Randu menghentikan langkah yang hendak berjalan menuju gang rumahnya. Dari tempatnya berdiri, tampak terlihat sekumpulan muda-mudi berjas almamater biru dongker, kuning dan hijau tua.
Mereka berjumlah sekitar ratusan atau mungkin ribuan, berbondong-bondong hendak menuju ke suatu tempat.
Hati Randu mencelus melihat betapa bersemangatnya para pemuda itu meneriakkan yel–yel yang menentang kebijakan pemerintah.
Ingatannya kembali pada saat ia baru lulus sekolah menengah atas. Rasa-rasanya baru kemarin ia mendambakan menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri.
Namun sayang, semua hanyalah mimpi bagi seorang Randu Baskara.
Keterbatasan dana membuatnya berpikir dua kali untuk melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan.
Meski ia berhak mendapatkan beasiswa, tapi melihat kondisi pekerjaan ibunya yang hanya penjual sayuran di pasar dan adiknya yang harus masuk sekolah dasar, ia pun memutuskan untuk mencari setumpuk uang mengindahkan larangan ibunya.
Randu menghela napas dengan seulas senyum getir. Tatapannya terpukau pada pemandangan yang dilihatnya —sekumpulan aktivis muda.
Ada setitik damba di relung hatinya. Dulu, ia sangat ingin seperti mereka. Namun, ia tetap harus bersyukur meski tak pernah merasakan label mahasiswa.
"Gas air mata! Gas air mata!"
"Lindungi yang cewek!"
"Mundur! Mundur!"
Tiba-tiba saja suasana menjadi riuh dan tidak kondusif.
Para pejuang beralmamater susah payah menghindari serbuan gas air mata dari para aparat.
Randu tampak menegang di tempatnya berdiri. Bingung harus ke mana atau bagaimana di tengah situasi aksi yang kian memanas.
Baru saja selangkah dua langkah ia terburu-buru menjauh, tapi justru malah dirinya terbawa arus para mahasiswa yang hendak menyelamatkan diri.
Randu terpaksa membiarkan dirinya membaur ke dalam kerusuhan yang terjadi begitu saja.
Di tengah-tengah keriuhan, beberapa aktivis perempuan tampak terjebak dan kesusahan untuk berlindung.
Refleks, Randu ingin membantu. Namun, tubuhnya kaku seketika melihat seseorang yang dikenalnya.
Orang itu terlihat kebingungan. Meski wajahnya ditutup masker, tapi Randu mengenali sorot matanya.
Tanpa ragu, ia bergegas menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randu & Ranti [COMPLETED]
RomancePerkenalkan, Randu Baskara. Pria 25 tahun yang merasa hidupnya menyedihkan. Ada juga, Ranti Samarra. Perempuan 18 tahun yang merasa dirinya selalu dianggap tidak ada. Semesta menggariskan takdir pertemuan mereka untuk pertama kalinya dengan menghubu...