.
Matahari belum juga sampai ada di atas kepalanya, tapi dia sudah kembali pulang dengan tubuh yang terlihat kelelahan karena ia harus melayani para pengunjung kafe yang buka sepanjang malam.
Biasanya ia akan baru sampai di rumah setelah azan zuhur berkumandang, lalu kembali lagi kerja setelah asar.
Namun, kali ini jelas ia pulang lebih cepat dan ibunya pasti akan bertanya-tanya.
Ah! Tentu saja ibunya akan senang jika mendengar dirinya berhenti bekerja.
Masih terngiang jelas kata-kata wanita yang sudah melahirkannya itu setiap kali mereka berdebat perihal pekerjaan yang dilakoninya.
"Ibuk lebih baik melihat kamu menjadi pengangguran daripada melihat kamu bekerja, tapi tidak dihargai seperti ini!"
Randu menghela napas. Lelah. Sembari menyusuri jalan sempit tak beraspal, ia mengingat bagaimana atasannya selalu meremehkannya.
Sudah tujuh tahun bekerja di tempat itu, tapi tidak ada yang berubah. Setiap kali ia menginginkan sedikit kenaikan gaji atau kelonggaran jadwal kerjanya, atasannya akan selalu berkata sinis mengingatkan kalau ia hanyalah pelayan kafe dan tidak memiliki gelar yang pantas untuk meminta hak-haknya.
Apa segitu hinanya orang-orang yang hanya lulusan SMA? Hingga pantas direndahkan dan dilihat tidak memiliki potensi?
Tanpa sadar Randu mengepalkan kedua tangannya memikirkan hal tersebut, hingga ia sampai di depan pintu rumah kontrakannya dan melihat ibunya. Hatinya menjadi pilu.
"Loh, Randu? Kamu kok sudah pulang?"
Buru-buru Randu menyalami ibunya. "Aku... sudah berhenti bekerja di tempat itu, Buk."
"Oh,"—Aini terdiam sejenak—"benar kamu sudah berhenti bekerja?"
Randu mengangguk. "Aku janji, akan mencari pekerjaan yang lain."
Aini tersenyum. "Iya, Ndu. Ibuk bukannya ingin kamu tidak bekerja, kok."
Tentu saja Randu harus terus bekerja. Karena semenjak kepergian ayahnya, kini ia menjadi tulang punggung keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randu & Ranti [COMPLETED]
RomancePerkenalkan, Randu Baskara. Pria 25 tahun yang merasa hidupnya menyedihkan. Ada juga, Ranti Samarra. Perempuan 18 tahun yang merasa dirinya selalu dianggap tidak ada. Semesta menggariskan takdir pertemuan mereka untuk pertama kalinya dengan menghubu...