"All i know is that the thought of you keep running in my head."
***
Jimin
Ada hal yang harus kuurus. Aku akan menghubungimu.
Tidak usah menungguku, aku akan menyusulmu nanti
"Baiklah" setelah membaca pesan Taehyung aku langsung membalasnya. Beruntung aku telah bertemu dengan Prof. Kang sesaat setelah aku menaruh laporan dataku.
Apa ia baik-baik saja?
###
Ara
Lama aku dan Taehyung duduk di bangku taman ini. Hari pun sudah beranjak sore. Tidak ada yang kami bicarakan, hanya diam yang mengisi kekosongan diantara kami berdua. Aku sempat melihatnya memainkan ponselnya, mengetik sebentar lalu memasukkannya kembali kedalam saku celananya.
Seakan ia benar-benar disini hanya untuk menemaniku. Tidak menghibur, atau mencari tahu. Hanya duduk diam menatap lurus kedepan. Seakan menungguku untuk memulai pergerakan, yang belum ingin kulakukan. Aku masih ingin disini, kalau bisa bersamanya. Dan sepertinya ia tahu akan itu.
Kualihkan pandanganku padanya. Matanya terpejam, kepalanya mengadah keatas merasakan hembusan angin sore yang lembut menerpa wajahnya. Rambutnya- yang walaupun tertiup dengan topi newsboy hitam miliknya namun masih bergoyang pelan dikedua sisi wajahnya. Kemeja putih bergaris- yang bagian pundaknya telah kembali kering setelah sebelumnya sedikit basah oleh air mataku, kaos putih, dan celana hitam membuatnya terlihat seperti pelukis freelancer.
"Tae?" Ia membuka matanya dan menoleh padaku.
"Oh, wae?"
"Kau dari departemen apa? Ini kampusmu?" Tanyaku lagi. Ia menggelengkan kepalanya.
"Ani, aku kemari hanya untuk menemani temanku mengurusi beberapa hal. Aku mengambil Arsitektur sebagai studiku."
"I see. Lalu dimana temanmu?"
"Aku menyuruhnya agar tidak menungguku." Gumamnya. "Kukatakan padanya ada hal penting yang harus kuurus." Ia menatapku.
"Oh..."
"Kau sendiri?"
"Social Development."
"Lalu mengapa kau disini?"
"Family issue." Aku berharap ia tidak meanyakan lebih lanjut.
"Ah i see" ujarnya. Tak lama ia berdiri. Mengangkat kedua tangannya ketas, meregangkan otot-otot pinggang dan menelengkan kepalanya kekiri dan kekanan. Aku menatap Taehyung yang merapikan kemejanya dan topinya lalu kemudian ia mengalihkan pandangannya padaku.
"Aku akan mengantarmu kembali. Ayo, sebelum hari mulai gelap." Entah mengapa aku menurut saja. Beranjak dari bangku taman kami berjalan menyusuri jalan menuju dormku.
Sepanjang jalan aku berusaha untuk menundukkan kepalaku dan hanya menatap langkah kakiku. Aku tidak ingin mata sembabku terlihat melihat jalan yang kami lalui telah ramai dengan mahasiswa-mahasiswa yang mungkin juga akan kembali ke dormnya, atau keluar uni untuk minum dengan teman-temannya.
Jam-jam seperti ini adalah jam kelas terakhir berakhir. Wajar jika ramai yang berjalan atau bahkan duduk dibangku taman. Semua mengenakan mantelnya, dan aku yang hanya menggunakan sweater ini mulai merasakan dingin perlahan merasuk kedalam tubuhku.
Kemudian aku merasakan sesuatu diatas kepalaku. Aku menegakkan pandanganku sembari menyentuh apa yang ada dikepalaku. Pandanganku kemudian beralih kearah Taehyung yang kini tak lagi mengenakan topinya.
"If you keep walking like that you're gonna fall." Ujarnya tanpa melepaskan pandangannya dari jalan.
"Pakai topiku untuk melindungi matamu."
"Thank you."
###
"We're here." Kami telah sampai didepan dormku seperti saat ia mengantarku malam itu. Kami berdiri saling berhadapan tepat didepan lobby dormku. Tangannya ia masukkan kedalam saku celananya. Mungkin ia pun merasa dingin, mengingat ia pun tidak memakai pakaian tebal atau mantel, hanya baju kaos ditambah dengan kemeja.
"Um, gomawo." Gumamku. Taehyung tidak membalas dan lagi-lagi hanya menatap wajahku. Matanya mencari tatapanku, namun aku mengalihkan pandanganku.
"Gwaencanayo, jinjjaro" Kuyakinkan padanya sekali lagi, bahwa aku telah baik-baik saja. Aku tidak tahu mengapa aku harus melakukan itu. Aku merasa ia menungguku untuk mengatakannya. Dan untukku, menenangkannya akan menenangkanku juga.
"Oh, arraseoyo." Suara beratnya terdengar sedikit tenang. "Geroum, josimhae Arayaa (Kalau begitu, hati-hati)"
"Oh, chankkamman." Aku ingin melepaskan topinya dariku berniat ingin mengembalikannya tapi tangannya lebih cepat dan dengan lembut memegang tanganku, lalu mengembalikannya pada kedua sisi tubuhku.
"Keep it. It's yours now. "
"Wae?"
"Anggap saja sebagai penghalang matamu jika kau ingin menangis saat aku tidak ada bersamamu."
Apa aku boleh tersipu sekarang?
"Aku sudah tidak menginnginkannya, rambutmu pasti bau." Sambungnya.
"Yah!" pekikku membuat Taehyung tertawa, menampakkan deret giginya yang dibingkai bibir tipis miliknya dengan jelas, menenggelamkan matanya karena tertawa.
Nope. Aku tidak akan tersipu lagi dengan kata-katanya
"Araya?" Kami berdua mengarahkan padangan kepada asal suara.
Soojin. Yang berdiri tak jauh dari kami, menatap dengan tatapan aneh. Hingga aku sadar apa yang membuatnya menatap seperti itu.
Taehyung masih menggenggam tanganku.
"Taehyung-sunbae?"
~🌻~
Thank you for reading💜💜
YOU ARE READING
ABOUT TIME || KTH [Revisi Setelah Tamat]
Fiksi Penggemar"Seoul ini sempit, tapi denganmu aku tak pernah puas untuk menelusurinya. Kamu membuat Seoul ini terlihat berbeda." "Aku tak tahu bagaimana nanti. Yang ku tahu saat ini adalah jika aku bersamamu, semuanya akan baik baik saja" "So show me, Tae" "I'l...