10. Bertemu Uchi

4.6K 464 16
                                    

Tak ada yang bisa Erlan lakukan saat ini, kecuali menelik ke tiap sudut toko yang sedang ia pijak. Menemani Nana untuk membeli pakaian yang akan dikenakan saat testing masuk universitas nanti, ternyata tak  segampang buang angin.

Erlan harus tetap waspada. Benar, mal sasaran belanjanya sekarang, termasuk sangat jarang menjadi tempat menghabiskan waktu keluarganya.

Namun, tidak menutup kemungkinan, salah satu anggota keluarganya akan muncul secara tiba-tiba, sama seperti kemarin.

"Ini boleh milih sesuka hati?" tanya Nana.

Erlan menjawab dengan anggukan. Ia terlihat seperti seorang lelaki pelit, saat Nana bertanya seperti itu.

Perempuan itu melangkah di deretan baju yang tergantung. Erlan menepi sebentar. Setidaknya, ini akan menghadirkan jarak di antara mereka. Sehingga, saat salah satu anggota keluarga atau teman-temannya melihat, Erlan bisa mengelak bahwa ia sama sekali tidak kenal Nana.

"Mas!" panggil Nana, saat Erlan memilih berdiri di pintu masuk.

Mengangkat kepala, ia berusaha melihat ke arah perempuan itu. Nana memperlihatkan satu pakaian, meminta persetujuan. Erlan hanya mengangguk. Padahal, sudah ia katakan, pilih saja sesuka hati.

Erlan memfokuskan padangan ke arah luar toko. Kemarin, setelah bertemu kakaknya, Erlan tidak kembali ke rumah. Ia malah melanjutkan tujuan membeli makan, kemudian kembali lagi ke apartemen, dan sorenya—barulah ia pulang ke rumah untuk mengambil pakaian bersih, yang sempat diantar oleh sang kakak. Repot sekali.

"Mas."

Sapaan itu membuatnya menoleh. Mata Erlan membulat sempurna, tatkala melihat senyum merekah seorang gadis yang bermaksud menggodanya.

Erlan melirik sana-sini, demi mendapat ide untuk mengelak. "K-kamu ngapain di sini?"

Lawan bicaranya malah tertawa kecil. "Belanja, dong."

Entahlah, seketika tubuhnya menjadi kaku dengan kehadiran sang adik. Uchi, masih tersenyum padanya, dan untuk panggilan 'mas' tadi, itu ditujukan pada siapa? Adiknya selalu memanggil dengan sebutan 'abang'.

"Pulang, sana," usir Erlan.

"Idih, masa hari libur aku di rumah aja." Dengan gaya sok protes.

Erlan diam sesaat. Ia tak tahu lagi, apa yang akan dikatakannya. Kepergok adik sendiri, ini sangat mendadak.

"Mas ...," panggil Uchi, sambil menggandeng tangan Erlan—bergelayut manja.

"Apaan, sih, Dek?" Ia melepas tangan adiknya.

Uchi tertawa lagi. Sepertinya, sang adik sudah lama berada di sini. Buktinya, Uchi memanggil dengan sebutan 'mas' dan ini untuk kedua kalinya. Karena panggilan Nana tadi? Tentu saja.

"Kamu ke sini bareng siapa?" tanya Erlan. Ini yang lebih penting. Siapa tahu saja, Uchi ke sini bersama sang ibunya.

Bukannya menjawab, Uchi malah memasang wajah sok imut. "Cium dulu."

Erlan melengos. Kebiasaan sang adik. Tidak di rumah atau di tempat lain, ia selalu digoda seperti ini. Namun, itu tidak akan membuat Erlan marah besar pada Uchi.

Pressure : Jodoh Dari DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang