"Almost is never enough"
AraJimin memintaku untuk tidak terlalu dekat dengan orang-orang terdekatnya. Ia memintaku untuk tidak menceritakan hal yang menurutnya tidak penting ini kepada mereka.
Baginya tidak perlu mereka tahu bahwa ia memiliki saudara tiri dari negara berkembang antah berantah nun jauh dari Korea Selatan kebanggannya.
Aku tidak keberatan, sungguh. Selama ini aku menceritakan keluh kesahku, termasuk mengenai pertemuanku dengan Ayah pada Soojin. Hanya sebatas itu. Hanya sebatas aku memiliki Ayah disini.
Ia tidak mengetahui bahwa Ayahku adalah Dekan dikampus kami, terlebih ia tidak tahu Ayah Jimin adalah Ayahku juga.
"Sunbae, kau harus terima kenyataan kalau temanmu adalah temanku juga." Kataku akhirnya setelah beberapa detik termenung mendengar permintaannya.
"Mereka temanku juga. Suka atau tidak suka."
Matanya memandang jauh dan badannya bersandar pada kursi. Angin yang masuk melalui jendela tak jauh dari meja kami berhembus pelan memainkan rambutnya dan ia seakan tidak terganggu akan hal itu.
Aku yakin sebenarnya ia ingin mengeluarkan kata-kata kasar atau sekedar membantah perkataanku dengan dengusan atau decakan, seperti yang ia lakukan pada malam itu. Tapi otaknya memaksanya untuk bersikap dewasa dan logis.
Entahlah. Semenjak saat itu ketika aku melihatnya, rasanya mudah untuk menebak dirinya.
"Fine then." Ucapnya kemudian. Pandangannya tidak juga kembali menatapku. "Jungkook dan Soojin sepertinya juga telah dekat denganmu."
"Mereka teman pertamaku semenjak berada disini." Aku tidak berbohong. mereka berdua dan Hana adalah teman pertamaku dan aku tidak berniat untuk berteman akrab dengan yang lain seperti aku berteman dengan mereka. Jimin mengangguk paham.
"Kalau begitu jauhi Taehyung."
.
Kupikir aku akan ditinggal dikedai itu sendirian. Aku terlalu berburuk sangka padanya. Aku mengikuti langkah kakinya dalam diam menuju parkiran. Setelah memastikan aku telah mengenakan sabuk pengaman (Laki-laki itu lama menatapku dalam diam hingga aku tersadar jika aku belum mengenakan sabuk pengaman.) ia baru menjalankan mobilnya. Selama perjalanan pulang aku tertidur.
Ya. Aku tertidur. Aku terbangun oleh tepukan lembut yang beberapa kali menepuk lenganku.
"Sudah sampai." Katanya kemudian. Dengan sisa-sisa harga diri dan kewarasanku aku membereskan rambutku sebentar lalu berdeham kikuk. Bisa-bisanya tertidur dimobil orang yang membencimu, Park Ara. Aku lalu bangkit setelah memastikan tidak ada barangku yang tertinggal.
"Terima kasih atas tumpangannya, Sunbae."
"Ingat permintaanku." Aku mengangguk sopan.
***
YOU ARE READING
ABOUT TIME || KTH [Revisi Setelah Tamat]
Fanfic"Seoul ini sempit, tapi denganmu aku tak pernah puas untuk menelusurinya. Kamu membuat Seoul ini terlihat berbeda." "Aku tak tahu bagaimana nanti. Yang ku tahu saat ini adalah jika aku bersamamu, semuanya akan baik baik saja" "So show me, Tae" "I'l...