Chapter 10

5.2K 701 22
                                    

Makasih untuk vote cerita next ku ya. Heheh senang dah mamak lappy banyak yang respon. Ntar mamak lappy itungin vote nya untuk tahu mana yang akan mami tulis kalau ni cerita udah kelar.

Selamat membaca untuk kalian. Saranghe

***

"Jangan terlalu banyak bergerak. Lukamu akan terbuka dan darahnya akan kembali deras. Aku bukan dokter, Stefani. Tapi aku tahu kalau itu fatal. Jadi ingat? Kita akan berdiam saja di rumah sampai luka ini baik-baik saja." Brady menunjuk ke bagian pakaianku.

Aku memutar bola mata. "Kau memang bukan dokter tapi kau sama cerewetnya dengan mereka. Cepat tepikan saja mobilmu agar aku bisa beristirahat dan bukannya jatuh pingsan karena sakit kepala oleh kata-katamu itu."

Dia mendengus dan aku tidak peduli. Brady sudah memarkir mobilnya di tempat biasa. Kami keluar bersamaan dan pria itu sigap datang menghampiriku. Dia berniat membantu tapi aku menepis tangannya.

"Aku bisa sendiri." Sewotku.

"Apa salahnya mendapatkan bantuan oranh lain. Kau aneh sekali."

Aku memutar bola mata jengkel. "Kau membuat aku terlihat lemah, Brad."

"Apa salahnya menjadi lemah?"

Dan aku sudah akan mencekik lehernya, tidak peduli lagi siapa dia karena dia benar-benar mengikis kewarasanku. Tapi sebelum niat itu terlaksana, telah ku dapati kehadiran orang lain di sana. Dua orang. Dengan pakai hitam tampak seperti pengawal. 

Ku perhatikan dua orang yang tidak aku kenal itu dengan seksama. Mereka memakai kacamat hitam.

"Selamat sore Ms. Declas. Kami di minta oleh Mr. Harland untuk membawa anda ke kediamannya."

Kakek tua itu.. dia bahkan tidak perlu sibuk-sibuk menunggu waktu untuk membuat aku kembali ke sana.  Betapa berharganya aku baginya.

"Katakan padanya aku akan datang besok."

"Dia meminta kami membawa anda sekarang, Ms. Declas. Katanya kami bisa memaksa anda jika itu memang perlu."

Aku mendesah keras. Tubuhku sedang tidak dalam kondisi yang bagus untuk melawan. Juga aku tidak bisa menumbangkan orang-orang Alexandre.

"Baiklah. Kalau begitu kalian tunggu di sini. Aku akan mengambil pakaianku saja."

Aku sudah akan berjalan masuk ke rumah bobrok itu tapi satu tangan telah menghadang di depanku. Tatapan setajam elang milikku telah melesat kearah pria itu.

"Mr. Harland berpesan agar anda tidak membawa apa-apa ke sana. Dia sudah menyiapkan segalanya."

Segalanya ya? Apa dia juga menyiapkan senjata untukku? Kurasa segalanya yang di maksudkan tidak termasuk apa yang sangat aku butuhkan? Seperti misalnya perisai agar cucunya tidak membunuh aku di tempat?

Aku mundur dan menatap Brady. "Apa semua yang kita butuhkan sudah ada di tas?"

Brady mengangguk. "Di tas juga ada senjata silver milikmu satu lagi. Jadi segalanya di sini. Laptop dan segala macamnya."

Aku mengangguk dan kembali berbalik menghadap dua pria itu dengan senyum menawan yang aku lukis indah di wajahku.

"Baiklah. Tunjukkan jalannya."

Kami masuk ke mobil mewah yang sungguh membuat aku geleng kepala oleh kelakuan kakek tua itu. Dia tidak harusnya pamer padaku kalau dia memang kaya. Tapi sepertinya dia memang ingin memamerkan kekayaannya. Aku tidak masalah dengan itu.

Cinta Keparat - TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang