♥~ 6 ~♥

211 44 8
                                    

Dirimu dan Sakata sampai disebuah hotel mewah bintang 5.

Anjir ngapain dibawa-bawa ke hotel nih?!

"Kenapa kita kesini?"

Sakata menoleh dengan senyuman jahil seperti biasanya.

"Untuk bersenang-senang."

Dirimu hanya bisa menatap Sakata bingung.

"Nanti kau akan tahu." Sakata menuntunmu masuk ke dalam hotel sampai di sebuah aula yang terlihat megah.

Kaupun terkagum-kagum dengan dekorasi ruangan yang terlihat elegan ini.

'Ngomong-ngomong, bukannya ini seperti dekorasi pernikahan ya?' pikirmu lalu dirimu teringat dengan keadaan rumah yang sepi tidak ada siapapun bahkan kakak iparmu juga tidak ada rumah.

'Jangan-jangan Sakata ingin melamarku disini dan orang orang rumah juga kesini.' pikirmu mengambil kesimpulan seenaknya.

"Yo Sakata!" Shima muncul diantara kalian.

"Shima, tumben gak telat seperti biasanya."

"Bakannya aku yang harus tanya kayak gitu ke kamu Sak?"

"Heee iya juga."

Pandangan Shima yang awalnya ke Sakata beralih ke dirimu dengan tatapan mengamati.

"Jadi seperti ini calonmu Sak? Lumayan juga."

"Eh?!" kamu terkejut dengan ucapan Shima tentan calon.

"Kau mau jadi calonku gak, daripada jadi calon si Aho no Gakpeka?" tawar Shima.

Sudah jelas dirimu tidak setuju dengan tawaran Shima tapi dirimu setuju dengan sebutan Aho no Gakpeka untuk Sakata.

"Haee apa-apaan itu. Aku tidak setuju!" ujar Sakata tidak terima.

"Haha, sudalah. Sekarang ke posisi masing-masing akan ada orang penting yang harus disambut."

"Ayo (y/n)-chan, ikut aku." Sakata menarikmu ke tempat yang dekat dengan altar pernikahan.

Tunggu, altar? Jadi ternyata ini bukanlah acara Sakata yang ingin melamarnya melainkan sebuah acara pernikahan.

Pupus sudah harapanmu untuk dilamar Sakata, tapi dirimu tidak menyerah. Mungkin dengan ini, Sakata akan berpikiran untuk segera menikahimu.

Kau melihat sekitar, banyak Utaite terkenal yang diundang di acara pernikahan ini. Lalu siapa yang akan menikah?

Dirimu melihat Senra yang berdiri di altar pernikahan dengan setelan tuxedo berwarna putih.

Tak lama sang pengantin wanita datang dan berjalan denhan anggun ke sisi Senra.

Iri? Iya, dirimu juga ingin berada di posisi seperti itu bersama Sakata. Tapi apa daya dengn Sakata yang selalu menguji kesabarannya.

===

"(Y/n)-chan ingin berdansa denganku." Sakata menawari diri untuk berdansa dengamu.

Kaupun mengangguk mantap.

Alunan musik dansa yang lembut mengiringi langkah kaki kalian berdua.

Mungkin kalian berdua bukan tokoh utama dalam acara pernikahan Senra, namun kesenangan dalam bersama pasangan sudah lebih dari cukup untukmu.

Disela dansa kau ingin memastikan hubungan kalian yang tidak jelas ini.

"Sakata-kun, perasaan apa yang kamu miliki kepadaku?"

"Perasaan?"

"Iya."

"Tentu saja aku tetap menyukaimu bahkan lebih." jawab Sakata enteng.

'Ctak!'

Bukan, bukan suara high heels mu yang patah maupun ranting yang patah. Melainkan suara hatimu mendengar pernyataan Sakata.

"S-suka ya." matamu mulai berair.

"Iya."

"Kau benar-benar, me-menyukaiku?" tanyamu memastikan.

"Benar."

"Ka-kau, masih menyukaiku?"

"Iya, benar."

"Tidak ada perasaan selain itu?"

"Kurasa tidak."

Kau pun memberhentikan dansamu karena air matamu sudah tidak bisa dibendung lagi, kau pun mekepaskannya begitu saja.

"(Y/n)-chan kenapa menangis?"

Hendak pergi namun tanganmu ditahan Sakata.

"Mau kemana?"

"A-aku mau pulang dan sendiri. Dan jangan temui aku." dirimu melepaskan genggaman Sakata dengan paksa dan lari begitu saja.

Urata yang melihat kejadian tersebut menahan Sakata agar tidak mengejarmu.

"Biarkan dia sendiri dulu Sakata." ujar Urata.

===

Dirimu berlari tak tentu arah hingga menabrak Luz yang baru saja dari mini market.

Dari miliyaran pria di dunia, kenapa harus Luz yang harus kau tabrak? Mungkin tuhan punya rencana dari setiap peristiwa tersebut.

"Kau kenapa disini? Bukannya pesta masih berlanjut." tanyamu.

"Kau tahu, cukup perih ditinggal menikah sama temannya semdiri manalagi diriku yang masih belum punya pacar."

"Ohh begitu.."

"Mau kuantar pulang, tidak baik gadis menangis pulang sendiri." tawar Luz sambil membukakan pintu mobilnya.

Kaupun mengiyakan tawaran Luz.

===

"Terima kasih sudah mengantarkanku."

"Tidak masalah." Luz langsung melesat pergi meninggalkanmu yang berdiri di depan pagar rumah.

Kaupun memutuskan untuk masuk kedalam rumah.

"Aku pulang."

"Bagaimana kencan hari ini? Menyenangkan?" tanya kakakmu masih fokus dengan koran dihadapannya.

"Tidak."

Kakakmu langsung memberhentikan kegiatan membacanya lalu menatap wajahmu yang masih menyisakan banyak air mata.

"Duduklah kemari dan ceritakan semuanya ke kakak."

Kaupun langsung menerjang kakakmu dan menangis di dalam pelukannya.

"Cup cup cup, bayi besar kakak ini masih cengeng ternyata."

"Urusaina."

"Coba ceritakan pelan-pelan."

Kamu menceritakan penyebab dirimu menangis.

"Sudalah, kakak mengerti. Kau tidak ingin perasaanmu digantungkan?" tanya Kakakmu dan kamu mengangguk iya.

"Kakak tetap akan mendukung hubungan kalian dan membantumu mengatasi persoalan ini. Tapi ingat kata kakakmu ini, sekalipun membuatmu kesal tapi cintai si bodoh itu."

"Eh?!" kau menatap kakakmu heran.

"Kuharap kau bisa mempertahankan perasaan itu terhadap Sakata, tuhan pasti yang akan membalasnya." doanya sembari mengelus pucuk kepalamu yang masih berada dalam pelukannya.

"Baka ga daisuki.." gumammu menikmati elusan lembut kakakmu.

ばかが大好き ~Baka Ga Daisuki~(Sakata X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang